Dampak Kembang api
NAMA : Luthfia Hamidah (@S18-Luthfia)
Abstrak
Siapa yang tidak tahu kembang api? Kembang api banyak
dijual saat menyambut perayaan-perayaan khusus, seperti pada acara perayaan
tahun baru. Ledakan cahaya di langit sangat menarik untuk dilihat. Warnanya
yang bermacam-macam menghiasi langit malam. Jenis kembang api yang biasa
digunakan pada pertunjukkan besar adalah kembang api shell yaitu kembang api
yangberbentuk tabung yang berisi bahan kimia yang mudahmeledak. Kembang api
jenis shell ini terdapat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk tabung dan bulat.
Ledakan seperti ‘bintang’ yang terkandung dalam tabung kembang api berisi
serbuk logam atau garam yang memberikan warna kembang api. Bahan ini sering
dilapisi bubuk mesiu untuk membantu dalam pengapian. Panas yang dilepaskan oleh
reaksi pembakaran menyebabkan elektron dalam atom logam menjadi ter eksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Ketika bubuk mesiu terbakar, bubuk mesiu ini
akan meledakkan aerial shell yang di dalamnya juga terdapat stars. Stars pun
ikut meledak dan tersebar hingga memunculkan pancuran warna dan cahaya.
Sedangkan warna-warna yang muncul dan tersebar di langit sampai membentuk
kembang api itu, adalah hasil dari campuran bahan kimia dalam stars. Garam
logam yang menjadi sumber dari warna-warni kembang api, bisa dilihat di tabel
periodik golongan IIA. Menghidupkan kembang api itu sangat menyenangkan apalagi
jika diiringi dengan acara tertentu seperti perayaan tahun baru. Namun kembang
api harus diberi perhatian serius karena kembang api sesungguhnya sangat
berbahaya.
Kata Kunci : kembang api, dampak negatif.
Pendahuluan
“Pada awal mulanya, kembang api berasal dari Cina sekitar
2000 tahun yang lalu. Sekitar abad ke-9, seorang juru masak yang secara tidak
sengaja mencampur tiga bahan bubuk hitam (black powder) yang
ada di dapurnya, yaitu garam peter atau KNO3 (kalium nitrat),
belerang (sulfur), dan arang dari kayu (charcoal). Ternyata, campuran ketiga
bahan tersebut merupakan bubuk mesiu yang mudah terbakar. Petasan ini kemudian
dipercaya dapat mengusir roh jahat.
Kemudian petasan jenis ini dipakai juga pada perayaan pernikahan, kemenangan
perang, peristiwa gerhana bulan, dan
upacara-upacara keagamaan. Baru pada saat Dinasti Song (960-1279) masyarakat di
China mendirikan pabrik petasan. Bahan baku tabung bambu kemudian diganti
dengan gulungan kertas yang kemudian dibungkus kertas merah di bagian luarnya.
Petasan ini kemudian menjadi dasar dari pembuatan kembang api, yang lebih
menitik- beratkan pada warna-warni dan bentuk pijar- pijar api di udara”
(maulanusantara, 2011).
Kembang api umumnya terbuat dari kertas atau tanah liat
berbentuk silinder atau bola. Pada umumnya kembang api menghasilkan empat efek, yaitu
suara, cahaya, asap, dan dapat terbang. Kembang api dirancang agar dapat
meledak sedemikian rupa dan menghasilkan cahaya yang berwarna-warni seperti
merah, jingga, kuning, hijau, biru, ataupun ungu. Berdasarkan
penjelasan dari American Chemical Society (ACA), terdapat sebuah aerial shell di dalam kembang api. Aerial shell merupakan tabung yang
berisi bubuk mesiu dan lusinan unit yang disebut stars dengan diameter
berukuran 3-4 sentimeter. Dan jenis kembang api yang biasa digunakan
dalam suatu pertunjukan besar adalah kembang api berjenis shell. Beberapa bahan
kimia yang terdapat dalam kembang api diantaranya adalah Natrium (Na), Seng
(Zn), Sulfur (S), Titanium (Ti), Besi (Fe), Tembaga (Cu), dll.
Dalam kembang api terdapat komposisi utama yaitu:
·
Fuel (bahan bakar)
Fuel
berfungsi sebagai pelepas elektron pada oksidator yang menyebabkan terjadinya
percikan dan terbentuknya cahaya kembang api. Biasanya yang digunakan adalah
karbon dan thermit.
·
Binder (pengikat)
Binder
berfungsi menjadikan bahan pembuat kembang api yang dapat dijadikan campuran
bahan berbentuk pasta. Biasanya yang digunakan adalah dextrin.
·
Oksidator
Oksidator
diperlukan untuk proses pembakaran. Biasanya yang digunakan adalah nitrat dan
klorat.
·
Zat pewarna
Biasanya
yang digunakan dalam zat pewarna pada kembang api adalah Li2CO3yang memberikan warna merah, CaCl2 untuk
memberikan warna orange, BaCl2 untuk
warna hijau, Mg untuk warna putih, NaCl untuk warna kuning, CuCl untuk warna biru, dan campuran Cu dan SrCO3 untuk menghasilkan kembang api yang
berwarna ungu.
