Kimia analisis adalah cabang ilmu kima yang memepelajari pemisahan, identifikasi senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif menggunakan metode eksperimen. Kimia analisis memiliki beberapa materi yang biasanya dibahas, yaitu :
1.
Asam Basa
2.
Hidrolisis Garam
3.
Larutan Penyangga
4.
Analisis Kualitatif
5.
Analisis Kuantitatif
6.
Kelarutan
7.
Pemisahan
ASAM BASA
Asam adalah zat yang menyebabkan rasa masam pada berbagai
materi sedangkan basa adalah zat yang dapat bereaksi dengan asam menghasilkan
garam. Basa merupakan zat yang dapat menetralkan asam. Dipandang dari sudut
pandang ikatan molekul yang terjadi, asam adalah senyawa yang dapat melepas ion
hidrogen jika dilarutkan dalam air, sedangkan basa adalah senyawa yang
melepaskan ion hidroksida jika dilarutkan dalam air.
Sifat – sifat asam basa :
Asam :
1.
Rasanya masam
2.
Bersift korosif
3.
Bila ilarutkan dalam air menghasilkan ion
hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan positif
HA (aq) à H+ (aq) + A- (aq)
4.
Bila diuji dengan kertas lakmus biru dapat merubah warna lakmus menjadi
merah. Jika diuji dengan indikator kertas lakmus merah, maka warna tidak
berubah.
5.
Derajat pH <7
Basa :
1.
Rasanya pahit
2.
Bersifat
kaustik (merusak kulit)
3.
Bila
dilarutkan dalam air menghasilkan ion hidroksida dan ion logam atau gugus lain
yang bermuatan negatif.
BOH (aq) à B+ (aq) + OH- (aq)
4.
Bila diuji dengan indikator kertas lakmus merah, maka kertas lakmus akan
berubah menjadi warna biru. Jika dengan kertas lakmus biru maka tidak akan
merubah warna kertas lakmus tersebut.
5.
Derajat pH >7
LARUTAN PENYANGGA
Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang memiliki adar
asam lemah atau basa lemah (asam konugasi atau basa konjugasi). Fungsi buffer
adalah untuk menjaga dan mempertahankan nilai pH suatu larutan. Ketika suatu
reaksi kimia berlangsung, biasanya zat yang bereaksi akan mengalami perubahan
pH yang bisa saja menimbulkan hasil reaksi yang tidak diinginkan. Agar tidak
terjadi perubahan pH, larutan penyangga disini sangat di perlukan fungsinya
untuk menetralkan asam atau basa dari luar.
Jenis-jenis larutan penyangga :
Pada dasarnya larutan penyangga terdiri dari dua jenis,
yaitu :
1.
Larutan penyangga asam (CH3COOH dan CH3COO-) /
Basa konjugasi
2.
Larutan penyangga basa (NH3 dan NH4+) / Asam
konjugasi
Contoh larutan penyangga yang ada di sekitar kita :
1.
Larutan penyangga dalam darah
Dalam darah terdapat 3 macam larutan
penyangga, yaitu karbonat, hemogoblin, dan fosfat. Larutan penyangga karbonat
dan fosfat berfungsi untuk mengontrol pH darah agar tetap stabil, sedangkan
hemogoblin berfungsi untuk proses pengikatan oksigen oleh darah.
2.
Larutan penyangga dalam air liur
Selain berfungsi sebagai penjaga kelembapan
mulut, ternyata air liur juga dapat mempertahankan pH dalam mulut berada pada
kissaran 6,8. Air lius mengandung larutan penyangga fosfat untuk menjaga kerusakan
gigi dari kikisan asam yang berasal dari makanan yang dikonsumsi.
3.
Larutan penyangga pada obat-obatan
Larutan penyangga pada obat-obatan berungsi
untuk menjaga kadar pHdalam perut. Contoh : obat maag.
4.
Larutan penyangga pada tanaman
Larutan penyangga pada tanaman berfungsi
untuk melindungi tanaman dari perubahan pH yang mungkin terjadi akibat pupuk,
pestisida, dll.
HIDROLISIS GARAM
Hidrolisis garam adalah reaksi yang terjadi pada ion-ion
garam dalam air. Garam yang bisa terhidrolisis adalah garam yang berasal dari
asam lemah dan basa lemah. Jika garam berasal dari asam dan basa kuat maka
tidak bisa terhidrolisis.
