Kota Tanjungpinang
telah berkembang begitu pesat . Perkembangan ini dikhawatirkan akan berdampak
buruk pada kualitas perairan Riau River
Estuary karena berhubungan langsung
Mungkinkah upaya
penyelamatan muara Sungai Riau dari bahaya pencemaran dilakukan ?
Sebagai jawaban
atas permasalahan di atas maka penelitian ini dirancang untuk mendapatkan
informasi kunci yang mungkin diperlukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
distribusi pencemaran khususnya kekeruhan, BOD 5,COD,nitrat,posfat,klorofil-a
di perairan muara Sungai Riau.
Penelitian dilakukan
pada Agustus 2011. Sampel diambil di perairan muara Sungai Riau , Tanjung
Pinang, Provinsi Kepulauan Riau. Dilakukan pengukuran kualitas lingkungan dan
fitoplankton, Contoh air untuk pengukuran parameter pencemaran khususnya
kekeruhan ,BOD 5,COD,nitrat,posfat dan klorofil-a diambil pada air permukaan
dan disimpan pada botol sampel dan disimpan dalam ice-box pada temperatur 4°C
dan dianalisis di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
Pekanbaru. Pengukuran kekeruhan dilakukan menggunakan turbiditimeter.
Turbiditimeter
BOD5,COD, posfat
dan nitrat diukur menggunakan spektrofotometer. Konsentrasi klorofil-a
dianalisis dengan metoda spektrofotometrik merujuk metoda Lorenzo (1967).
Spektrofotometer
Perairan muara
Sungai Riau terletak pada 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang
Kota, Kecamatan Bukit Bestari dan Kecamatan Tanjungpinang Timur.
Distribusi pencemaran air di Riau
Muara Sungai Kampar
adalah gabungan dari beberapa aliran sungai besar dan anak sungai yang berada
di Provinsi Riau. Muara Sungai Kampar mengindikasikan banyak mengandung bahan
pencemar. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa kegiatan industri dan
membuang limbahnya ke sungai. Selain Muara Sungai Kampar daerah Aliran Sungai
(DAS) Siak, Kabupaten Siak juga selalu menanggung konsekuensi atas pencemaran
aliran sungai Siak.
Kekeruhan, nitrat,
posfat, COD, BOD5, dan klorofil-a dijadikan sebagai indikator pencemaran
perairan muara Sungai Riau. Variasi masing-masing parameter beragam antar
stasiun penelitian.
Kekeruhan,
Kekeruhan perairan muara Sungai Riau berkisar antara 5,42 NTU dan 13,83 NTU.
Dengan nilai rata-rata tingkat kekeruhan 9,01 NTU sudah melebihi baku mutu air
laut.
yang tertera pada
Kepmen LH RI No. 51/2004 (<5 NTU). Tingkat kekeruhan perairan ini cenderung
lebih tinggi pada stasiun I, VI, VII dan IX lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya.
Chemical Oxygen
Demand (COD). Konsentrasi COD perairan muara Sungai Riau berkisar antara 38,40
mg/L dan 83,20 mg/L. Konsentrasi COD lebih dominan dijumpai pada stasiun I, VI,
VII, dan VIII.
Biological Oxygen
Deman (BOD5). Konsentrasi BOD5 di perairan muara Sungai Riau tidak menunjukkan
variasi yang besar antar stasiun penelitian. Konsentrasi tetinggi 19,60 mg/L
dan terendah 17,12 mg/L. Dibandingkan Kepmen LH RI 51/2004 pada Lampiran III,
dari nilai rata-rata sebesar 17,92 mg/L masih berada pada range baku mutu
diperbolehkan yakni sebesar 20 mg/L.
Posfat.
Konsentrasi posfat bervariasi antara 0,0774 mg/L dan 0,3053 mg/L. Konsentrasi
posfat cenderung lebih tinggi pada stasiun I, IV, V dan VI dibandingkan stasiun
lainnya. Konsentrasi posfat perairan muara Sungai Riau sudah melebihi baku mutu
Kepmen LH RI N0. 51/2004, dimana nilai rata-rata selama penelitian 0,1424 mg/L
sedangkan nilai yang diperbolehkan 0,015
mg/L. Nitrat,
konsentrari nitrat beragam antara 0,0085 mg/L dan 0,0377 mg/L.
