TEKNOLOGI
RAMAH LINGKUNGAN
@D30-Rafli
Oleh:Rafli Jabar
Ainuna Azidan
A.
Prinsip
Dasar Industri Ramah Lingkungan
Ramah
lingkungan pada dasarnya adalah penerapan konsep “zero waste”, pada
pelaksanaanya industri ramah lingkungan diharapkan dalamproses industri
melakukan strategi mencegah, mengurangi dan menghilangkanterbentuknya limbah
sebagai bahan pencemar lingkungan. Haltersebut dapat berjalan bila dalam
aktivitasnya telah dirancang mulai daribahan baku, teknologi proses sampai
akhir kegiatan adalah ramahlingkungan. Untuk mendukung terlaksananya strategi
tersebut diperlukansuatu perubahan yang mendasar dalam hal komitmen serta
perilakupimpinan dan karyawan, penyediaan sarana dan prasarana penunjangdan
peningkatan kompetensi SDM. Industri yang menerapkan strategiramah lingkungan
mempunyai tujuan:
1. menciptakan
produk yang sehat, aman dan berkualitas,
2. meminimalkan
potensi kontaminasi bahan-bahan yang beracun atau berbahaya pada produk,
3. melindungi
kesehatan dan keselamatan pekerja
4. meminimalkan
terbentuknya limbah baik dalam jumlah dan toksisitasnya.
Untuk
mencapai kondisi yang ramah lingkungan dalam suatu industry dapat diterapkan 6
(enam) prinsip dasar yaitu Refine, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan
Retrieve Energy. Model industri yang menerapkan 6 prinsip tersebut dapat berupa
nir limbah (zero waste), produksi bersih (cleaner production), produktivitas
hijau (green productivity) atau perusahaan hijau (greencompany). Model-model
tersebut berupaya untuk meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan
produksi dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan kesehatan serta keselamatan
pekerja.
1. Refine,
adalah penggunaan bahan atau proses yang lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan bahan atau proses yanga da saat ini.
2. Reduce,
adalah pengurangan jumlah limbah atau kehilangan bahan dengan optimalisasi
proses atau operasional menghasilkan limbah yang mengalami pemborosan. Contoh:
mengganti keran atau pipa bocor, memasang alat penangkap ceceran/lelehan.
3. Reuse,
adalah pemakaian kembali bahan-bahan atau limbah pada proses yang berbeda.
4. Recycle,
adalah penggunaan kembali bahan-bahan atau sumber daya untuk proses yang sama.
5. Recovery,
adalah kegiatan pengambilan kembali sebagian material penting dari aliran
limbah untuk pemanfaatan ulang dalam proses atau dimanfaatkan untuk proses atau
keperluan lain.
6. Retrieve
Energy, adalah pemanfaatan limbah untuk digunakan sebagai bahan bakar atau
dalam arti yang luas adalah penghematan energi dalam proses produksi.
B.
Manfaat
Penerapan Strategi Ramah Lingkungan
Beragam
manfaat dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan strategi ramah lingkungan.
Beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah:
1. Sebagai
pedoman bagi perbaikan produk dan proses produksi.
2. Efektif
dan efisien dalam penggunaan sumberdaya alam dan energi.
3. Mengurangi
atau mencegah terbentuknya bahan pencemar atau limbah.
4. Mencegah
berpindahnya pencemar dari satu media lingkungan ke media lingkungan lain.
5. Mengurangi
resiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
6. Mendorong
pengembangan teknologi pengurangan limbah pada sumbernya, teknologi bersih dan
produk akrab lingkungan.
7. Menghindari
biaya clean-up.
8. Meningkatkan
daya saing produk di pasar internasional melalui penggunaan teknologi baru
dan/atau perbaikan teknologi.
9. Kerjasama
yang lebih erat antara pemerintah, agro-industri dan masyarakat.
10. Pengurangan
biaya yang tinggi karena penerapan system pengelolaan limbah ujung pipa (end
off pipe treatment).
C.