Permasalahan
Walaupun mengasikkan melihat kembang api yang berwarna
warni menghiasi langit malam, tetapi perlu diingat kan untuk lebih hati hati
saat sedang menyalakan kembang api agar tidak terlalu dekat dengan sumber,
karna bisa saja terkena ledakannya atau kembang api itu meledak saat belum
meluncur ke atas. Walau kembang api sendiri sebenarnya merupakan bahan peledak
namun dengan daya ledak yang rendah, namun tetap saja bisa melukai bahkan
sampai meninggal. Dan masih ada lagi dampak negatif dari kembang api, dari membahayakan
diri sampai pada pencemaran lingkungan.
Sebagai bahan peledak, kembang api juga berpotensi dapat menyakiti orang
lain walaupun kembang api memiliki daya ledak yang terbilang rendah, namun
tetap saja bisa melukai bahkan menewaskan orang. Dan pernah terjadi kasus yang
memilukan salah satunya pada saat penyambutan tahun baru di Italia tercatat 561
orang terluka dan 2 orang meninggal dunia akibat kejadian tersebut.
Kembang api juga mencemari udara dan perairan karena sisa sisa logam berat
yang diledakkan di udara dan sisa sisa itu dapat jatuh di wilayah perairan
sehingga berdampak buruk bagi makhluk hidup disekitarnya. Dan diperkirakan
dapat merusak lapisan ozon. Sedangkan lapisan ozon sendiri berfungsi untuk
melindungi bumi dan makhluk hidup agar tidak terkena langsung sinar ultraviolet
yang mengakibatkan kanker kulit dan hal hal negatif lainnya. Belum lagi ledakan
kembang api yang bisa saja tidak tepat sasaran dan memicu terjadinya kebakaran.
Dilain sisi, kembang api juga berbahaya bagi binatang, khusunya burung yang berada diudara. Dirilis oleh New York Times “Beberapa tahun silam di Beebe, Arkansas, Amerika Serikat, ribuan burung hitam tiba tiba mati dan jatuh dari langit memenuhi jalanan dan halaman rumah. Dari olah laboratorium, tidak ada tanda tanda burung tersebut mati karena penyakit. Namun, mereka mati karena trauma fisik yang akut disebabkan oleh pesta kembang api”. Karna bagi hewan hewan yang kaget dan ketakutan biasanya akan melarikan diri dan menjadi trauma seperti burung tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Secara umum terdapat zat penting dalam kembang api, yakni bahan peledak
(oksidator, bahan bakar dan binder) serta zat pemberi warna. Beberapa reaksi
yang terjadi dalam komponen penyusun kembang api, ialah sebagai berikut (Thonari anwar, 2014) :
a) 1. Oksidator
KClO4 → KCl + 2O2
4KNO3 + 5S → 2K2O + 2N2 +
5SO2
3KClO4 + 12Mg → 3KCl + 12MgO
b)
2. Fuel (bahan bakar)
3KClO4 + C6H12O6
→ 6CO2 + 6H2O + 3KCl
2Mg + O2 → 2MgO
c)
3. Binder (pengikat)
C6H10O5 + 3O2 → 6CO + 5H2O
d)
4. Zat pewarna
Mg + O2 → MgO (menghasilkan warna putih)
2SrCl2 + O2 → 2SrO + 2Cl2
(menghasilkan warna merah)
2CuCl + O2 → 2CuO + Cl2
(menghasilkan warna biru)
2BaCl2 + O2 → 2BaO + 2Cl2 (menghasilkan warna hijau)
Oleh karena itu,
sebaiknya para orang tua tidak memberikan anak anaknya bermain kembang api dan
lebih baik membuat kegiatan edukatif dan games menyenangkan lainnya. Kembang
api dan petasan juga mengeluarkan berbagai senyawa berbahaya seperti SO2, CO,
dan hidrokarbon ke udara yang jika terhirup bisa sangat mengancam saluran napas
terutama yang mengidap penyakit asma, anak anak, dan wanita yang sedang hamil.
Jika tetap ingin menonton pesta kembang api, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan, yaitu dengan cara
menggunakan masker dan mengatur jarak.
Simpulan
Kembang api memang indah dan memukau, namun karena terbuat
dari kimia yang berbahaya maka keindahan tersebut bisa menimbulkan efek buruk
baik bagi manusia, hewan, maupun lingkungan. Keamanan saat menyalakan kembang
api perlu diperhatikan sehingga tidak lagi menimbulkan kecelakaan yang melukai
dan menewaskan banyak orang. Diharapkan masyarakat agar lebih bijak lagi dan
turut menjaga lingkungan serta habitatnya.
Daftar Pustaka
Anwar, Thonari. 2016. “Ilmu Kimia Dalam
Kembang Api”. https://sainskimia.com/ilmu-kimia-dalam-warna-kembang-api/
Maulanusantara. 2011. “Asal Mula Kembang
Api”. https://maulanusantara.wordpress.com/2011/12/31/asal-mula-kembang-api/
Syuhada, Feri Andi.
2014. “Pengembangan
Buku Ajar Reaksi Redoks Menggunakan Konteks Kembang Api untuk Meningkatkan
Literasi Sains Peserta Didik SMA”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.