Konsentrasi nitrat
yang perbolehkan Kepmen LH RI No. 51/2004 adalah sebesar 0,008 mg/L, sedangkan
rata-rata nilai nitrat di perairan muara Sungai Riau telah melebihi nilai
tersebut (yakni 0,0189 mg/L).
Klorofil-a. Kandungan klorofil-a tertinggi 5,72 ug/L dan terendah 1,79
ug/L. Kandungan klorofil-a cenderung lebih tinggi pada stasiun I, II, dan III
dibandingkan stasiun lain. Distribusi dan tingkat pencemaran di perairan muara
sungai Riau terutama dipengaruhi oleh berbagai sumber pencemar yang berada di
sekitarnya. Sumber pencemaran di daerah pesisir umumnya bersumber dari kegiatan
yang berasal didaerah daratan (land based), selain itu juga bersumber dari
daerah laut (marine based).
Distribusi dan
tingkat pencemaran di perairan muara sungai Riau terutama dipengaruhi oleh
berbagai sumber pencemar yang berada di sekitarnya. Sumber pencemaran di daerah
pesisir umumnya bersumber dari kegiatan yang berasal didaerah daratan (land
based), selain itu juga bersumber dari daerah laut (marine based). Potensi
bahan pencemar di perairan ini diprakirakan yang berasal dari laut (marine
based) adalah bersumber
dari kegiatan transportasi laut. Transportasi laut yang diidentifikasi di
perairan muara Sungai Riau berupa lalu lintas kapal dan kapal tambat. Bahan
pencemar yang dihasilkan berupa limbah padat seperti sampah dan limbah cair
berupa air ballast. Sedangkan potensi pencemaran yang berasal dari daratan
(land based) terutama berupa “sewage” dari limbah domestik perkotaan,
pertanian, pertambangan, dan dari buangan industri. Limbah yang dihasilkan dari
kegiatan pertanian berupa sisa-sisa pupuk dan pestisida. Selain itu juga berupa
berupa bahan tersuspensi akibar erosi lahan pertanian. Sumber bahan tersuspensi
yang dominan di daerah ini juga berasal dari lahan bekas tambang bauksit. Kedua
kegiatan yang disebutkan terakhir sangat potensial meningkatkan kekeruhan di
lingkungan perairan muara Sungai Riau. Tanjungpinang Kota, Kecamatan Bintan
Timur) yang berhubungan langsung dengan perairan muara Sungai Riau adalah sebesar
140.370 jiwa. Dengan perhitungan menggunakan faktor standar WHO dan US EFA,
diprakirakan beban limbah kota dari penduduk yang masuk ke perairan muara
Sungai Riau sebesar 22.796,09 ton per tahun, dengan kontribusi berasal dari:
sampah kota (padat) sebesar 21.055,50 ton/tahun, limbah kota sebesar 56,15
ton/tahun dan berupa endapan sebesar1.684,44 ton/tahun.
Sumber pencemaran
di perairan muara Sungai Riau yang berasal dari laut (marine based) seperti
lalu lintas kapal dan kapal tambat; dan berasal dari daratan (land based)
terutama berupa “sewage” dari limbah domestik perkotaan, pertanian, pertambangan,
dan dari buangan industri. Mengacu kepada baku mutu lingkungan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 51/2004.
Daftar Pustaka :
Mulyadi, A.,
Siregar, SH., Nurachmi, I.2011:5 (2). Distribsi Pencemaran di Perairan Muara
Sungai Riau, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Mulyadi, A.,
Siregar, SH., Nurachmi, I.2011:5 (2). Distribution of pollution in the waters of Riau river
Estuary, Tanjungpinang City, Riau Islands.
Erlangga.2007. Efek
Pencemaran Perairan Sungai Kampar di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus).
Anonim.2016.
Selamatkan Sungai Siak dari Pencemaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.