Macam – macam garam ang berasal dari reaksi asam dan basa :
1. Garam yang berasal dari reaksi asam lemah
dan basa kuat.
Garam yang berasal dari asam lemah dan
basa kuat dalam air mengalami hidrolisis sebagian. Komponen garam (anion asam
lemah) mengalami hidrolisis menghasilkan ion OH-, maka pH > 7 sehingga
larutan garam bersifat basa. Contoh CH3COOK, CH3COONa, KCN, CaS, dan
sebagainya.
Reaksi ionisasi :
CH3COOK(aq) → K+(aq) + CH3COO-(aq)
Reaksi hidrolisis : K+(aq) + H2O(l) -/-> (tidak terhidrolisis)
Reaksi hidrolisis : K+(aq) + H2O(l) -/-> (tidak terhidrolisis)
CH3COO-(aq) +
H2O(l) → CH3COOH(aq) + OH-(aq) bersifat basa
Rumus :
Keterangan :
Kh = konstanta hidrolisis
Kw = konstanta air
Ka = konstanta asam
[G] = konsentrasi garam
h = derajat hidrolisis
Untuk menentukan besarnya derajat
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat di gunakan rumus
berikut:
Contoh: Jika 50 mL larutan KOH 0,5 M
di campur dengan 50 mL larutan CH3COOH 0,5 M, maka hitung pH campuran yang
terjadi (Ka = 10-6)!
Jawab:
KOH
+ CH3COOH => CH3COOK + H2O
M : 25 mmol
25 mmol 0 mmol
0 mmol
R : 25 mmol
25 mmol 25 mmol 25 mmol-
S : 0 mmol
0 mmol 25 mmol 25
mmol
pOH = - log 5 . 10-5 =
5 – log 5
pH = 14 – (5 – log 5) = 9 + log 5
2. Garam yang berasal dari reaksi asam kuat dan
basa lemah
Garam yang berasal dari asam kuat
dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis sebagian karena salah satu
komponen garam (kation basa lemah) mengalami hidrolisis menghasilkan ion H+,maka pH < 7 sehingga
larutan garam bersifat asam. Contoh (NH4)2SO4, AgNO3, NH4CI, CuSO4 dan
sebagainya.
Keterangan:
Kh = konstanta hidrolisis
Kw = konstanta air
Kb = konstanta basa
[G] = konsentrasi garam
h = derajat hidrolisis
Kw = konstanta air
Kb = konstanta basa
[G] = konsentrasi garam
h = derajat hidrolisis
Untuk menentukan besarnya derajat
hidrolisis garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah digunakan rumus:
Contoh:
Diketahui 250 mL larutan (NH4)2SO4 0,1 M, Kb = 2 x 10-5.
tentukan pH larutan tersebut!
Jawab:
pH =
- log 10-5 = 5
Jadi pH larutan tersebut
adalah 5
3.
Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dan basa
lemah
Garam
yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis
total, karena kedua komponen garam (anion asam lemah dan kation basa lemah)
terhidrolisis menghasilkan ion H+ dan ion OH-,
sehingga harga pH larutan ini tergantung harga Ka dan Kb.
Contoh:
NH4CN, (NH4)2S, CH3COONH4, dan sebagainya.
Rumus:
Keterangan:
Kw = konstanta air
Ka = konstanta asam
Kb = konstanta basa
Kh = konstanta hidrolisis
Harga pH dari garam yang terbentuk dari
asam lemah dan basa lemah tergantung harga Ka dan Kb.
a. Jika Ka = Kb, maka larutan akan
bersifat netral (pH = 7)
b. Jika Ka > Kb, maka larutan akan
bersifat asam (pH < 7)
c. Jika Ka < Kb, maka larutan akan
bersifat basa (pH > 7)
Contoh: Hitunglah pH
larutan CH3COONH4 0,1 M. Jika di ketahui Ka
CH3COOH = 10-10 !
Jawab:
4.
Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dan basa kuat
Garam
yang berasal dari asam kuat dan basa kuat dalam air tidak mengalami hidrolisis.
Karena kedua komponen garam tidak terhidrolisis sehingga pH larutan sama dengan
air, yaitu pH = 7 bersifat netral.
