Oleh: Muhammad Himawan Ardiansyah (X18-Himawan)
Abstrak
Kimia Hijau (Green
Chemistry) adalah desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau
menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau umumnya mencakup
konsep dan pendekatan yang efektif untuk mencegah pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh proses dan produk bahan kimia beracun dan berbahaya.
Pembelajaran kimia berbasis green
chemistry menjadi salah satu metode yang dapat digunakan sebagai pendekatan
untuk mencegah pencemaran akibat bahan-bahan kimia.
Kata kunci: Kimia hijau,
pencemaran, zat berbahaya
Abstract
Green Chemistry is the design of chemical products
and processes that seek to reduce or eliminate the use of hazardous substances.
Green chemistry generally includes effective concepts and approaches to prevent
environmental pollution caused by toxic and hazardous chemical processes and
products. Green chemistry-based learning is one method that can be used as an
approach to prevent pollution due to chemicals.
Keywords: Green chemistry, pollution, hazardous substances
Pendahuluan
Isu tentang polusi, limbah, pemanasan
global sering diberitakan dalam media masa. Di era modern ini, isu-isu tersebut
menjadi isu yang sensitif. Peningkatan kadar polutan yang relatif besar,
membuat pembuat kebijakan, aktivislingkungan dan juga masyarakat umum mulai
memikirkan masa depan bumi ini. Hal ini melahirkan istilah ramah lingkungan, kimia
merupakan salah satu disiplin ilmu yang memegang peranan penting dalam
menentukan keberlanjutan kehidupan manusia di bumi.
Rumusan masalah
1. Apa
itu kimia hijau?
2. Apa
peranan kimia hijau bagi kesehatan manusia dan lingkungan?
3. Apa
saja prinsip prinsip kimia hijau?
Tujuan
1. Mengetahui
dan memahami apa itu kimia hijau
2. Mengetahui
peran kimia hijau bagi kesehatan manusia dan lingkungan
3. Mengetahui
dan memahami prinsip prinsip kimia hijau
Pembahasan
A. Definisi
kimia hijau
Kimia hijau
atau kimia berkelanjutan didefinisikan oleh Badan Perlindungan Lingkungan
sebagai “desain produk kimia yang mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat
berbahaya” Dalam beberapa tahun terakhir ada harapan masyarakat yang lebih
besar bahwa ahli kimia dan insinyur kimia harus menghasilkan bahan kimia yang
lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Kimia hijau
berupaya membuat langkah langkah kreatif dan inovatif beragam proses kimia,
baik dengan menggeser, menambah, atau mengurangi, dan memperbaharui proses
kimia tradisional-konvensional menjadi lebih ramah terhadap kelangsungan hidup
umat manusia dan lingkungan sekitar, dengan tetap mengedepankan prinsip
optimasi dalam proses produksi. Kimia hijau berupaya mewujudkan kondisi
produksi tetap optimal, manusia tetap sehat, dan lingkungan selalu bersih dan
lestari.
B. Peran
kimia hijau bagi kesehatan manusia dan lingkungan
1) Sistem
Pengelolaan Air
Di sebagian kota-kota besar di
Indonesia, pengelolaan air bersih, badan air, serta air limbah masih belum
sempurna. Masih banyak masyarakat yang tidak punya akses kepada air bersih dan
sistem sanitasi standar yang sehat. Sebenarnya Indonesia berkelimpahan air,
namun sayangnya pengelolaan air masih belum sistematis. Penerapan 4 Rs untuk
mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air
untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih
(recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge) (Joga, 2008).
2) Infrastruktur
Saat ini sudah dipasarkan materi
dari PCM yang mudah terurai di lingkungan dan bersumber dari bahan alami
seperti minyak sawit, minyak inti sawit, minyak lobak, minyak kelapa, dan
minyak kedelai (PureTemp). Bahan-bahan ini tidak beracun, tidak mudah terbakar
dan bila dikemas dengan benar tidak akan teroksidasi dan menjadi tengik, dan
akan stabil selama beberapa dekade. Bahan PCM yang berupa lemak dan minyak
terhidrogenasi sepenuhnya dapat stabil selama beberapa dekade (PureTemp, 2017).
3) Transportasi
Penggunaan angkutan umum untuk
tujuan efisiensi energi yang lebih besar, norma keselamatan yang lebih tinggi
dan emisi gas buang yang lebih rendah, juga, sangat diharapkan untuk mengurangi
berat kendaraan angkutan umum (Woinaroschy, 2016). Alat transport yang ramah
lingkungan antara lain sepeda biasa dan sepeda listrik, mobil listrik, dan
mobil hibrida.
4) Energi
Ada beberapa cara yang didukung
oleh Ilmu Kimia untuk mengurangi konsumsi energi karena adanya advokasi untuk
memanfaatkan bahan bangunan hemat energi maka pemanfaatan materi poliuretan sebagai
insulasi yang sangat baik digunakan dalam produksi panel prefabrikasi untuk
industri konstruksi, untuk dinding pendingin pada gudang atau box kendaraan
pembawa materi yang harus beku/dingin, dan pembentuk kayu imitasi.
5) Pengolahan
limbah
Industri kimia dapat menawarkan
solusi yang kredibel untuk masalah pengolahan limbah. Prasetyono (2017),
menjelaskan ide pengelolaan limbah, yaitu penggabungan “dua” teknologi untuk
pengelolaan limbah sampah bagi kota besar Indonesia.
Teknologi itu adalah, pertama disebut sebagai
teknologi reaktor “fermentasi kontinyu” untuk sampah organik karena lebih ramah
lingkungan (green), zero waste, sebab tidak ada proses pembakaran secara
langsung. Gas metana yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai bahan
bakar “methane engine” untuk menghasilkan listrik atau gas untuk memasak di
dapur. Teknologi ini juga akan menghasilkan pupuk kompos berkualitas tinggi.
