.

Sabtu, 10 Oktober 2020

Dampak Kembang Api

 

Dampak Kembang api

NAMA : Luthfia Hamidah (@S18-Luthfia)

 


Abstrak

Siapa yang tidak tahu kembang api? Kembang api banyak dijual saat menyambut perayaan-perayaan khusus, seperti pada acara perayaan tahun baru. Ledakan cahaya di langit sangat menarik untuk dilihat. Warnanya yang bermacam-macam menghiasi langit malam. Jenis kembang api yang biasa digunakan pada pertunjukkan besar adalah kembang api shell yaitu kembang api yangberbentuk tabung yang berisi bahan kimia yang mudahmeledak. Kembang api jenis shell ini terdapat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk tabung dan bulat. Ledakan seperti ‘bintang’ yang terkandung dalam tabung kembang api berisi serbuk logam atau garam yang memberikan warna kembang api. Bahan ini sering dilapisi bubuk mesiu untuk membantu dalam pengapian. Panas yang dilepaskan oleh reaksi pembakaran menyebabkan elektron dalam atom logam menjadi ter eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ketika bubuk mesiu terbakar, bubuk mesiu ini akan meledakkan aerial shell yang di dalamnya juga terdapat stars. Stars pun ikut meledak dan tersebar hingga memunculkan pancuran warna dan cahaya. Sedangkan warna-warna yang muncul dan tersebar di langit sampai membentuk kembang api itu, adalah hasil dari campuran bahan kimia dalam stars. Garam logam yang menjadi sumber dari warna-warni kembang api, bisa dilihat di tabel periodik golongan IIA. Menghidupkan kembang api itu sangat menyenangkan apalagi jika diiringi dengan acara tertentu seperti perayaan tahun baru. Namun kembang api harus diberi perhatian serius karena kembang api sesungguhnya sangat berbahaya.

 

Kata Kunci : kembang api, dampak negatif.

 

Pendahuluan

“Pada awal mulanya, kembang api berasal dari Cina sekitar 2000 tahun yang lalu. Sekitar abad ke-9, seorang juru masak yang secara tidak sengaja mencampur tiga bahan bubuk hitam (black powder) yang ada di dapurnya, yaitu garam peter atau KNO3 (kalium nitrat), belerang (sulfur), dan arang dari kayu (charcoal). Ternyata, campuran ketiga bahan tersebut merupakan bubuk mesiu yang mudah terbakar. Petasan ini kemudian dipercaya dapat mengusir roh jahat. Kemudian petasan jenis ini dipakai juga pada perayaan pernikahan, kemenangan perang, peristiwa gerhana bulan, dan upacara-upacara keagamaan. Baru pada saat Dinasti Song (960-1279) masyarakat di China mendirikan pabrik petasan. Bahan baku tabung bambu kemudian diganti dengan gulungan kertas yang kemudian dibungkus kertas merah di bagian luarnya. Petasan ini kemudian menjadi dasar dari pembuatan kembang api, yang lebih menitik- beratkan pada warna-warni dan bentuk pijar- pijar api di udara” (maulanusantara, 2011).

Kembang api umumnya terbuat dari kertas atau tanah liat berbentuk silinder atau bola. Pada umumnya kembang api menghasilkan empat efek, yaitu suara, cahaya, asap, dan dapat terbang. Kembang api dirancang agar dapat meledak sedemikian rupa dan menghasilkan cahaya yang berwarna-warni seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, ataupun ungu. Berdasarkan penjelasan dari American Chemical Society (ACA), terdapat sebuah aerial shell di dalam kembang api. Aerial shell merupakan tabung yang berisi bubuk mesiu dan lusinan unit yang disebut stars dengan diameter berukuran 3-4 sentimeter. Dan jenis kembang api yang biasa digunakan dalam suatu pertunjukan besar adalah kembang api berjenis shell. Beberapa bahan kimia yang terdapat dalam kembang api diantaranya adalah Natrium (Na), Seng (Zn), Sulfur (S), Titanium (Ti), Besi (Fe), Tembaga (Cu), dll.

Dalam kembang api terdapat komposisi utama yaitu:

·         Fuel (bahan bakar)

Fuel berfungsi sebagai pelepas elektron pada oksidator yang menyebabkan terjadinya percikan dan terbentuknya cahaya kembang api. Biasanya yang digunakan adalah karbon dan thermit.

·         Binder (pengikat)

Binder berfungsi menjadikan bahan pembuat kembang api yang dapat dijadikan campuran bahan berbentuk pasta. Biasanya yang digunakan adalah dextrin.

·         Oksidator

Oksidator diperlukan untuk proses pembakaran. Biasanya yang digunakan adalah nitrat dan klorat.

·         Zat pewarna

Biasanya yang digunakan dalam zat pewarna pada kembang api adalah Li2CO3yang memberikan warna merah, CaCl2 untuk memberikan warna orange, BaCl2 untuk warna hijau, Mg untuk warna putih, NaCl untuk warna kuning, CuCl untuk warna biru, dan campuran Cu dan SrCO3 untuk menghasilkan kembang api yang berwarna ungu.

