.

Rabu, 09 November 2022

PERAN KIMIA HIJAU TERHADAP KESEHATAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN



Oleh: Muhammad Himawan Ardiansyah (X18-Himawan)

Abstrak

Kimia Hijau (Green Chemistry) adalah desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau umumnya mencakup konsep dan pendekatan yang efektif untuk mencegah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proses dan produk bahan kimia beracun dan berbahaya. Pembelajaran kimia berbasis green chemistry menjadi salah satu metode yang dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mencegah pencemaran akibat bahan-bahan kimia.

Kata kunci: Kimia hijau, pencemaran, zat berbahaya

Abstract

Green Chemistry is the design of chemical products and processes that seek to reduce or eliminate the use of hazardous substances. Green chemistry generally includes effective concepts and approaches to prevent environmental pollution caused by toxic and hazardous chemical processes and products. Green chemistry-based learning is one method that can be used as an approach to prevent pollution due to chemicals.

Keywords: Green chemistry, pollution, hazardous substances

Pendahuluan

Isu tentang polusi, limbah, pemanasan global sering diberitakan dalam media masa. Di era modern ini, isu-isu tersebut menjadi isu yang sensitif. Peningkatan kadar polutan yang relatif besar, membuat pembuat kebijakan, aktivislingkungan dan juga masyarakat umum mulai memikirkan masa depan bumi ini. Hal ini melahirkan istilah ramah lingkungan, kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang memegang peranan penting dalam menentukan keberlanjutan kehidupan manusia di bumi.

Rumusan masalah

1.       Apa itu kimia hijau?

2.       Apa peranan kimia hijau bagi kesehatan manusia dan lingkungan?

3.       Apa saja prinsip prinsip kimia hijau?

Tujuan

1.       Mengetahui dan memahami apa itu kimia hijau

2.       Mengetahui peran kimia hijau bagi kesehatan manusia dan lingkungan

3.       Mengetahui dan memahami prinsip prinsip kimia hijau

Pembahasan

A.      Definisi kimia hijau

Kimia hijau atau kimia berkelanjutan didefinisikan oleh Badan Perlindungan Lingkungan sebagai “desain produk kimia yang mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya” Dalam beberapa tahun terakhir ada harapan masyarakat yang lebih besar bahwa ahli kimia dan insinyur kimia harus menghasilkan bahan kimia yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Kimia hijau berupaya membuat langkah langkah kreatif dan inovatif beragam proses kimia, baik dengan menggeser, menambah, atau mengurangi, dan memperbaharui proses kimia tradisional-konvensional menjadi lebih ramah terhadap kelangsungan hidup umat manusia dan lingkungan sekitar, dengan tetap mengedepankan prinsip optimasi dalam proses produksi. Kimia hijau berupaya mewujudkan kondisi produksi tetap optimal, manusia tetap sehat, dan lingkungan selalu bersih dan lestari.

B.      Peran kimia hijau bagi kesehatan manusia dan lingkungan

 

1)      Sistem Pengelolaan Air

Di sebagian kota-kota besar di Indonesia, pengelolaan air bersih, badan air, serta air limbah masih belum sempurna. Masih banyak masyarakat yang tidak punya akses kepada air bersih dan sistem sanitasi standar yang sehat. Sebenarnya Indonesia berkelimpahan air, namun sayangnya pengelolaan air masih belum sistematis. Penerapan 4 Rs untuk mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge) (Joga, 2008).

2)      Infrastruktur

Saat ini sudah dipasarkan materi dari PCM yang mudah terurai di lingkungan dan bersumber dari bahan alami seperti minyak sawit, minyak inti sawit, minyak lobak, minyak kelapa, dan minyak kedelai (PureTemp). Bahan-bahan ini tidak beracun, tidak mudah terbakar dan bila dikemas dengan benar tidak akan teroksidasi dan menjadi tengik, dan akan stabil selama beberapa dekade. Bahan PCM yang berupa lemak dan minyak terhidrogenasi sepenuhnya dapat stabil selama beberapa dekade (PureTemp, 2017).

3)       Transportasi

Penggunaan angkutan umum untuk tujuan efisiensi energi yang lebih besar, norma keselamatan yang lebih tinggi dan emisi gas buang yang lebih rendah, juga, sangat diharapkan untuk mengurangi berat kendaraan angkutan umum (Woinaroschy, 2016). Alat transport yang ramah lingkungan antara lain sepeda biasa dan sepeda listrik, mobil listrik, dan mobil hibrida.

4)      Energi

Ada beberapa cara yang didukung oleh Ilmu Kimia untuk mengurangi konsumsi energi karena adanya advokasi untuk memanfaatkan bahan bangunan hemat energi maka pemanfaatan materi poliuretan sebagai insulasi yang sangat baik digunakan dalam produksi panel prefabrikasi untuk industri konstruksi, untuk dinding pendingin pada gudang atau box kendaraan pembawa materi yang harus beku/dingin, dan pembentuk kayu imitasi.

5)      Pengolahan limbah

Industri kimia dapat menawarkan solusi yang kredibel untuk masalah pengolahan limbah. Prasetyono (2017), menjelaskan ide pengelolaan limbah, yaitu penggabungan “dua” teknologi untuk pengelolaan limbah sampah bagi kota besar Indonesia.

 Teknologi itu adalah, pertama disebut sebagai teknologi reaktor “fermentasi kontinyu” untuk sampah organik karena lebih ramah lingkungan (green), zero waste, sebab tidak ada proses pembakaran secara langsung. Gas metana yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar “methane engine” untuk menghasilkan listrik atau gas untuk memasak di dapur. Teknologi ini juga akan menghasilkan pupuk kompos berkualitas tinggi.

