Oleh : @X12-Bangkit
ABSTRAK
Kimia Hijau
menerapkan pendekatan baru untuk bidang sintesis, Pengolahan dan penerapan zat
kimia sedemikian rupa, sehingga ancaman terhadap kesehatan dan lingkungan dapat
dikurangi (Manahan, 2005). Selanjutnya dijelaskan bahwa penerapan Kimia Hijau
dimulai dengan pernyataan mengenai proses produksi yang hasil akhirnya memiliki
sisa produk kimia merupakan hal yang tidak tepat. Untuk mencapai sasaran dan
fungsinya, Kimia Hijau dapat memodifikasi dan mendesain ulang produk dan proses
kimia, dengan tujuan utama untuk meminimalkan limbah dan penggunaan bahan yang
berbahaya. Kimia Hijau memanfaatkan pengetahuan kimia yang berlaku untuk proses
produksi, penggunaan, dan pembuangan akhir bahan kimia dengan cara meminimalkan
penggunaan bahan yang dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan.
Kata Kunci : Kimia Hijau, Produksi, Lingkungan.
ABSTRACT
Green Chemistry applies a new approach to the field of synthesis,
processing and application of chemical substances in such a way, that threats
to health and the environment can be reduced (Manahan, 2005). Furthermore, it
is explained that the application of Green Chemistry begins with a statement
about the production process whose final result of having the remaining
chemical products is inappropriate. To achieve its goals and functions, Green
Chemistry can modify and redesign chemical products and processes, with the
main objective of minimizing waste and the use of hazardous materials. Green
Chemistry utilizes chemical knowledge applicable to the production, use, and
final disposal of chemicals by minimizing the use of materials that can cause
damage to the environment.
Keywords : Green Chemistry, Production,
Environment.
A. PENDAHULUAN
Kimia Hijau
berupaya semaksimal mungkin mengurangi dampak negatif dari berbagai proses
kimia terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan. Menurut Santosa
(2008), pengurangan dampak negatif dapat dilakukan melalui penggunaan bahan
dasar yang terbarukan, penggunaan proses dan bahan kimia (reaktan, pelarut dan
katalis) yang ramah lingkungan, penghematan penggunaan energi dan bahan dasar,
peningkatan efisiensi untuk meminimalkan pembentukan produk samping dan limbah,
serta menghasilkan produk yang aman.
Kimia Hijau merupakan suatu pendekatan yanh bertujuan
untuk menghilangkan penggunaan dan pembentukan zat berbahaya dengan merancang
proses manufaktur yang lebih baik untuk produk kimia. Secara khusus, tujuan
Kimia Hijau ialah untuk menghasilkan produk dengan tingkat toksisitas serendah
mungkin dan kalo bisa nol (zero) dengan memperhatikan secara seksama setiap
langkah (proses) selama kegiatan produksi berlangsung.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Kimia Hijau?
2. Sebutkan 12 prinsip Kimia Hijau!
3. Apa peran Kimia Hijau dalam lingkungan masyarakat
dan industry?
C. TUJUAN
1. Mampu mengetahui apa itu kimia hijau.
2. Mampu menyebutkan 12 prinsip kimia hijau.
3. Mampu mengerti peran kimia hijau dalam lingkungan masyarakat
dan industry.
D. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kimia Hijau
Kimia hijau
merupakan suatu proses untuk merancang suatu produk agar bisa diminimalaisirkan
penggunaan zat-zat kimia yang berbahaya bahkan kimia hijau akan menerapkan
prinsip dimana suatu produk yang dibuat akan didesain ulang agar
kandungan-kandungan zat kimia yang ada didalamnya tidak membahayakan
penggunanya maupun lingkungan.
kimia hijau
merupakan cabang ilmu kimia yang menganjarkan desain produk dan proses kimia
yang mengurangi atau menghilangkan penggunaan dan pembentukan zat-zat
berbahaya. Kimia hijau, juga disebut kimia berkelanjutan, adalah
cabang ilmu kimia yang menganjurkan desain produk dan proses kimia untuk
mengurangi atau menghilangkan penggunaan dan pembentukan senyawa-senyawa
berbahaya. Pada tahun 1990 Pollution Prevention Act ( Undang-Undang Pencegahan
Pencemaran 1990) telah disahkan di Amerika Serikat.
B. 12 Prinsip Kimia Hijau
Dalam kimia hijau terdapa 12 prinsip yang dapat diketahui, berikut ke 12
prinsip kimia hijau beserta penjelasannya ;
1. Pencegahan limbah
Pencegahan adalah prinsip dasar dalam prinsip
kimia hijau, hal ini dilakukan agar siklus sintetis dapat lebih dioptimalkan
untuk memberikan pengukuran dasar limbah yang mungkin tidak aman bagi lingkungan
2. Ekonomi Atom
Kimia atom memiliki prosedur kimia yang
harus dirancang untuk mengurangi penggabungan bahan kimia berbahaya yang
digunakan dalam proses paling akhir disebuah produk.