 

Permasalahan

Walaupun mengasikkan melihat kembang api yang berwarna warni menghiasi langit malam, tetapi perlu diingat kan untuk lebih hati hati saat sedang menyalakan kembang api agar tidak terlalu dekat dengan sumber, karna bisa saja terkena ledakannya atau kembang api itu meledak saat belum meluncur ke atas. Walau  kembang api sendiri sebenarnya merupakan bahan peledak namun dengan daya ledak yang rendah, namun tetap saja bisa melukai bahkan sampai meninggal. Dan masih ada lagi dampak negatif dari kembang api, dari membahayakan diri sampai pada pencemaran lingkungan.

Sebagai bahan peledak, kembang api juga berpotensi dapat menyakiti orang lain walaupun kembang api memiliki daya ledak yang terbilang rendah, namun tetap saja bisa melukai bahkan menewaskan orang. Dan pernah terjadi kasus yang memilukan salah satunya pada saat penyambutan tahun baru di Italia tercatat 561 orang terluka dan 2 orang meninggal dunia akibat kejadian tersebut.

Kembang api juga mencemari udara dan perairan karena sisa sisa logam berat yang diledakkan di udara dan sisa sisa itu dapat jatuh di wilayah perairan sehingga berdampak buruk bagi makhluk hidup disekitarnya. Dan diperkirakan dapat merusak lapisan ozon. Sedangkan lapisan ozon sendiri berfungsi untuk melindungi bumi dan makhluk hidup agar tidak terkena langsung sinar ultraviolet yang mengakibatkan kanker kulit dan hal hal negatif lainnya. Belum lagi ledakan kembang api yang bisa saja tidak tepat sasaran dan memicu terjadinya kebakaran.

            Dilain sisi, kembang api juga berbahaya bagi binatang, khusunya burung yang berada diudara. Dirilis oleh New York Times “Beberapa tahun silam di Beebe, Arkansas, Amerika Serikat, ribuan burung hitam tiba tiba mati dan jatuh dari langit memenuhi jalanan dan halaman rumah. Dari olah laboratorium, tidak ada tanda tanda burung tersebut mati karena penyakit. Namun, mereka mati karena trauma fisik yang akut disebabkan oleh pesta kembang api”. Karna bagi hewan hewan yang kaget dan ketakutan biasanya akan melarikan diri dan menjadi trauma seperti burung tersebut.

Hasil dan Pembahasan

Secara umum terdapat zat penting dalam kembang api, yakni bahan peledak (oksidator, bahan bakar dan binder) serta zat pemberi warna. Beberapa reaksi yang terjadi dalam komponen penyusun kembang api, ialah sebagai berikut (Thonari anwar, 2014) :

a)      1. Oksidator

KClO4 → KCl + 2O2

4KNO3 + 5S → 2K2O + 2N2 + 5SO2

3KClO4 + 12Mg → 3KCl + 12MgO

b)      2. Fuel (bahan bakar)

3KClO4 + C6H12O6 → 6CO2 + 6H2O + 3KCl

2Mg + O2 2MgO

c)      3. Binder (pengikat)

C6H10O5 + 3O2 → 6CO + 5H2O

d)     4. Zat pewarna

Mg + O2 → MgO (menghasilkan warna putih)

2SrCl2 + O2 → 2SrO + 2Cl2 (menghasilkan warna merah)

2CuCl + O2 → 2CuO + Cl2 (menghasilkan warna biru)

2BaCl2 + O2 → 2BaO + 2Cl2 (menghasilkan warna hijau)

Oleh karena itu, sebaiknya para orang tua tidak memberikan anak anaknya bermain kembang api dan lebih baik membuat kegiatan edukatif dan games menyenangkan lainnya. Kembang api dan petasan juga mengeluarkan berbagai senyawa berbahaya seperti SO2, CO, dan hidrokarbon ke udara yang jika terhirup bisa sangat mengancam saluran napas terutama yang mengidap penyakit asma, anak anak, dan wanita yang sedang hamil. Jika tetap ingin menonton pesta kembang api, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan, yaitu dengan cara menggunakan masker dan mengatur jarak.

 

Simpulan

Kembang api memang indah dan memukau, namun karena terbuat dari kimia yang berbahaya maka keindahan tersebut bisa menimbulkan efek buruk baik bagi manusia, hewan, maupun lingkungan. Keamanan saat menyalakan kembang api perlu diperhatikan sehingga tidak lagi menimbulkan kecelakaan yang melukai dan menewaskan banyak orang. Diharapkan masyarakat agar lebih bijak lagi dan turut menjaga lingkungan serta habitatnya.

 

Daftar Pustaka

Anwar, Thonari. 2016. “Ilmu Kimia Dalam Kembang Api”. https://sainskimia.com/ilmu-kimia-dalam-warna-kembang-api/

Maulanusantara. 2011. “Asal Mula Kembang Api”. https://maulanusantara.wordpress.com/2011/12/31/asal-mula-kembang-api/

Syuhada, Feri Andi. 2014. “Pengembangan Buku Ajar Reaksi Redoks Menggunakan Konteks Kembang Api untuk Meningkatkan Literasi Sains Peserta Didik SMA”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.