.

Minggu, 07 Agustus 2016

Pencemaran Air di Riau



Kota Tanjungpinang telah berkembang begitu pesat . Perkembangan ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas perairan Riau River Estuary karena berhubungan langsung
dengan berbagai kegiatan yang berlangsung di kota Tanjungpinang. Kota Tanjungpinang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, sekaligus ibu kota dari Kota Tanjung Pinang. Tanjung Pinang berada pada satu teluk yang merupakan muara Sungai Riau dan merupakan kawasan multifungsi (Multiple-Use Zone) : untuk pariwisata, perikanan,pemukiman,industri,perdagangan,pelabuhan dan transportasi laut,pembuangan limbah,konservasi dan lain-lain. Permasalahan yang timbul adalah pencemaran yang masuk ke dalam perairan muara Sungai Riau semakin meningkat. Jika masalah ini tidak segera diperbaiki, maka dapat menimbulkan kerugian ekologis,ekonomis,kesehatan dan estetis yang sangat membahayakan.
Mungkinkah upaya penyelamatan muara Sungai Riau dari bahaya pencemaran dilakukan ?
Sebagai jawaban atas permasalahan di atas maka penelitian ini dirancang untuk mendapatkan informasi kunci yang mungkin diperlukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui distribusi pencemaran khususnya kekeruhan, BOD 5,COD,nitrat,posfat,klorofil-a di perairan muara Sungai Riau.
Penelitian dilakukan pada Agustus 2011. Sampel diambil di perairan muara Sungai Riau , Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau. Dilakukan pengukuran kualitas lingkungan dan fitoplankton, Contoh air untuk pengukuran parameter pencemaran khususnya kekeruhan ,BOD 5,COD,nitrat,posfat dan klorofil-a diambil pada air permukaan dan disimpan pada botol sampel dan disimpan dalam ice-box pada temperatur  4°C dan dianalisis di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru. Pengukuran kekeruhan dilakukan menggunakan turbiditimeter.



Turbiditimeter


BOD5,COD, posfat dan nitrat diukur menggunakan spektrofotometer. Konsentrasi klorofil-a dianalisis dengan metoda spektrofotometrik merujuk metoda Lorenzo (1967).