Teknologi yang kedua adalah
teknologi gasifikasi yang mampu mengolah jenis sampah anorganik, seperti
teknologi pirolysis. Jadi pasangan teknologi fermentasi kontinyu dan teknologi
pirolysis adalah “pasangan” teknologi yang sangat tepat untuk diterapkan di kota besar/modern karena
sifatnya yang saling mengisi, sehingga keduanya akan dapat memenuhi harapan
sebagai teknologi “Green and Zero Waste”.
Untuk pengelolaan limbah padat
juga dapat diterapkan pemisahan limbah (waste segregation), yaitu dengan
penyediaan empat kantong pembuangan sampah untuk jenis limbah organik, kaca
atau keramik, kertas dan plastik yang akan mempermudah pengumpul limbah untuk
mentransfer sampah ke tempat daur ulang.
C. Prinsip
prinsip kimia hijau
Ada 12 prinsip kimia hijau:
- Pencegahan limbah: Lebih baik
untuk mencegah sedini mungkin terjadinya limbah daripada menanggulangi dan
mengelola limbah yang sudah terlanjur terbentuk karena limbah yang muncul sebagai
bagian dari proses produksi akan menimbulkan biaya ekonomi yang tinggi.
- Memaksimalkan ekonomi atom:
Perancangan sintesis sedemikian rupa sehingga produk akhir mengandung proporsi
maksimum dari bahan awal. Dalam hal ini hanya sedikit atom yang terbuang, dan
kalau bisa nihil.
- Perancangan sintesis dengan
bahan kimia yang tidak berbahaya: Dalam praktek metode sintesis seharusnya di
desain untuk menggunakan dan menghasilkan zat yang paling sedikit atau sama
sekali tidak menimbulkan toksnsutas pada manusia dan lingkungan.
- Perancangan bahan dan Produk
kimia yang aman: Produk kimia seharusnya dirancang sesuai fungsi yang
diinginkan dan meminimalkan terjadinya toksisitas bagi manusia dan lingkungan.
- Pelarut dan senyawa pembantu
yang ramah lingkungan (Pelarut Hijau): Meskipun termasuk sebagai zat yang tidak
berkontribusi langsung terhadap struktur produk, tetapi dipadukan untuk
terjadinya reaksi kimia dalam proses produksi.
- Perancangan untuk efisiensi
energi: Penggunaan energi dalam proses kimia perlu senantiasa memperhatikan
dampak lingkungan dan nilai ekonominya, dalam hal ini jumlahnya harus
diminimalisir.
- Penggunaan bahan baku (bahan
dasar atau bahan mentah) terbarukan: Apabila secara teknis dan ekonomi
memungkinkan, maka sebaiknya menggunakan bahan bahan baku yang terbarukan.
- Mengurangi tahapan reaksi atau
derivatif: Derivatisasi yang tidak dikehendaki harus diminimalkan atau
dihindari, karena akan membutuhkan tambahan reagen dan dapat menghasilkan
limbah.
- Katalisis: reagen katalis
seharusnya lebih unggul untuk reagen stoikiometri. Datam hal ini Santosa (2008)
menjelaskan, bahwa penggunaan senyawa pemercepat reaksi dapat mengkonsumsi
energi, bahan dasar.
- Rancangan untuk degradasi
(peruraian): Produk kimia seharusnya dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat
terurai menjadi produk yang tidak berbahaya.
- Analisis seketika (real time)
untuk pencegahan polusi: Metodologi Analitik perlu dikembangkan lebih lanjut
untuk memungkinkan kontrol proses dan monitoring seketika, hal itu untuk
mengantisipasi terbentuknya zat berbahaya.
- Minimalisir potensi kecelakaan:
Rancangan kimia dan bentuk fisik (padat, cair dan gas) harus sedemikian rupa,
sehingga potensi kecelakaan seperti iedakan, kebakaran dan kontaminasi terhadap
lingkungan menjadi sangat minimal.
Kesimpulan
Pendekatan
kimia hijau adalah usaha penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan senyawa
berbahaya melalui usaha perancangan, produksi, dan penerapan produk kimia.
Pendekatan kimia hijau berusaha meminimalisir zat berbahaya, pemanfaatan
katalis yang aman untuk reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak
beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi
pada tingkat atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan. Usaha untuk
menerapkan kimia hijau untuk menghasilkan produk industri untuk bangunan dan
penggantian zat kimia berbahaya yang digunakan pada berbagai industri dan
kesehatan telah dilakukan. Berbagai peraturan mengenai penerapan kimia hijau
pada tingkat dunia dan Indonesia telah dibuat. Perlu pengawasan ketat untuk
penerapan pendekatan kimia hijau ini untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan
dan lingkungan. Masih banyak usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
penelitian, pendidikan, kebijakan, dan penerapan kimia hijau terutama tentang
penerapan nanopartikel untuk kesehatan.
Daftar pustaka
Hidayat, Atep Afia. 2022. Kimia
dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Kimia Hijau (Modul 11).
Universitas Mercu Buana, Jakarta
Dina Mustafa. Peranan Kimia Hijau
(green chemistry) Dalam Mendukung Tercapainya A Kota Cerdas (smart city). Dalam
https://www.researchgate.net/profile/Sri-Utami-24/publication/326057983_Optimalisasi_Peran_Sains_Teknologi_untuk_Mewujudkan_Smart_City/links/5b35ac33aca2720785f49141/Optimalisasi-Peran-Sains-Teknologi-untuk-Mewujudkan-Smart-City.pdf#page=182
Dina Mustafa. Kimia Hijau dan
Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.