Penerapan
Teknik Ramah Lingkungan
Penerapan
teknik ramah lingkungan pada industri dapat dimulai dengan hal-hal yang mudah
dan tidak memerlukan biaya investasi dan secara bertahap dikembangkan sesuai
dengan kesiapan perusahaan. Secara garis besar, pilihan penerapan industri
ramah lingkungan dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) bagian yaitu:
1. Perubahan
bahan baku
I. Mengurangi atau menghilangkan bahan baku
yang mengandung bahan berbahaya dan beracun seperti logam berat, zat pewarna,
pelarut.
II. Menggunakan bahan baku yang berkualitas
dan murni untuk menghindari kontaminasi dalam proses produksi.
III. Menggunakan bahan-bahan daur ulang untuk
menciptakan pasar bagi bahan-bahan daur ulang.
2. Tata
cara operasi dan housekeeping
I. Tindakan pencegahan kehilangan bahan baku,
produk ataupun energi dari pemborosan, kebocoran dan tercecer dengan cara memasang
bendungan/dike untuk menampung tumpahan dari tangki, memasang safety valve,
perancangan tangki yang sesuai dan mendeteksi kebocoran.
II. Penanganan bahan untuk mengurangi
kehilangan bahan akibat kesalahan penanganan seperti bahan telah kadaluarsa.
III. Penjadwalan produksi dapat membantu
mencegah pemborosan energi, bahan dan air.
IV. Melakukan koordinasi pengelolaan limbah.
V. Memisahkan atau segregasi limbah menurut
jenisnya untuk memudahkan pengelolaan kerugian akibat kerusakan peralatan dan
mesin.
VI. Mengembangkan tata cara penanganan dan
inventarisasi bahan baku, energi, air, produk dan peralatan.
3. Penggunaan
kembali
I. Menggunakan kembali sisa air proses, air
pendingin, dan bahan lainnya di dalam atau di luar sistem produksi.
II. Mengambil kembali bahan buangan sebagai
energi.
III. Menciptakan kegunaan limbah sebagai produk
lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.
4. Perubahan
teknologi
I. Merubah peralatan, tata letak dan
perpipaan untuk memperbaiki aliran proses produksi dan meningkatkan efisiensi.
II. Memperbaiki kondisi proses seperti suhu,
waktu tinggal, laju aliran, dan tekanan sehingga meningkatkan kualitas produk
dan mengurangi jumlah limbah.
III. Menghindari penggunaan bahan-bahan B3
(bahan beracun dan berbahaya).
IV. Menggunakan atau mengatur peralatan
seperti motor dan pompa yang lebih hemat energi.
V. Menerapkan sistem otomatisasi dapat
menghasilkan perbaikan monitoring dan pengaturan parameter operasi untuk
menjamin tingkat efisiensi yang tinggi.
5. Perubahan
produk
I.
Merubah formulasi produk untuk mengurangi
dampak kesehatan bagi konsumen.
II.
Merubah bahan pengemasan untuk mengurangi
dampak lingkungan.
III.
Mengurangi kemasan yang tidak perlu.
D.
BEBERAPA
TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA
1) Biogas
adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam
kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses
untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair)
homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk
sistem biogas sederhana. Disamping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran
pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem Biogas. Di daerah yang banyak
industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem
bisa menyatukan saluran limbahnya kedalam system Biogas, sehingga limbah
industri tersebut tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini
memungkinkan karena limbah industri tersebut di atas berasal dari bahan organik
yang homogen. Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi
produktifitas sistem biogas disamping parameter-parameter lain seperti
temperatur digester, pH, tekanan dan kelembaban udara. Salah satu cara
menentukan bahan organik yang sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem Biogas
adalah dengan mengetahui perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut
rasio C/N.
