.

Sabtu, 27 Januari 2018

EFEK SAMPING PESTISIDA DALAM PERTANIAN

Oleh   : Jonathan Budhiawan ( @G16-Jonathan )

Abstrak
       Dalam perkembangannya kimia menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih pada bidang industri, kimia memilik peran penting dalam prosesnya. Salah satu pemanfaatannya adalah dalam bidang Agrokimia. Pemanfaatan ilmu kimia dalam bidang Agrokimia bukan berarti tidak menimbulkan dampak negatif. Salah satunya adalah penggunaan pestisida dalam industri pertanian yang selain menimbulkan keuntungan juga menimbulkan kerugian. Artikel ini saya buat dengan mengkaji beberapa jurnal dan buku dari berbagai sumber, untuk menemukan benang merah efek samping penggunaan Pestisida.

kata kunci   : Efek samping penggunaan Pestisida

    
sumber: Dok. pribadi - Jonathan Budhiawn
   Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan industri yang ada saat ini, memperluas juga peranaan ilmu pengetahuan dalam industri yang ada. Salah satunya menurut Hidayat dan Kholil (2017) Aplikasi ilmu kimia dalam bidang industri (industri proses kimia) semakin meluas baik untuk industri kimia dasar, pengolahan minyak bumi, petrokimia, pengolahan logam, oleokimia, agrokimia, makanan dan minuman, bahan peledak, bubur kertas dan sebagainya. Namun pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Agrokimia dan lebih spesifiknya tentang pestisida.


      Menurut Hikmat (2015) Sebuah agrokimia adalah zat yang digunakan untuk membantu mengelola ekosistem pertanian, atau komunitas organisme di daerah pertanian. 
sumber : https://indahsetiarinii.wordpress.com/

Agrokimia meliputi: (1) pupuk, (2) pengapuran dan acidifying agen, (3) kondisioner tanah, (4) pestisida, dan (5) bahan kimia yang digunakan dalam peternakan, seperti antibiotik dan hormon. Penggunaan bahan kimia pertanian telah penting untuk tanaman meningkatkan makanan. Namun, beberapa bahan kimia ini menyebabkan kerusakan lingkungan dan ekologi yang besar, sangat mengurangi keuntungan mereka. seperti yang sempat saya singgung di abstrak ternyata sekalipun memiliki keuntungan pemanfaatan ilmu pengetahuan kimia dalam bidang pertanian juga memiliki kerugian. lebih lanjut lagi mengenai pestisida menurut Hikmat (2015) Pestisida yang digunakan untuk menghilangkan keberadaan hama, setiap makhluk hidup yang menyebabkan cedera atau penyakit tanaman.

     Menurut hasil penelitian Sudewa, Suprapta dan Mahendra ( 2012 ) terhadap beberapa jenis tanaman Residu pestisida jenis insektisida klorpirifos pada sayuran kubis dan kacang panjang berada di atas nilai MRL yaitu masing-masing sebesar 0,525 ppm dan 1,296 ppm. Hal ini disebabkan petani kubis dan kacang panjang menggunakan insektisida Dursban dengan bahan aktif klorpirifos untuk mengendalikan hama dan penyakit mencapai 60 - 65%. Dan dengan hasil diatas menunjukan dalam beberapa kasus pestisida yang memiliki residu diatas RML (0.5 ppm) akan membahayakan manusia dan lingkungan. Dan dari data lain yang saya dapat dari sebuah jurnal yang membuat penelitian tentang residu pestisida terhadap tanaman temulawak membuat saya cukup terkejut karena hasilnya sangat jauh di atas RML. Menurut Rahayu, Hartanti, dan Handoyo ( 2009 ) Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diperoleh kadar rata-rata residu organofosfat sebesar (72,678 ppm). Kadar yang diperoleh menunjukan kadar yang terkandung dalam simplisia temulawak tersebut diatas batas maksimum residu pestisida organofosfat menurut BPOM RI,2004 yaitu < 0.005 ppm, sehingga temulawak tersebut kurang aman untuk dikonsumsi dan digunakan sebagai bahan obat.

     Bahaya penggunaan pestisida sangat rentan bagi industri pertanian modern yang sangat banyak diterapkan di Indonesia. Dan kita harus konsen menanggulangi hal ini, ada beberapa cara pengendalian penggunaan tingkat residu pestisida selain aturan penggunaannya yang harus di kendalikan, kita bisa juga menggunakan pestisida alami yaitu dengan menggunakan agen hayati sebagai pestisida. Menurut Purnama,  Hidayati, dan Setyowati ( 2015 ) Agen hayati B. bassiana dan
Trichoderma sp dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanaman. Penggunaan agen hayati diyakini memiliki kelebihan karena sesuai dengan prinsip keseimbangan ekosistem dengan memanfaatkan musuh alami dari hama dan penyakit pengganggu tanaman pertanian.

     Segala upaya yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir efek-efek negatif dari penggunaan bahan kimia. Dan kita perlu mengendalikan efeknya tidak hanya mencari keuntungan semata.
Salam Linkungan Hijau

Daftar Pustaka
- Hidayat, Atep Afida dan Muhammad Kholil.2017. Kimia, Industri dan Tenologi Hijau . Pantona Media : Jakarta 
-  Hikmat, Pengertian Agrokimia dalam Pertanian. kliksma.com. Maret 2015. Web. diunduh 27/01/2018
Sudewa, K Agung; Suprapta, D N; Dan Mahendra, M S. RESIDU PESTISIDA PADA SAYURAN KUBIS (Brassica oleracea L.) DAN KACANG PANJANG ( Vigna sinensis L.) YANG DIPASARKAN DI PASAR BADUNG DENPASAR. 2012. vol. 4. No. 2
Rahayu, Wiranti Sri, Hartanti, Dwi, Handoyo. ANALISIS RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT PADA SIMPLISIA TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL. 2009. vol. 06. No. 03
Purnama, Herry, Hidayati, Nur , dan Setyowati Eni. PENGEMBANGAN PRODUKSI PESTISIDA ALAMI DARI Beauveria bassiana DAN Trichoderma sp. MENUJU PERTANIAN ORGANIK. 2015. Vol. 18. No. 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.