@proyekA03, @E22-Reno
Oleh : Reno Bayu Aditya
Neraca Energi merupakan suatu kesetimbangan
antara imput energi yang berupa radiasi netto dengan output energi baik yang
berupa pemanasan udara,pemanasan permukaan maupun panas laten.Neraca energi
dibuat berdasarkan pada hukum pertama termodinamika. Hukum pertama
ini menyatakan kekekalan energi, yaitu energi tidak dapat
dimusnahkan atau dibuat, hanya dapat diubah bentuknya. Perumusan dari neraca
energi suatu sistem mirip dengan perumusan neraca massa.
Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suatu sistem dapat
berupa sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapat terjadi perpindahan
massa namun dapat terjadi perpindahan
panas) dan hanya terdapat satu neraca energi untuk suatu sistem
(tidak seperti neraca massa yang memungkinkan adanya beberapa neraca komponen).
Neraca
Energi permukaan
Komponen neraca energi terdiri dari
albedo, radiasi netto, fluks pemanasan permukaan (G),
fluks pemanasan udara (H), fluks
pemanasan laten (lE), dan evapotranspirasi. Namun dalam
penelitian ini hanya mengkaji albedo
dan komponen radiasi netto saja, karena kedua informasi nilai tersebutlah yang
diperlukan untuk menduga nilai LAI.
Distribusi
Spasial Suhu Permukaan
Pendugaan
suhu permukaan menggunakan citra Landsat ETM+ yang diakuisisi pada 15 Agustus 2002
di daerah studi untuk tipe penutup lahan non vegetasi mempunyai kisaran 26 -35 oC
dengan suhu rata-rata berkisar 29.5 oC. Sedangkan pada penutupan lahan vegetasi
(hutan alam, agroforest karet, perkebunan karet monokultur,
perkebunan kelapasawit, semak
belukar, tumbuhan paku-pakuan, dan sawah) mempunyai kisaran suhu permukaan
sekitar 18 -32 oC dengan suhu rata-rata terendah dimiliki oleh penutup lahan
hutan alam (23.9 oC) dan tertinggi dimiliki oleh penutup lahan sawah (28.4 oC),
sedangkan suhu permukaan untuk badan air berada pada kisaran 22 -32 oC dengan suhu
rata-ratanya sebesar 26.9 oC (Tabel 1).
Perbedaan
suhu permukaan pada beberapa penutup lahan seperti ditunjukan oleh Tabel 2 disebabkan
oleh sifat fisik permukaan seperti kapasitas panas jenis dan konduktivitas thermal.
Tipe penutup lahan non vegetasi mempunyai kapasitas panas jenis rendah,
sedangkan konduktivitas thermal-nya tinggi. Sehingga, pada waktu yang bersamaan
dengan jumlah masukan energi yang sama akan memberikan respon perubahan suhu
permukaan yang berbeda dan menyebabkan suhu permukaannya lebih tinggi.
Tabel 1. Kisaran nilai suhu permukaan
(0C) tiap penutup lahan.
Penutup
Lahan
|
Suhu
Permukaan (0C)
|
||
Min
|
Max
|
Mean
|
|
Hutan Alam
|
18
|
29
|
23,9
|
Agroforest Karet
|
21
|
28
|
24,5
|
Monokultur Karet
|
22
|
28
|
25,5
|
P. Kelapa Sawit
|
24
|
28
|
25,3
|
Semak Belukar
|
25
|
29
|
25,8
|
T. Paku-Pakuan
|
25
|
30
|
26,7
|
Sawah
|
25
|
32
|
28,4
|
Pemukiman
|
26
|
35
|
29,5
|
Badan Air
|
22
|
32
|
26,9
|
Distribusi
Spasial Komponen Neraca Energi
Albedo
Lahan pemukiman memiliki albedo sebesar
0.09, sedangkan nilai rata-rata albedo pada tipe penutup lahan bervegetasi
berkisar 0.054 –0.077, dan untuk penutup lahan berupa badan air memiliki nilai
albedo 0.189. Tipe penutup lahan non vegetasi mempunyai nilai rataan albedo
yang lebih tinggi dibandingkan tipe penutup lahan bervegetasi (hutan alam,
agroforest karet, perkebunan karet monokultur, perkebunan kelapa sawit,
tumbuhan paku-pakuan, semak belukar, dan sawah). Hal ini disebabkan lebih
banyak energi radiasi gelombang pendek yang dipantulkan kembali oleh penutup
lahan non vegetasi dibandingkan dengan penutup lahan bervegetasi.
Radiasi Netto.
Hasil ekstraksi
nilai rata-rata komponen radiasi netto (radiasi gelombang pendek dan radiasi gelombang
panjang) dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Nilai ¯SR berperan sebagai salah satu input dalam perhitungan
ILD dengan persamaan hukum Beer-Lambert, fungsi ¯S Rsebagai radiasi di permukaan kanopi setiap penutup
lahan bervegetasi (Io).Semakin berkurangnya kerapatan kanopi tumbuhan
bervegetasi yang menutupi lahan dan berbedanya nilai emisivitas masing-masing
penutup lahan membuat semakin besarnya energi radiasi gelombang pendek dan
panjang yang dipantulkan.
Perbedaan
penerimaan Rn pada tiap tipe penutup lahan, dipengaruhi oleh albedo, radiasi gelombang
pendek dan radiasi gelombang panjang. Pada Penutup lahan pemukiman memiliki nilai
albedo dan suhu permukaan yang lebih tinggi, sehingga mengakibatkan energi
radiasi gelombang pendek yang diterima rendah dan energi radiasi gelombang
panjang yang dipancarkan tinggi, sehingga radiasi nettonya rendah.
Daftar Pustaka
Putu,2011.
Neraca Energi.youre reading dalam https://profilanakangin.wordpress.com/2011/05/05/neraca-energi/
Ensiklopedia,2014.
Neraca Energi. Wikipedia dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Neraca_energi
Risdiyanto,
dan R. Setiawan. 2007. METODE
NERACA ENERGI UNTUK PERHITUNGAN INDEKS LUAS DAUN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT
MULTI SPEKTRAL. J. Agromet Indonesia 21(2) :27–38, 2007.
Handoko, I. 1994. Dasar Penyusunan
dan Aplikasi Model Simulasi Komputer untuk Pertanian. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi.
June, T. 1999. Ekofisiologi tanaman.
Pelatihan Dosen-dosen Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Barat dalam
Bidang Agrometeorologi. Bogor 1-12 Februari 1999. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.