.

Selasa, 14 November 2017

Mengapa Bunyi Dapat Menjadi Pencemaran?

                                                                               @D23-Abi
                                                                                Oleh: M. Abi Haykal

Mungkin kita perna mendengar istilah mengenai pencemaran bunyi atau lebih sering polusi suara (noice pollution). Lalu, mengapa suara/bunyi yang notabene hal sepele dapat mencemari sebuah lingkungan? Mari bahas lebih jauh lagi.
Berdasarkan Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982, polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Atau lebih singkatnya dalah keadaan di mana masuknya suara yang masuk terlalu banyak sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan manusia.
Banyak faktor yang melatarbelakangi jenis pencemaran ini namun  yang pasti pencemaran suara cukup menjadi ancaman serius bagi kualitas lingkungan terutama dibagian suasana. Sumber pencemaran suara adalah kebisingan, yaitu bunyi atau suara yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia. Bunyi disebut bising apabila inetensitasnya telah melampaui 50 desibel. Suara dengan intensitas tinggi, seperti yang dikeluarkan oleh banyak mesin industri, kendaraan bermotor, dan pesawat terbang bila berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan cacat pendengaran yang permanen (Aryulina D. et.al., 2004).
Menurut Agus Supangkat (2006), seperti halnya di darat, di mana kemajuan setelah revolusi industri meningkatkan tingkat kebisingan yang cukup mengganggu. Begitu juga terjadi di lautan. Mungkin manusia tidak begitu merasakannya. Namun dampak dari kebisingan yang terjadi di laut dapat di lihat perubahan perilaku mamalia laut. Laut sebagai media, di dalamnya ada suara yang bersumber dari fenomena alam, seperti suara yang dibangkitkan oleh hujan, gelombang, gempa bumi dll. Selain itu seiring dengan industrialisasi, pertumbuhan kapal dan anjungan minyak lepas pantai, serta peningkatan penggunaan sonar dalam navigasi dan riset, sehingga menambah suara yang ada dalam lingkungan laut.
Sekitar 16,8 persen dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran pada 1996. Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terhadap 20.000 orang di tujuh provinsi itu mencatat bahwa sekitar 38 juta penduduk Indonesia terganggu pendengarannya. Sekarang ini sudah dilakukan inovasi baru dengan media pelepah pisang yang dapat dijadikan material akustik yang mungkin menurunkan sedikit mengenai resiko polusi bunyi yang berlebihan.
Berikut ini merupakan dampak-dampak polusi suara bagi manusia yang mungkin terjadi:
·         Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala.
·         Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
·         Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect(bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
·         Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali.
Berikut ini adalah upaya apa saja untuk meminimalisir polusi suara di tempat-tempat yang memiliki potensi pencemaran suara menurut Y.B Mangunwijaya (1998):
1. Mendesain mesin / peralatan dengan kebisingan rendah.
2. Memberikan penghalang untuk mengontrol kebisingan.
3. Menggunakan alat / perangkat seperti penutup telinga.
4. Melindungi reseptor suara seperti membuat bangunan yang bisa mengisolasi kebisingan dan membuatnya kedap suara.



Daftar Pustaka
Aryulina D. et.al. 2004. Biologi SMA untuk Kelas X. Jakarta: Esis.
Supangkat, Agus. Maret 2006. Pencemaran Suara di Laut. Majalah INOVASI Vol.6/XVIII.
Dewi, Adella Kusmala. Januari 2015. Material Akustik Serat Pelepah Pisang (Musa Acuminax Balbasiana Calla) Sebagai Pengendali Polusi Bunyi. Jurnal Fisika Unand Vol 4, No. 1.
Khanafiah, Siti, Upik Nurbaiti, Sukiswo supeni edi. 2004. Fisika lingkungan. Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro.
Mangunwijaya , Y.B, Dipl, Ing. 1998. Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan.






2 komentar:

  1. D17-Nabila
    apakah intensitas bunyi yang dapet diterima oleh setiap umur berbeda? jika iya coba sebutkan pada fakor apa yang membedakan mereka

    BalasHapus
  2. @D14-Humairoh

    Berapa besar frekuensi bunyi yang tidak menyebabkan polusi bunyi?

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.