2) Biopori
atau yang biasa disebut dengan Teknologi Lubang Resapan Biopori merupakan
metode alternatif untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah, selain dengan
sumur resapan. Pemanfaatan Biopori ini akan membuat keseimbangan alam terjaga,
sampah organik yang sering menimbulkan bau tak sedap dapat tertangani,
disamping itu juga dapat menyimpan air untuk musim kemarau. Selain itu
kelebihan dari Biopori ini adalah memperkaya kandungan air hujan, karena
setelah diresapkan kedalam tanah lewat Biopori yang mengandung lumpur dan
bakteri, air akan melarutkan dan mengandung mineral mineral yang diperlukan
oleh kehidupan. Adapun tujuan Lubang Resapan Biopori (LRB) ini adalah agar air
masuk sebanyak mungkin kedalam tanah.Kelebihan LRB lainnya adalah selain
sederhana, alat ini sangat mudah digunakan oleh kaum perempuan. Selain itu 10
manfaat dari LRB ini antara lain adalah memelihara cacing tanah; mencegah
terjadinya keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah; menghambat intrusi air
laut; mengu-bah sampah organik menjadi kompos; meningkatkan kesuburan tanah;
menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah; mengatasi masalah yang ditimbulkan
oleh adanya genangan air seperti Demam Berdarah, Malaria, Kaki Gajah,
(mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan
perairan); mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan); serta mengurangi
banjir, longsor dan kekeringan.
3) Energi
alternatif biofuel yang dapat diperbarui dapat memperkuat ketersediaan bahan
bakar. Karenanya untuk mengembangkan bahan bakar tipe ini perlu kerja sama yang
harmonis dari semua pihak, termasuk pemerintah, industri otomotif dan swasta.
Ada dua macam jenis biofuel yang bisa dikembangkan yaitu, etanol dan biodiesel.
Etanol berasal dari alkohol yang strukturnya sama dengan bir atau minuman
anggur. Untuk membuat alkohol dilakukan melalui proses fermentasi dari bahan
baku tumbuhan yang mengandung karbohidrat tinggi, seperti ketela pohon. Etanol
dipergunakan untuk menggerakkan mesin berbahan bakar bensin.Khusus untuk mesin
diesel, bias mempergunakan bahan bakar jenis biodiesel. Diproduksi dari dari
senyawa kimia bernama alkil ester yang bisa diperoleh dari lemak nabati. Bahan
ester ini memiliki komposisi yang sama dengan bahan bakar diesel solar, bahkan
lebih baik nilai C-etananya dibandingkan solar. Sebagai bahan bakar cair,
biodiesel sangat mudah digunakan dan dapat langsung dimasukkan ke dalam mesin
diesel tanpa perlu memodifikasi mesin. Selain itu, dapat dicampur dengan solar
untuk menghasilkan campuran biodiesel yang memiliki C-etana lebih tinggi.
Biodieselpun sudah terbukti ramah lingkungan karena tidak mengandung sulfur.
Menggunakan biodiesel dapat menjadi solusi bagi Negara Indonesia untuk
mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar solar sebesar 39,7%.
4) Fenomena
alam sering menjadi inspirasi bagi peneliti untuk menciptakan teknologi ramah
lingkungan. Biopulping adalah salah satunya yang meniru proses mikroorganisme
pada proses pelapukan untuk digunakan dalam tingkat industri. Alam sering
memberi ide cemerlang bagi hidup manusia dari proses pelapukan kayu, ranting,
daun atau lainnya. Saat bahan-bahan itu melebur, terjadi pembusukan yang
membuatnya hancur bersama alam. Tak ada sampah atau limbah. Bila ditelaah lebih
detail, proses tersebut dimotori oleh mikroorganisme. Mikroorganisma yang
terdiri atas sejumlah mikroba membantu proses pelapukan sehingga sampah alam
itu terurai, kembali menjadi tanah berupa humus. Hasil kerja mikroorganisma
yang sempurna tak menghasilkan polusi tersebut memberi inspirasi pada para
ilmuwan kita untuk memanfaatkannya dalam sektor industri. Industri kertas dan
pulp terkenal dengan limbahnya yang sulit diatasi. Limbah ini berasal dari
bahan kimia seperti soda api, sulfit dan garam sulfida dalam proses
penghilangan kandungan lignin. Bahan kimia inilah yang dianggap sebagai sumber
pencemaran lingkungan.
Proses
penggunaan sulfur mencemari udara dan sudah dilarang di sejumlah negara maju
seperti Jerman. Pengolahan pulp yang ideal adalah biopulping, yakni mengolah
pulp dengan menggunakan bantuan mikroba. Manfaat
biopulping
yang menonjol adalah penghematan energi dan pengurangan pemakaian bahan kimia.