Contoh: NaCI, Na2SO4, NaNO3, KCI, K2SO4, Ba(NO3)2, dan sebagaimana:
Contoh: NaCI, Na2SO4, NaNO3, KCI, K2SO4, Ba(NO3)2, dan sebagaimana:
ANALISIS KUALITATIF
Analisis kualitatif adalah suatu proses mengidentifikasi
suatu zat kimia dalam larutan atau sample yang tidak diketahui. Dalam
menganalisa kualitatif yang dipergunakan adalah sifat – sifat dari senyawa sample
baik sifat fisis maupun sifat kimia. Tujuan analisis kualitatif adalah untuk
memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur/senyawa.
Analisis kualitatif ada tiga jenis, yaitu :
1.
Analisis Makro
-
Kuantitas zat 0.5 – 1 g
-
Volume yang dipakai sekitar 20 ml
2.
Analisis Semimikro
-
Kuantitas zat 0,05 g
-
Volume yang dipakai sekitar 1 ml
3.
Analisis Mikro
-
Kuantitas zat 0,01 g
-
Volume yang dipakai sekitar < 1 ml
Dalam analisis kualitatif digunakan pereaksi untuk
mengetahui jenis kation dan anion dari sample. Hasil analisa ini dapat dilihat
dengan endapan yang terjadi pada senyawa tersebut seteklah di campur oleh zat
pereaksi.
ANALISIS KUANTITATIF
Analisis kuantitatif adalah analisa yang dilakukan untuk
mengetaui kadar suatu zat. Zat tersebut sering dinyatakan sebagai konstituen
atau analit, menyusun sebagian kecil atau besar sample yang di analisa.
Macam - macam analisis kuantitatif :
1.
Analisis kuantitatif instrumen
2.
Analisis kuantitatif konvensional
Metode – metode analisis kuantitatif :
1.
Metode gravimeter
Metode penetapan kadar suatu unsur atau
senyawa berdasarkan berat.
2.
Metode volumetri
Metode yang dilakukan dengan car menambahkan
sejumlah larutan baru yag kebih diketahui kadarnya. Dengan mengetahui kadar
larutan baru yang ditambahkan dan endapan yang terjadi dalam sample, maka
jumlah senyawa dapat di hitung.
KELARUTAN
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu untuk terlarut dalam suatu pelarut. Kelarutan dinyatakan dalam bentuk
jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam pelarut pada kesetimbangan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1.
Pengaruh
Jenis Zat pada Kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip
umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur
kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur . Senyawa yang
bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar
akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur
sempurna , air dan eter bercampur
sebagian, sedangkan
minyak dan air tidak bercampur .
2.
Pengaruh Temperatur(Suhu) pada
Kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul
gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut
dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih
besar pada temperatur yang lebih tinggi.
Ada beberapa zat padat yang kelarutannya
berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium
sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan
proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka
proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai
dengan azas Le Chatelier kesetimbangan itu
bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm,
maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika
proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang
lebih tinggi.
3.
Pengaruh tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap
kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah
kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas
sebanding dengan tekanan partial gas
itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa
gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus
dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang
berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen
dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya
dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan
pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam
air.
4.
Pengaruh Jumlah zat terlarut dan
pelarut pada kelarutan
Jika jumlah pelarut lebih banyak maka
kelarutannya akan makin besar, sedangkan bila jumlah pelarut lebih
sedikit maka kelarutan akan semakin kecil.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara
molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Karena molekul-molekul dalam pelarut terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan
atau dicampur.Bila zat A dilarutkan dalam air atau
pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai berikut:
-
Larutan encer, yaitu larutan yang
mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
-
Larutan, yaitu larutan yang
mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
-
Larutan jenuh, yaitu larutan yang
mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan
temperatur tertentu.
-
Larutan lewat jenuh, yaitu
larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas
kelarutannya didalam air pada temperature tertentu. Zat pelarut disebut juga
solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute.
PEMISAHAN
proses pemisahan
dapat diterangkan sebagai proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi.
Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang
dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya
operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak
dapat dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak
bumi), proses pemisahan kimiawi harus dilakukan.
Dalam dunia
industri proses pemisahan sangat di perlukan. Di antaranya adalah pengolahan minyak bumi, pemisahan logam dari mineralnya,
penjernihan air, pengolahan limbah industri. Ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk melakukan pemisahan, yaitu :
1.
Penyaringan
(filtrasi)
2.
Penyulingan
(destilasi)
3.
Kristalisasi
4.
Sublimasi
5.
Kromatografi
6.
Ekstraksi
7.
Adsorbsi
8.
Penguapan
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.