.

Jumat, 30 Oktober 2020

Industri Sabun dan Detergen

 

Industri Sabun dan Detergen

 

Disusun oleh : Indah Permata Widayanti

      (@R15-Permata)

 

 

 Abstrak

Sabun merupakan suatu hasil produk industri yang digunakan sebagai pembersih dan pencuci kotoran pada tubuh manusia dan lainnya. Industri sabun memiliki 2 macam industri yaitu industri detergen dan industri sabun. Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui bagaimana sejarah sabun, macam-macam industri sabun beserta bahan dasar pembuatan sabun dan detergen, terakhir bagaimana proses pembuatan sabun dan detergen. Di zaman sekarang ini perkembangan industri sabun sangatlah luas dan bersaing dengan satu sama lain untuk menciptakan produk yang berkualitas, ini dikarenakan canggihnya teknologi. Industri-industri sabun diantaranya ialah PT P&G, PT Unilever, PT KAO Indonesia, PT Megasurya Mas, PT Total Chemindo Loka, dan PT Adimulia Sarimas Indonesia.

 

Kata kunci : Sabun, Industri, Detergen, Pembersih, Kotoran

 

Pendahuluan

Industri kimia merupakan sebuah industri yang mengembangkan berbagai proses, baik pada sistem dan produk yang dihasilkan agar memiliki mutu yang berkualitas dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dan juga untuk mengharapkan keuntungan secara finansial. Pada industri kimia sendiri juga menggunakan bahan-bahan kimia yang berguna untuk menunjang dan menjaga kualitas produk industri tersebut. Di Indonesia terdapat berbagai macam industri dengan berbagai macam aktivitas perindustriannya. Indonesia bukanlah termasuk negara perindustrian di dunia namun di Indonesia terdapat berbagai macam industri yang bergerak di bidangnya, dimulai dari industri rumahan sampai industri besar. Industri di Indonesia terdapat di berbagai macam daerah dan kota-kota besar. Adapun kota besar yang bergerak di industri sabun seperti, kerja sama Indonesia dengan negara lain seperti PT Kao Indonesia, dimana produk yang dihasilkan yaitu sabun dan detergen. Selain itu juga terdapat PT P&G, PT Unilever dan lain-lain yang juga ikut memproduksi sabun di Indonesia.

 

Permasalahan

Dalam kasus ini (sabun dan detergen) mengandung bahan kimiawi, yang di dalamnya terdapat detergen dan paraben. Selain berpotensi merusak kulit, secara akumulatif air bilasan sabun itu dapat merusak sanitasi dan ekosistem biota yang hidup pada aliran air. Sedangkan detergen mengandung enzim kationik yang berguna untuk membasmi noda pada pakaian. Namun ternyata, zat kationik adalah zat beracun yang jika tak sengaja tertelan dapat menyebabkan seseorang merasa mual, muntah, syok, kejang-kejang bahkan koma. Adapula detergen yang mengandung enzim “non-ionik” yang lebih sedikit jumlah racunnya, daripada detergen kationik. Meski demikian, zat “non-ionik” dapat membuat kulit iritasi dan membuat mata cenderung lebih sensitif atau terasa perih. Pewangi yang biasa terkandung dalam deterjen pun, ternyata dapat menyebabkan efek negatif bagi kesehatan, seperti saluran pernafasan, sakit kepala, bersin, mata berair, alergi, iritasi kulit, serta asma.


Pembahasan

                    


1.      Sejarah Sabun

Sabun merupakan senyawa kimia yang salah satunya sudah lama ditemukan. Tahun 2500 sebelum masehi, sabun kalium telah ditemukan oleh masyarakat Sumeria yang dimanfaaatkan sebagai pembersih wol. Sabun berasal dari campuran minyak dengan kalium karbonat yang terdapat pada abu kayu. Sabun dikenal dengan soap pada Bahasa Inggris dan dengan Bahasa Latinnya sapo yang telah digunakan pertama kali tahun 77 Masehi oleh Plinny.