3. Sintesis kimia yang tidak terlalu berbahaya
Pada dasarnya bahan kimia yang dibuat
dengan tujuan apapun sebisa mungkin untuk tidak menggunakan bahan kimia yang
berbahaya agar tidak menimbulkan risiko berbahaya pada kesheatan manusia, maka
dari itu gunakanlah bahan kimia seaman mungkin dan jangan jadikan bahan kimia
berbahaya sebagai opsi awal jika masih bisa menggunakan bahan kimia yang lebih
aman.
4. Merancang bahan kimia yang lebih aman
Para ahli kimia harus merancang bahan
kimia yang aman untuk diterapkan pada unsur yang dimaksudkan, baik medis,
industri, dan yang lainnya dan harus memiliki toksisitas manusia yang rendah.
5. Pelarut dan pembantu yang lebih ramah
lingkungan
Banyak reaksi kimia yang membuthkan
pelarut atau zat lain untuk mempercepat proses, dan masing-masing zat atau
pelarut memiliki risiko yang berbeda-beda, contoh risikonya yaitu mudah
terbakar dan volatilitas.
Meskipun pelarut tidak
bisa dihindari dalam melukan beberapa proses kimia tapi sebisa mungkin diminimalisir
dan dipilih dalam jumlah energi yang dibutuhkan untuk reaksi.
6. Desain untuk efisiensi energi
Prinsip desain efisiensi energi
mengisyaratkan bahwa kebutuhan energi harus diakui untuk dampak lingkungan dan
ekonomi yang harus dikurangi. Proses kimia harus dilakukan pada suhu dan
tekanan sekitar.
Didalam kimia hijau tidak
dianjurkan untuk menggunakan insentif energi. Diharuskan untuk menggunakan
energi sesedikit mungkin untuk membuat produk kimia dengan melakukan reaksi
pada suhu dan tekanan kamar.
7. Penggunaan stok pakan terbarukan
Prinsip ini menyaraknan para ahli kimia
bahwa bahan kimia harus di terbarukan sebelum menipis kapanpun secara teknis
maupun ekonomis praktis.
Prinsip teori ini
Sebagian besar memiliki kaitan dengan petrokimia, yang merupakan senyawa yang
terbuat dari bahan minyak mentah. Mereka menjadi bahan paling awal dalam
melakukan proses kimia, tetapi mereka tidak terbarukan dan bisa habis.
8. Kurangi bahan turunan kimia
Prinsip ini mempunyai kaitan dengan
efisiensi penggunaan energi, bahan dasar, maupun bahan kimia yang mendukung
dalam proses produksi.
Hal ini dilakukan untuk
mengurangi terbantuknya limbah berbahaya yang menyebabkan pencemaran pada
lingkungan.
9. Menggunakan katalis untuk efektifitas
Katalis merupakan zat yang memiliki sifat
mempercepat atau memperlambat proses kimia. Prinsip katalis pada kimia hijau
digunakan untuk mengurangi penggunaan energi yang berlebih dan meningkatkan
efisiensi proses kimia.
10. Mendesain bahan kimia dan produk yang telah
terdegradasi setelah pakai
Prinsip ini didasarkan harapan dalam
perancangan produk-produk yang menggunakan bahan kimia untuk mudah terdegradasi
menjadi limbah yang tidak berbahaya. Tujuannya agar limbah mudah terurai secara
alami.
11. Menganalisis secara langsung untuk mencegah
polusi
Prinsip ini menekankan betapa pentingnya
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan secara langsung dan
konperhensif. Hal ini bertujuan agar bisa merancangang system produksi yang
minim polusi dan limbah yang mengakibatkan pencemaran pada lingkungan.
12. Mencegah potensi lingkungan
Bahan kimia yang digunakan dalam proses
pembuatan produk harus aman dan memiliki risiko kecelakaan yang minim. Jadi
selain harus aman dari dampaknya, bahan kimia yang pilih juga diharuskan untuk
tidak memiliki risiko kecelakaan besar saat digunakan dalam proses produksi.
C. Peran Kimia Hijau pada Lingkungan Masyarakat dan
Industri
1. Sistem Pengelolaan Air
Di sebagian kota-kota besar di Indonesia,
pengelolaan air bersih, badan air, serta air limbah masih belum sempurna. Masih
banyak masyarakat yang tidak punya akses kepada air bersih dan sistem sanitasi
standar yang sehat. Sebenarnya Indonesia berkelimpahan air, namun sayangnya
pengelolaan air masih belum sistematis. Penerapan 4 Rs untuk mengembangkan
sistem pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk
berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih
(recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge) (Joga, 2008).