Proses pembuatan bubur kayu alias pulp dan kertas biasa dilakukan dengan
memasak serpihan kayu, jerami atau ampas tebu. Semuanya menggunakan bahan
kimia. Tujuan proses ini untuk memisahkan komponen lignin. Dalam biopulping,
bahan-bahan kimia tadi digantikan oleh sejenis mikroba yang bias mengeluarkan
enzim dan mendegradasi lignin. Mikroba ini adalah golongan jamur atau fungi
pelapuk kayu yang banyak dijumpai di alam bebas. Bahan pemutih kertas yang
selama ini menggunakan bahan kimia seperti klorit dan hidrogen peroksida dapat
digantikan dengan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh fungi pelapuk. Beberapa
enzim yang sangat dikenal untuk menguraikan lignin adalah manganese peroksidase,
laccase dan lignin peroksidase.
Sepeda.
Sekarang dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat yang
mengusung
ide penggunaan sepeda sebagai alternatif alat transportasi yang ramah
lingkungan seperti gerakan Bike-to-Work (B2W). Sepeda dapat digunakan dengan
kecepatan rata-rata 20 km/jam dan daya jelajah sekitar 1-5 kilometer.
Sepeda
Listrik. Alternatif lain dari sepeda manual adalah sepeda yang
digerakkan
dengan tenaga listrik baterai yang dapat diisi ulang. Di samping lebih hemat
biaya, sepeda ini juga tidak menimbulkan kebisingan dalam penggunaannya
dibandingkan sepeda motor. Kecepatan berkendaraan maksimum jenis sepeda ini
adalah sekitar 40-60 km/jam dengan daya jelajah hingga 60 km.
Kendaraan
Hybrid. Adalah kendaraan yang dikembangkan dari bahan
yang
ultra-ringan tapi sangat kuat seperti komposit. Sumber tenaga kendaraan jenis
ini umumnya merupakan campuran antara bahan bakar minyak dan listrik yang
dibangkitkan dari putaran mesin kendaraan melalui teknologi rechargeable energy
storage system (RESS). Kendaraan jenis ini diklaim sebagai memiliki tingkat
polusi dan penggunaan bahan bakar yang rendah.
Kendaraan
hypercar. Kendaraan jenis ini memiliki fitur konstruksi yang
sangat
ringan, desain yang aerodinamis, penggerak berbahan baker hybrid dan beban aksesoris
yang minimal.
E.
Rangkuman
Prinsip
dasar penerapan teknologi ramah lingkungan adalah strategi mencegah, mengurangi
dan menghilangkan terbentuknya limbah sebagai bahan pencemar lingkungan.
Beberapa model industry seperti; nir limbah (zero waste), produksi bersih
(cleaner production), produktivitas hijau (green productivity) atau perusahaan
hijau (green company) menerapkan 6 (enam) prinsip dasar teknologi ramah
lingkungan yaitu
Refine,
Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Retrieve Energy berupaya untuk
meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan produksi dengan tetap
memelihara kelestarian lingkungan dan kesehatan serta keselamatan pekerja.
Manfaat
lain penerapan teknologi ramah lingkungan adalah diperoleh keuntungan secara
ekonomis, misal biaya mencegah terbentuk limbah lebih ringan dibandingkan beban
pengolahan limbah. Di Indonesia sebenarnya banyak contoh penerapan teknologi
ramah lingkungan tetapi belum luas, sehingga pencemaran lingkungan masih lebih
dominant beredar.
Daftar
Pustaka:
i.
Amrizal.Ichvan, 2013, Teknologi Ramah
Lingkungan Terbaru, Dalam http://berbagi-mu.blogspot.co.id/2013/01/artikel-teknologi-ramah-lingkungan.html
ii.
Sakhia.Anggia, 2013, Pengertian Teknologi
Ramah Lingkungan Beserta Contohnya, Dalam http://anggiieas.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-teknologi-ramah-lingkungan.html
iii.
Anggraini.Bagus, 2016, Teknologi Ramah
Lingkungan, Dalam http://sa-one-beriman.blogspot.co.id/2016/05/teknologi-ramah-lingkungan.html
iv.
NirmalasarI.Dwi, 2011, Penerapan Teknologi
Ramah Lingkungan, Dalam https://www.kompasiana.com/dwinirmalasari/penerapan-teknologi-ramah-lingkungan_55006f58a33311fb6f511000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.