Industri
Sabun dan Detergen
Oleh:
Aditya Vieri Saputra (@R10-Aditya)
Abstrak
Sabun adalah suatu gliserida (umumnya C16
dan C18 atau karboksilat suku rendah) yang merupakan hasil reaksi antara ester
(suatu derivat asam alkanoat yaitu reaksi antara asam karboksilat dengan
alkanol yang merupakan senyawa aromatik dan bermuatan netral) dengan hidroksil
dengan residu gliserol (1.2.3 – propanatriol). Apabila gliserol bereaksi dengan
asam – asam yang jenuh (suatu olefin atau polyunsaturat) maka akan terbentuk lipida
(trigliserida atau triasilgliserol).
Deterjen merupakan campuran berbagai
bahan, juga terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi yang digunakan untuk
membantu pembersihan. Deterjen adalah garam dari sulfonat atau sulfat berantai
panjang dari natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3-Na+). Deterjen mempunyai keunggulan
dalam hal tidak mengendap bersama logam dalam air (Senja 2010).
Keywords: sabun, detergen, kesehatan,
pencemaran lingkungan.
Pendahuluan
Kebutuhan deterjen
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah keluarga di Indonesia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, peningkatan jumlah kepala keluarga
sejak 2010 hingga 2014 mencapai 24,5% dan diperkirakan jumlah ini akan terus
meningkat hingga 2017. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh jumlah konsumen
yang semakin banyak karena pendapatan yang membaik dan juga daya beli
masyarakat yang tinggi. Salah satu bahan kimia anorganik utama yang digunakan
dalam industri pembuatan deterjen dan sabun cuci rumah tangga lainnya adalah
trisodium fosfat (Na3PO4). Sifatnya yang dapat mempermudah pembentukan busa dan
membersihkan kotoran serta mencegah kotoran melekat kembali pada permukaan yang
telah dibersihkan. Indonesia sebagai negara berkembang dalam berbagai aspek
juga harus meningkatkan pasokan bahan pembuatan bahan pembersih khususnya
trisodium fosfat, agar dalam pemasokannya tidak selalu diimpor dari negara
lain. Maka dari itu, pendirian pabrik Trisodium Fosfat di Indonesia memiliki
peluang yang besar dalam berbagai aspek. Di samping dapat meningkatkan potensi
industri kimia dan memenuhi kebutuhan trisodium fosfat dalam negeri, pendirian
pabrik ini juga menciptakan lapangan kerja dan menghemat devisa negara.
Permasalahan
1. Apa pengaruh zat yang terkandung didalam sabun dan detergen bagi kesehatan kulit?
2. Zat apa saja yang berbahaya bagi kesehatan?
3. Dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan?
4. Hal-hal yang harus diperhatikan agar terhindar dari efek samping pada sabun dan detergen.
5. Cara mengurangi pencemaran lingkungan akibat sabun dan detergen.
Pembahasan
1.
Apa pengaruh zat yang terkandung didalam sabun dan detergen bagi kesehatan
kulit?
Iritasi
Stratum
korneum terdiri dari lapisan sel keratinosit yang sudah mati yang memang akan
mengelupas sendiri. Ketika ini terjadi, inti sel dan sitoplasma (cairan dalam
sel) menjadi keras dan mengering. Nah, kandungan surfaktan dalam sabun mandi
akan lantas bereaksi dengan proses tersebut, sehingga menyebabkan lapisan kulit
membengkak. Pembengkakan ini sebenarnya akan membantu bahan-bahan dalam sabun
mandi untuk masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam. Namun, bila bahan-bahan
ini berinteraksi dengan ujung-ujung sel saraf dan sistem kekebalan tubuh,
iritasi dan rasa gatal bisa timbul.
Kulit
kering dan dehidrasi
Stratum
korneum mengandung lipid (sel lemak) yang fungsinya membantu kulit
mempertahankan kelembapan. Diyakini, surfaktan dalam sabun mandi mampu menembus
stratum korneum dan mengganggu lipid sehingga jumlah lipid menjadi semakin
menurun. Jika jumlah lipid menurun, maka kelembapan pada kulit juga berkurang. Air
secara alami menguap dari kulit, jika kulit sudah berkurang kelembapannya tentu
akan menyebabkan kulit kering dan dehidrasi.
