.

Sabtu, 27 Januari 2018

ILMU “TUA” DAN TEKNOLOGI REKAYASA

Oleh : CHANDRA EKA PRASETYA (@G04-CHANDRA)



Abstrak

Metalurgi merupakan Ilmu dan Teknologi dalam mengkaji perolehan dan pengolahan logam. Metalurgi mencakup tahap-tahap pengolahan bijih, serta ekstraksi sampai pada pengolahan logam untuk menyesuaikan sifat dan perilakunya dalam pembuatan produk rekayasa tertentu.

Metalurgi berpangkal pada pemanfaatan sumber daya mineral untuk mendapatkan logam, sehingga metalurgi berkaitan dengan industri pertambangan. Metalurgi merupakan salah satu ilmu tertua yang diawali dengan sejarah pertambangan emas oleh Bangsa Cina dan Mesir Kuno yang sudah dapat memisahkan Emas dan perak dari bijih aslinya.


Isi


Menurut Hidayat dan Kholil (2017) bahwa, metalurgi merupakan teknologi yang diawali dari pengolahan hasil pertambangan. Metalurgi menyangkut Ilmu,  teknologi dan seni yang mengkaji proses pengolahan dan perkayasaan mineral dan logam. Metalurgi memberikan inspirasi bagi perkembangan kimia modern, karena adanya interaksi antara manusia dengan mineral dan logam yang semula dalam lingkup protosains dapat bermetamorfosa menjadi sains.

Dalam perkembangan teknologi, berdasarkan rangakaian kegiatannya salah satu ilmu “tua” ini dibedakan menjadi metalurgi ekstraksi dan metalurgi fisika. Metalurgi ekstraksi (metalurgi kimia) merupakan suatu rangkaian kegiatan  yang melibatkan proses-proses kimia dari bijih samapai menjadi bahan baku termasuk pemurniannya. Sedangkan metalurgi fisik mencakup kegiatan yang berawal dari pengerjaan logam dan paduannya untuk menghasilkan logam melalui tahap perlakuan panas dan pengerjaan mekanik (mempelajari struktur dan sifat fisik dari logam). Akhir-akhir ini perkembangan metalurgi melibatkan teknik baru, yaitu metalurgi serbuk.

Menurut Rizal dalam buku ajar Metalurgi Fisik, Metalurgi fisik berkaitan dengan evolusi structure pembentukan solid (padatan) dari suatu keadaan fase cair (liquid). Efek dari elemen paduan dan ketidakmurnian pada proses transformasi dan efek dari teknik pengolahan pada perubahan struktur dan korelasi sifat-sifat struktur; meskipun berfokus pada logam dan paduan, dapat dipakai untuk keramik, polimer atau bidang lain bahan. Logam dan paduan telah digunakan sejak dulu; beberapa periode peradaban manusia telah dinamai dengan logam dan paduan, misalnya, Zaman Perunggu atau zaman logam.

Menurut Muharram dkk. (2012) Metalurgi ekstraksi banyak melibatkan proses-proses kimia, baik yang temperatur rendah dengan cara pelindian maupun pada temperatur tinggi dengan cara proses peleburan untuk menghasilkan logam dengan kemurnian tertentu, dinamakan juga metalurgi kimia. Adapun proses-proses dari ekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara lain adalah pirometalurgi (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur tinggi) dan hidrometalurgi (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif
rendah dengan cara pelindian dengan media cairan)

Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.
Teknologi proses produksi secara umum : Serbuk dipadatkan (di compressed/ pressed) ke dlm wadah dng bentuk spt yg diinginkan kemudian dipanaskan shg mengakibatkan ikatan partikel menjadi kuat & padat. Proses produksi ini menggunakan mesin press dng perkakas yg didisain spesifik sesuai part yg akan dibuat. Perkakas tsb terdiri dari cetakan (dies) & penekan (punches). Proses pemanasannya disebut sintering yaitu dng temperatur di bawah titik lebur logamnya.

Pengembangan metalurgi cukup bervariasi, baik dalam industri maupun dalam bidang analisis arkeologi dan sebagainya.Dalam analisa metalurgi, diaplikasikan sebagai supervisi perbaikan suatu alat dalan industri. Menurut Adyana (2006) analisa yang dilakukannya bertujuan untuk menentukan jenis material dan tingkat kerusakan alat industri yang terjadi. Adapun ruang lingkup dalam analisa serta pengujiannya meliputi : uji analisa komposisi kimia, uji hardness, dll. 

Alat pendukung untuk menganalisa suatu material dalam  metalurgi salah satunya adalah EPMA, menurut Lusiana dan Ika (2000) Elektron Probe Micro Analyzer merupakan perpaduan dua alat X-Ray Fluorescence dan scanning elektron microscope yang mempunyai kemampuan untuk analisa kualitatif dan semi kuantitatif. Salah satu keunggulan elektron probe micro analyzer adalah kemampuannya untuk menganalisa benda uji sebesar 1 mikro meter dengan cepat,akurat dan tidak merusak. Dibidang teknik metalurgisifat-sifat material ditentukan oleh struktur mikro dan elemen-elemen penyusunnya. Dengan adanya alat ini sangat membantu untuk terwujudnya perkembangan material baru.


Daftar Pustaka :

- Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017.  Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta : Pantona Media.

- Lusiana dan Eka (2000) . J Mikroskopi dan Mikroanalisis, Vol.3 No. 1 .2000. Dalam : http://jurnal.batan.go.id/index.php/mikros/article/viewFile/250/243 (Diunduh pada tanggal 27 Januari 2018)
- Adyana (2006) Mesin, Volum 8 No. 1 Januari 2006. Dalam : http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/mesin/article/viewFile/1388/1213 (Diunduh pada tanggal 27 Januari 2018)
- Muharram dkk. (2012) .Jurnal Teknik Material dan Metalurgi. Dalam : http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20400-Paper-737385.pdf  (Diunduh pada tanggal 27 Januari 2018)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.