Spektrofotometer



Perairan muara Sungai Riau terletak pada 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kecamatan Bukit Bestari dan Kecamatan Tanjungpinang Timur.
Distribusi pencemaran air di Riau
Muara Sungai Kampar adalah gabungan dari beberapa aliran sungai besar dan anak sungai yang berada di Provinsi Riau. Muara Sungai Kampar mengindikasikan banyak mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa kegiatan industri dan membuang limbahnya ke sungai. Selain Muara Sungai Kampar daerah Aliran Sungai (DAS) Siak, Kabupaten Siak juga selalu menanggung konsekuensi atas pencemaran aliran sungai Siak.
Kekeruhan, nitrat, posfat, COD, BOD5, dan klorofil-a dijadikan sebagai indikator pencemaran perairan muara Sungai Riau. Variasi masing-masing parameter beragam antar stasiun penelitian.
Kekeruhan, Kekeruhan perairan muara Sungai Riau berkisar antara 5,42 NTU dan 13,83 NTU. Dengan nilai rata-rata tingkat kekeruhan 9,01 NTU sudah melebihi baku mutu air laut.
yang tertera pada Kepmen LH RI No. 51/2004 (<5 NTU). Tingkat kekeruhan perairan ini cenderung lebih tinggi pada stasiun I, VI, VII dan IX lebih tinggi  dibandingkan stasiun lainnya.  
Chemical Oxygen Demand (COD). Konsentrasi COD perairan muara Sungai Riau berkisar antara 38,40 mg/L dan 83,20 mg/L. Konsentrasi COD lebih dominan dijumpai pada stasiun I, VI, VII, dan VIII.  
Biological Oxygen Deman (BOD5). Konsentrasi BOD5 di perairan muara Sungai Riau tidak menunjukkan variasi yang besar antar stasiun penelitian. Konsentrasi tetinggi 19,60 mg/L dan terendah 17,12 mg/L. Dibandingkan Kepmen LH RI 51/2004 pada Lampiran III, dari nilai rata-rata sebesar 17,92 mg/L masih berada pada range baku mutu diperbolehkan yakni sebesar 20 mg/L. 
Posfat. Konsentrasi posfat bervariasi antara 0,0774 mg/L dan 0,3053 mg/L. Konsentrasi posfat cenderung lebih tinggi pada stasiun I, IV, V dan VI dibandingkan stasiun lainnya. Konsentrasi posfat perairan muara Sungai Riau sudah melebihi baku mutu Kepmen LH RI N0. 51/2004, dimana nilai rata-rata selama penelitian 0,1424 mg/L sedangkan nilai yang  diperbolehkan 0,015 mg/L. Nitrat, konsentrari nitrat beragam antara 0,0085 mg/L dan 0,0377 mg/L.
Konsentrasi nitrat yang perbolehkan Kepmen LH RI No. 51/2004 adalah sebesar 0,008 mg/L, sedangkan rata-rata nilai nitrat di perairan muara Sungai Riau telah melebihi nilai tersebut (yakni 0,0189 mg/L).  Klorofil-a. Kandungan klorofil-a tertinggi 5,72 ug/L dan terendah 1,79 ug/L. Kandungan klorofil-a cenderung lebih tinggi pada stasiun I, II, dan III dibandingkan stasiun lain. Distribusi dan tingkat pencemaran di perairan muara sungai Riau terutama dipengaruhi oleh berbagai sumber pencemar yang berada di sekitarnya. Sumber pencemaran di daerah pesisir umumnya bersumber dari kegiatan yang berasal didaerah daratan (land based), selain itu juga bersumber dari daerah laut (marine based).
Distribusi dan tingkat pencemaran di perairan muara sungai Riau terutama dipengaruhi oleh berbagai sumber pencemar yang berada di sekitarnya. Sumber pencemaran di daerah pesisir umumnya bersumber dari kegiatan yang berasal didaerah daratan (land based), selain itu juga bersumber dari daerah laut (marine based). Potensi bahan pencemar di perairan ini diprakirakan yang berasal dari laut (marine based) adalah bersumber dari kegiatan transportasi laut. Transportasi laut yang diidentifikasi di perairan muara Sungai Riau berupa lalu lintas kapal dan kapal tambat. Bahan pencemar yang dihasilkan berupa limbah padat seperti sampah dan limbah cair berupa air ballast. Sedangkan potensi pencemaran yang berasal dari daratan (land based) terutama berupa “sewage” dari limbah domestik perkotaan, pertanian, pertambangan, dan dari buangan industri. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian berupa sisa-sisa pupuk dan pestisida. Selain itu juga berupa berupa bahan tersuspensi akibar erosi lahan pertanian. Sumber bahan tersuspensi yang dominan di daerah ini juga berasal dari lahan bekas tambang bauksit. Kedua kegiatan yang disebutkan terakhir sangat potensial meningkatkan kekeruhan di lingkungan perairan muara Sungai Riau. Tanjungpinang Kota, Kecamatan Bintan Timur) yang berhubungan langsung dengan perairan muara Sungai Riau adalah sebesar 140.370 jiwa. Dengan perhitungan menggunakan faktor standar WHO dan US EFA, diprakirakan beban limbah kota dari penduduk yang masuk ke perairan muara Sungai Riau sebesar 22.796,09 ton per tahun, dengan kontribusi berasal dari: sampah kota (padat) sebesar 21.055,50 ton/tahun, limbah kota sebesar 56,15 ton/tahun dan berupa endapan sebesar1.684,44 ton/tahun.

Sumber pencemaran di perairan muara Sungai Riau yang berasal dari laut (marine based) seperti lalu lintas kapal dan kapal tambat; dan berasal dari daratan (land based) terutama berupa “sewage” dari limbah domestik perkotaan, pertanian, pertambangan, dan dari buangan industri. Mengacu kepada baku mutu lingkungan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 51/2004.



Daftar Pustaka :

Mulyadi, A., Siregar, SH., Nurachmi, I.2011:5 (2). Distribsi Pencemaran di Perairan Muara Sungai Riau, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Mulyadi, A., Siregar, SH., Nurachmi, I.2011:5 (2). Distribution of pollution in the waters of Riau river Estuary, Tanjungpinang City, Riau Islands.
Erlangga.2007. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus).
Anonim.2016. Selamatkan Sungai Siak dari Pencemaran.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.