Mengganggu
keseimbangan kadar pH kulit
Menurut Verywell.com, zat surfaktan
yang terkandung pada sabun umumnya memiliki tingkat pH (juga disebut tingkat
keasaman) sekitar 10, sedangkan kulit memiliki pH sekitar 5,5. Kadar pH yang
berbeda tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan sehingga akhirnya
menyebabkan iritasi. Bahan pembersih yang baik adalah dapat menyeimbangkan
kadar asam pada kulit.
Deterjen
juga bertanggung jawab atas banyaknya kasus keracunan dalam rumah, karena hal
yang tak disengaja. Biasanya ketidaksengajaan tersebut banyak dilakukan oleh
anak-anak. Deterjen memiliki banyak jenis, pun juga banyak masalah kesehatan
yang ditimbulkannya. Bahkan, efek jangka panjang dari penggunaan deterjen bisa
menyebabkan kanker.
2.
Zat apa saja yang berbahaya bagi kesehatan?
Bahan
kimia sintetis yang harus diwaspadai:
1. Methylparaben
2. Sodium
Lauryl Sulfate
3. Fragrance
4. Surfaktan
3.
Dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan?
Air
berbusa yang dihasilkan dari deterjen, akan menghilang ke saluran pembuangan
air dan akan mencemari lingkungan melalui aliran dan proses infiltrasi. Air
bekas mencuci ini akan menimbulkan berbagai masalah pencemaran yang juga dapat
merusak ekosistem dalam air, seperti: mencemari kualitas air tanah dengan bahan
kimia, pertumbuhan ganggang atau tumbuhan air belebihan yang merusak ekosistem
dalam air, hingga menipisnya oksigen dalam air yang akhirnya membunuh ikan dan
organisme lainnya. Dan akan menimbulkan:
1. Memicu eutrofikasi
Eutrofikasi
adalah suatu kondisi pesatnya pertumbuhan tanaman enceng gondok dan ganggang.
Jika kondisi ini dibiarkan maka permukaan sungai atau rawa akan tertutup
tanaman ini. Dampak negatif akan dirasakan oleh biota air dibawahnya
karena eutrofikasi menghambat sirkulasi oksigen dan sinar matahari. Lalu
tumbuhnya ganggang yang pesat dapat meningkatkan unsur hara di dalamnya. Lama
kelamaan bukan tidak mungkin kondisi ini dapat menyebabkan biota di dalamnya
mati atau bahkan mengalami kepunahan.
2. Menyebabkan pencemaran air
Kondisi limbah
detergen yang tak terkendali akan menyebabkan pencemaran air di got-got
yang mengalir ke sungai lalu bermuara di laut. Apabila debit limbah
detergen semakin besar maka sangat memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap
air tanah. Padahal air tanah digunakan sebagai sumber air minum masyarakat,
sehingga zat kimia berbahaya penyusun detergen secara tidak langsung akan ikut
terminum.
3. Mengandung bahan yang sulit terurai
Salah
satu zat penyusun detergen adalah alkyl benzene sulfonate. Alkyl
benzene sulfonate bersifat sulit terurai di alam sehingga banyak
Negara yang sudah melarang penggunaan zat ini. Apabila jumlah limbah detergen
terus bertambah maka kandungan alkyl benzene sulfonate juga
akan semakin banyak mencemari lingkungan. Namun saat ini terdapat
alternatif penggantinya yaitu linear alkyl sulfonate meskipun
zat ini juga hanya mampu terurai 50 persennya saja.
4. Mengancam ekosistem air laut
Limbah detergen
yang mengalir di sungai-sungai akan berujung di laut. Sementara itu, detergen
mengandung banyak sekali bahan kimia berbahaya seperti zat pewangi,
pemutih, alkyl benzene sulfonate, nonylphenol ethoxylates, surfaktan,
dan fosfat. Semua zat kimia tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup biota
laut.
4.
Hal-hal yang harus diperhatikan agar terhindar dari
efek samping pada sabun dan detergen.
Solusi dari
masalah tersebut adalah sabun biodegradable. Sabun ini memiliki
komponen penyusun yang bisa terurai atau dipecah secara alami oleh organisme
pengurai. Meski dalam jumlah besar sabun biodegradable tetap
membikin ketidakseimbangan ekosistem, namun paling tidak efeknya tak separah
sabun kimia modern. Beberapa produsen sabun biodegradable saat
ini juga sudah fokus memotong jejak karbon dengan meminimalisir dan mendaur
ulang kemasan. Gunakan sabun dengan kandungan emolien
yang dapat menjaga kelembapan kulit. Biasanya, emolion terdapat pada banyak
sabun cair. Jika sabun sudah sesuai, cara dan aturan pemakaiannya juga harus
benar. Misalnya, tidak menggosokkannya terlalu kuat pada kulit atau tidak
menggunakan air yang terlalu panas ketika membilasnya. Anda juga tidak
disarankan untuk mandi berlama-lama karena bisa membuat kulit kering.