Teknologi yang kedua adalah teknologi gasifikasi yang mampu mengolah jenis sampah anorganik, seperti teknologi pirolysis. Jadi pasangan teknologi fermentasi kontinyu dan teknologi pirolysis adalah “pasangan” teknologi yang sangat tepat  untuk diterapkan di kota besar/modern karena sifatnya yang saling mengisi, sehingga keduanya akan dapat memenuhi harapan sebagai teknologi “Green and Zero Waste”.

Untuk pengelolaan limbah padat juga dapat diterapkan pemisahan limbah (waste segregation), yaitu dengan penyediaan empat kantong pembuangan sampah untuk jenis limbah organik, kaca atau keramik, kertas dan plastik yang akan mempermudah pengumpul limbah untuk mentransfer sampah ke tempat daur ulang.

 

C.       Prinsip prinsip kimia hijau

Ada 12 prinsip kimia hijau:

- Pencegahan limbah: Lebih baik untuk mencegah sedini mungkin terjadinya limbah daripada menanggulangi dan mengelola limbah yang sudah terlanjur terbentuk karena limbah yang muncul sebagai bagian dari proses produksi akan menimbulkan biaya ekonomi yang tinggi.

- Memaksimalkan ekonomi atom: Perancangan sintesis sedemikian rupa sehingga produk akhir mengandung proporsi maksimum dari bahan awal. Dalam hal ini hanya sedikit atom yang terbuang, dan kalau bisa nihil.

- Perancangan sintesis dengan bahan kimia yang tidak berbahaya: Dalam praktek metode sintesis seharusnya di desain untuk menggunakan dan menghasilkan zat yang paling sedikit atau sama sekali tidak menimbulkan toksnsutas pada manusia dan lingkungan.

- Perancangan bahan dan Produk kimia yang aman: Produk kimia seharusnya dirancang sesuai fungsi yang diinginkan dan meminimalkan terjadinya toksisitas bagi manusia dan lingkungan.

- Pelarut dan senyawa pembantu yang ramah lingkungan (Pelarut Hijau): Meskipun termasuk sebagai zat yang tidak berkontribusi langsung terhadap struktur produk, tetapi dipadukan untuk terjadinya reaksi kimia dalam proses produksi.

- Perancangan untuk efisiensi energi: Penggunaan energi dalam proses kimia perlu senantiasa memperhatikan dampak lingkungan dan nilai ekonominya, dalam hal ini jumlahnya harus diminimalisir.

- Penggunaan bahan baku (bahan dasar atau bahan mentah) terbarukan: Apabila secara teknis dan ekonomi memungkinkan, maka sebaiknya menggunakan bahan bahan baku yang terbarukan.

- Mengurangi tahapan reaksi atau derivatif: Derivatisasi yang tidak dikehendaki harus diminimalkan atau dihindari, karena akan membutuhkan tambahan reagen dan dapat menghasilkan limbah.

- Katalisis: reagen katalis seharusnya lebih unggul untuk reagen stoikiometri. Datam hal ini Santosa (2008) menjelaskan, bahwa penggunaan senyawa pemercepat reaksi dapat mengkonsumsi energi, bahan dasar.

- Rancangan untuk degradasi (peruraian): Produk kimia seharusnya dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat terurai menjadi produk yang tidak berbahaya.

- Analisis seketika (real time) untuk pencegahan polusi: Metodologi Analitik perlu dikembangkan lebih lanjut untuk memungkinkan kontrol proses dan monitoring seketika, hal itu untuk mengantisipasi terbentuknya zat berbahaya.

- Minimalisir potensi kecelakaan: Rancangan kimia dan bentuk fisik (padat, cair dan gas) harus sedemikian rupa, sehingga potensi kecelakaan seperti iedakan, kebakaran dan kontaminasi terhadap lingkungan menjadi sangat minimal.

Kesimpulan

Pendekatan kimia hijau adalah usaha penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan senyawa berbahaya melalui usaha perancangan, produksi, dan penerapan produk kimia. Pendekatan kimia hijau berusaha meminimalisir zat berbahaya, pemanfaatan katalis yang aman untuk reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi pada tingkat atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan. Usaha untuk menerapkan kimia hijau untuk menghasilkan produk industri untuk bangunan dan penggantian zat kimia berbahaya yang digunakan pada berbagai industri dan kesehatan telah dilakukan. Berbagai peraturan mengenai penerapan kimia hijau pada tingkat dunia dan Indonesia telah dibuat. Perlu pengawasan ketat untuk penerapan pendekatan kimia hijau ini untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Masih banyak usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan penelitian, pendidikan, kebijakan, dan penerapan kimia hijau terutama tentang penerapan nanopartikel untuk kesehatan.

Daftar pustaka

Hidayat, Atep Afia. 2022. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Kimia Hijau (Modul  11). Universitas Mercu Buana, Jakarta 

Dina Mustafa. Peranan Kimia Hijau (green chemistry) Dalam Mendukung Tercapainya A Kota Cerdas (smart city). Dalam https://www.researchgate.net/profile/Sri-Utami-24/publication/326057983_Optimalisasi_Peran_Sains_Teknologi_untuk_Mewujudkan_Smart_City/links/5b35ac33aca2720785f49141/Optimalisasi-Peran-Sains-Teknologi-untuk-Mewujudkan-Smart-City.pdf#page=182

Dina Mustafa. Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.