2. Infrastruktur
Saat
ini sudah dipasarkan materi dari PCM yang mudah terurai di lingkungan dan
bersumber dari bahan alami seperti minyak sawit, minyak inti sawit, minyak
lobak, minyak kelapa, dan minyak kedelai (PureTemp). Bahan-bahan ini tidak
beracun, tidak mudah terbakar dan bila dikemas dengan benar tidak akan
teroksidasi dan menjadi tengik, dan akan stabil selama beberapa dekade. Bahan
PCM yang berupa lemak dan minyak terhidrogenasi sepenuhnya dapat stabil selama
beberapa dekade (PureTemp, 2017).
3. Transportasi
Penggunaan angkutan umum untuk tujuan
efisiensi energi yang lebih besar, norma keselamatan yang lebih tinggi dan
emisi gas buang yang lebih rendah, juga, sangat diharapkan untuk mengurangi
berat kendaraan angkutan umum (Woinaroschy, 2016). Alat transport yang ramah
lingkungan antara lain sepeda biasa dan sepeda listrik, mobil listrik, dan
mobil hibrida.
4. Energi
Ada beberapa cara yang didukung oleh Ilmu
Kimia untuk mengurangi konsumsi energi karena adanya advokasi untuk
memanfaatkan bahan bangunan hemat energi maka pemanfaatan materi poliuretan
sebagai insulasi yang sangat baik digunakan dalam produksi panel prefabrikasi
untuk industri konstruksi, untuk dinding pendingin pada gudang atau box
kendaraan pembawa materi yang harus beku/dingin, dan pembentuk kayu imitasi.
5. Pengolahan limbah
Industri kimia dapat menawarkan solusi
yang kredibel untuk masalah pengolahan limbah. Prasetyono (2017), menjelaskan
ide pengelolaan limbah, yaitu penggabungan “dua” teknologi untuk pengelolaan
limbah sampah bagi kota besar Indonesia.
Teknologi
itu adalah, pertama disebut sebagai teknologi reaktor “fermentasi kontinyu”
untuk sampah organik karena lebih ramah lingkungan (green), zero waste, sebab
tidak ada proses pembakaran secara langsung. Gas metana yang dihasilkan dapat
langsung digunakan sebagai bahan bakar “methane engine” untuk menghasilkan
listrik atau gas untuk memasak di dapur. Teknologi ini juga akan menghasilkan
pupuk kompos berkualitas tinggi.
Teknologi yang kedua adalah teknologi gasifikasi
yang mampu mengolah jenis sampah anorganik, seperti teknologi pirolysis. Jadi
pasangan teknologi fermentasi kontinyu dan teknologi pirolysis adalah
“pasangan” teknologi yang sangat tepat
untuk diterapkan di kota besar/modern karena sifatnya yang saling
mengisi, sehingga keduanya akan dapat memenuhi harapan sebagai teknologi “Green
and Zero Waste”.
Untuk pengelolaan limbah padat juga dapat
diterapkan pemisahan limbah (waste segregation), yaitu dengan penyediaan empat
kantong pembuangan sampah untuk jenis limbah organik, kaca atau keramik, kertas
dan plastik yang akan mempermudah pengumpul limbah untuk mentransfer sampah ke
tempat daur ulang.
E. KESIMPULAN
Pendekatan kimia hijau adalah usaha
penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan senyawa berbahaya melalui usaha
perancangan, produksi, dan penerapan produk kimia. Pendekatan kimia hijau
berusaha meminimalisir zat berbahaya, pemanfaatan katalis yang aman untuk
reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan
sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi pada tingkat atom,
dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan. Usaha untuk menerapkan kimia
hijau untuk menghasilkan produk industri untuk bangunan dan penggantian zat
kimia berbahaya yang digunakan pada berbagai industri dan kesehatan telah
dilakukan. Berbagai peraturan mengenai penerapan kimia hijau pada tingkat dunia
dan Indonesia telah dibuat.
Kimia hijau
atau green chemistry merupakan program yang
dapat diterpkan dalam kehdiupan terutama dalam bidang industri karena
kimia industri akan memberikan suatu dampak yang baik terhadap keberlangsungan
hidup umat manusia karena kimia hijau menerapkan konsep untuk mendesain ulang
suatu produk agar bisa meminilisirkan kandungan zar-zat kimia yang berbahaya
agar dapat terhindarkan demi menjaga keamanan dan kenyamanan umat manusia dalam
penggunaan suatu produk yang dibuatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Atep Afia. 2022. Kimia dan Pengetahuan
Lingkungan Industri. Modull 11 KPLI : Kimia Hijau. Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Dina Mustafa. Peranan Kimia Hijau (green chemistry)
Dalam Mendukung Tercapainya A Kota Cerdas (smart city). Dalam
https://www.researchgate.net/profile/Sri-Utami-24/publication/326057983_Optimalisasi_Peran_Sains_Teknologi_untuk_Mewujudkan_Smart_City/links/5b35ac33aca2720785f49141/Optimalisasi-Peran-Sains-Teknologi-untuk-Mewujudkan-Smart-City.pdf#page=182
kimiasekolah.com/kimia-hijau-green-chemistry-dan-prinsipnya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.