Cukup basahi badan, sabuni hingga merata, dan segera bilas bersih tubuh anda.
Melansir
laman Organic Consumers Association, langkah yang dapat dilakukan
untuk mengganti deterjen untuk membersihkan noda adalah dengan menggunakan
bahan sederhana seperti : sabun, air, soda kue, cuka, air lemon, dan boraks
untuk membersihkan noda pada pakaian ataupun peralatan rumah tangga lainnya. Namun jika masih belum bisa secara total tak
menggunakan detergen, gunakanlah detergen sesedikit mungkin
ketika mencuci pakaian. Selain itu, selalu gunakan sarung tangan karet
untuk melindungi kulit dari iritasi dan pastikan sirkulasi udara yang baik
dalam ruangan dengan membuka jendela ataupun menyalakan kipas angin
ketika mencuci. Dan yang terpenting, jangan pernah mencampur 2 jenis
pembersih, terutama yang mengandung amonia dan klorin atau pemutih, karena
dapat menghasilkan gas beracun yang dapat menyebabkan masalah serius pada
saluran pernapasan.
5.
Cara mengurangi pencemaran lingkungan akibat sabun dan detergen.
Cara paling
sederhana untuk menampung limbah-limbah tersebut yaitu pada suatu tempat
penampung atau selokan yang pada tempat tersebut ditanami tanaman air yang
dapat menyerap zat pencemar seperti: jaringao, Pontederia cordata (bunga
ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga
coklat), melati air, dan lili air. Akan tetapi cara ini sederhana karena
tanaman air memiliki batas kemampuan untuk menyerap zat pengotor, selain itu
juga tidak bisa menyerap lemak dan sampah dapur yang ikut terbuang. Limbah
sabun atau detergen hendaknya tidak dibuang pada pembuangan septik tank, karena
limbah dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk pada septik tank. Selain limbah yang kita olah, dari kita sendiri pun
harus tetap memperhatikan gaya hidup yang kita lakukan untuk meminimalisir
limbah sabun maupun detergen yang kita hasilkan, diantaranya :
1. Menggunakan
sabun dan detergen secukupnya.
2. Memilih
selektif sabun dan detergen yang akan kita gunakan.
3. Tidak
membuang limbah sabun dan detergen sembarangan.
Kesimpulan
Sabun
dan detergen sebenarnya banyak membantu kita dalam hal membersihkan sesuatu
baik tubuh ataupun pakaian namun jika pada penggunaannya berlebihan atau cenderung
salah maka yang akan terjadi sebaliknya yaitu bisa menimbulkan penyakit pada kulit
dan mencemarkan lingkungan. Jadi pergunakanlah sabun dan detergen dengan
sebaik-baiknya.
Daftar
Pustaka
Widya
putri, Aditya. 2019. Kali Item Berbusa, Detergen Memang Masalah bagi Lingkungan.
https://tirto.id/kali-item-berbusa-detergen-memang-masalah-bagi-lingkungan-ddqH.
(diakses tanggal 30/10/2020)
Neverland.
2014. makalah sabun dan detergen. http://neverlandlufi.blogspot.com/2014/02/makalah-sabun-dan-detergen.html.
(diakses tanggal 30/10/2020)
Eka
putri, Arshinta. 2019. Dampak Negatif Deterjen, Bisa Sebabkan Banyak Masalah
Kesehatan Hingga Mencemarkan Lingkungan. https://health.grid.id/read/351819963/dampak-negatif-deterjen-bisa-sebabkan-banyak-masalah-kesehatan-hingga-mencemarkan-lingkungan?page=all.
(diakses tanggal 30/10/2020)
Aprinda
putri. 2017. Sebenarnya, Sabun Mandi Itu Baik Atau Justru Merusak Kulit?. https://hellosehat.com/hidup-sehat/kecantikan/sabun-dan-cara-kerjanya/#gref.
(diakses tanggal 30/10/2020)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.