2.      Macam-macam Industri Sabun

Industri detergen  

Detergen merupakan produk yang berbeda dengan sabun lainnya. Pada sabun akan terbentuknya senyawa yang sukar larut dalam ion-ion air sadah dikarenakan adanya gumpalan atau endapan dan busa menjadi berkurang yang dihasilkan serta cleaning action. Sedangkan detergen dapat direaksikan dengan ion air sadah dimana menghasilkan produk yang larut atau dapat terdispersi berbentuk koloid di dalam air.

Di dalam pembuatan detergen terdapat bahan-bahan penyusunnya, yaitu :

1.    Surfaktan, merupakan bahan dimana rambatan permukaan suatu cairan meningkat. Sifat dan bahan zat ini berguna untuk menurunkan pada tegangan permukaan sebuah cairan.

2.    Suids regulator, merupakan zat yang ditambahkan agar surfaktan bekerja lebih efektif pada alat mesin pencuci.

3.  Builders, merupakan kompleks fosfat contohnya natrium tripolifosfat yang umum diperlukan sebagai pencegah menempelnya noda atau kotoran pada serat kain.

4.  Aditif, zat aditif yang ditambahkan yaitu contohnya flourescent yang dapat menjadikan serta kain yang lebih terang karena dapat mengubah sinar ultraviolet menjadi cahaya tampak.

Industri Sabun

Sabun merupakan zat yang jika bereaksi dengan air sadah akan membentuk endapan. Sabun terbentuk dari garam sodium atau potassium dari asam karboksilat panjang (seperti asam stearat, asam oleat atau palmitat dan asam myristat) sebagai hasil hidrolisis terhadap minyak atau lemak oleh basa (NaOH atau KOH). Sabun berfungsi sebagai emulgator terhadap kotoran, minyak dan oli sehingga kotoran-kotoran ini mudah terlepas dan terbawa melalui pembilasan dengan air. Sifat sabun ini menjadi kurang berfungsi apabila air untuk pencuci atau pembilasnya bersifat sadah.

Di dalam pembuatan sabun terdapat bahan baku pembuatannya. Bahan dasar sabun adalah minyak atau lemak dan NaOH (soda kaustik) dan KOH dengan bahan tambahan berupa pengharum, pewarna, bahan pengisi dan lain-lain. Lemak merupakan komponen utama dalam pembuatan sabun. Lemak ini mengandung campuran gliserida yang didapat dari lemak padat yang diberi pemanasan. Lemak padat dirombak dengan dipanaskan, yang setelah itu membentuk lapisan diatas permukaan air sehingga dapat diambil dengan mudah. Lemak ini biasanya dicampur dengan minyak kelapa di ketel sabun atau penghidrolisis untuk meningkatkan kelarutan sabun tersebut. Dalam pembuatan sabun, fatty grases (+/- 20%) adalah bahan baku yang paling penting setelah lemak. Penambahan minyak kelapa pada pembuatan sabun sangatlah penting, bisa mengurangi iritasi pada kulit. Sabun dengan bahan dasar minyak kelapa akan membuat tekstur lebih kuat dan terlihat lebih mengkilat.

3.      Proses Pembuatan Sabun dan Detergen

A.    Proses Pembuatan Sabun 

1. Pengangkutan lemak dan minyak.

2. Pengangkutan dan pembuatan soda kaustik.

3. Pencampuran katalis, ZnO, dengan leburan lemak dan pemanasan pada tanki pencampur.

4. Lemak panas dan katalis masuk ke dalam menara hidrolisis melaui bagian bawah.

5. Perombakan lemak terjadi secara countercurrent di dalam hydrolyzer pada suhu 2500C dan tekanan 4,1 Mpa. Butiran lemak akan naik ke atas berlawanan dengan fase cairnya.

6. Fase cairnya (H2O) akan melarutkan rombakan gliserin (+/- 12%), jatuh ke bawah dan terpisah.

7. Kemudian fase gliserin-air di uapkan dan dimurnikan. Didapatkan gliserin.

8. Fase asam lemak yang keluar dari bagian atas hydrolizer dikeringkan dalam flash tank menggunakan cahaya kilasan dan dipanaskan dengan cepat.

9. Di dalam high-vacuum still, asam lemak didistilasi dari bawah.

10. Sabun di bentuk dengan melanjutkan penetralisasian menggunakan 50% soda kaustik dalam mixer-neutralizer dengan kecepatan tinggi.

11. Sabun murni ini dibebaskan pada suhu 930C ke dalam tanki pencampuran dengan digoncangkan secara perlahan untuk keluar dari penetralisasian.

12. Proses finishing ini dapat di detailkan pada tekanan yang dilakukan pada sabun murni mencapai 3.5 Mpa, dan sabun dipanaskan pada suhu 2000C dalam steam exchanger dengan tekanan tinggi. Sabun panas ini, dilepaskan pada tanki yang bertekanan atmosfer dimana dikeringkan (hingga mencapai 20%). Pada temperatur ini, sabun dilanjutkan dengan pemotongan ukuran sabun padat. Lalu segera didinginkan, dicap, dam dibungkus dengan operasi mesin. Proses ini berlangsung selama 6 jam. 

             B. Proses Pembuatan Detergen

1.      Sulfonation-sulfation

Alkilbenzen yang dimasukkan ke dalam sulfonator dengan penambahan sejumlah oleum, menggunakan dominant bath principle untuk mengontrol panas pada proses sulfonasi dan menjaga temperature tetap pada 550C. Di dalam campuran sulfonasi dimasukkan fatty tallow alcohol dan oleum. Semuanya dipompa menuju sulfater, beroperasi juga dalam dominant bath principle untuk menjaga suhu agar tetap pada kisaran 500C hingga 550C, pembuatan ini campuran dari surfactant.

2.      Netralization

Produk hasil dari sulfonasi-sulfasi dinetralisasi dengan larutan NaOH dibawah temperatue yang terkontrol untuk menjaga fluiditas bubur surfaktan. Surfaktan dimasukkan dalam penyimpanan. Bubur surfaktan, sodium tripolipospat, dan bermacam-macam bahan aditif masuk ke dalam curtcher. Sejumlah air dipindahkan, dan pasta campuran ini menebal oleh tripolipospat yang terhidrasi. Campuran ini dipompa ke upper story, dimana campuran ini disemprotkan dibawah tekanan tinggi ke dalam high spray tower setinggi 24m, melawan udara panas dari tungku api. Butiran kering ini adalah bentuk yang dapat diterima, ukuran dan densitas yang sesuai dapat dibentuk. Butiran yang sudah dikeringkan di alirkan ke upper story lagi melalui lift yang dapat mendinginkan mereka dari 1150C dan menstabilkan butiran. Butiran ini dipisahkan dalam goncangan, dilapisi, diharumkan dan menuju pengemasan.

 

Kesimpulan

Industri sabun ialah industri yang menghasilkan produk sabun yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Sabun merupakan produk industri sabun dimana memiliki fungsi sebagai pembersih dan pencuci kotoran seperti tubuh manusia, pakaian, dan lainnya. Industri sabun dibagi menjadi dua macam yaitu industri detergen dan industri sabun. Bahan pembuatan sabun yaitu asam lemak, NaOH atau KOH, air, zat aditif, gliserin monostearat, dan surfaktan. Pembuatan detergen dan sabun pada skala industri merupakan gabungan dari ilmu-ilmu exact sebegitu rupa, dan memerlukan alat-alat yang perlu pengendalian khusus dan mempunyai spesifikasi tertentu.


Daftar Pustaka

Austin, George T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries. Singapore : McGraw-Hill International Book Company

Sari, Era Sukma Jelita, and Rahadian Zainul. 2019. Nitrogen Triflorida (NF3) : Termodinamika dan Transpor Elektron NF3

Murni, Hutdia Putri, Latisma Dj, and Rahadian Zainul. 2018. Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Berorientasi Chemoentrepreneurship untuk SMA/MA Kelas XII Semester Ganjil

Zainul, Rahadian. 2018. Design, Metode dan Penggunaan Software Pembelajaran Kimia Berbasis It Untuk Aktivitas Kelas dan Laboratorium Berbasis Inkuiri Terbimbing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.