.

Kamis, 20 Februari 2020

PRINSIP KIMIA HIJAU DALAM DUNIA INDUSTRI



Oleh : Jessica Chresstella


ABSTRAK

Perkembangan dan kemajuan Teknologi dan Industri didorong dari keinginan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Dengan adanya kemajuan teknologi dan industri maka dapat membantu manusia menjadi lebih mudah dalam menjalani kehidupan. Namun perkembangan teknologi dan industry ini juga menyisakan dampak negatif. Dampak Negatif yang menjadi masalah terbesar saat ini adalah limbah yang dihasilkan yang menyebabkan terjadinya berbagai jenis pencemaran lingkungan. Timbulnya berbagai macam pencemaran inin telah mengambil alih perhatian banyak orang untuk mendukung minimalisasi limbah industri atau kerusakan lingkungan dengan mengembangkan teknologi bersih (clean technology) berdasarkan konsep kimia hijau (green chemistry).

Kata Kunci : Kimia Hijau, Prinsip Kimia Hijau

Sumber Gambar : https://pt.slideshare.net/yuliflamminho/green-chemistry-26397033/7
12 Prinsip Kimia Hijau

PENDAHULUAN

Green chemistry adalah suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah produk ataupun proses yang mengurangi ataupun mengeliminir penggunaan dan produksi zat-zat (substansi) toksik dan atau berbahaya (Utomo, 2010)

Green chemistry lebih berfokus pada usaha untuk meminimalisir penghasilan zat-zat berbahaya dan memaksimalkan efisiensi dari penggunaan zat-zat (substansi) kimia. Sedangkan, environmental chemistry lebih menekankan pada fenomena lingkungan yang telah tercemar oleh substansi-substansi kimia (Nurma, 2008).

Menurut Utomo (2010), Konsep green chemistry terdiri dari 12 prinsip, yaitu:
1.     Lebih mengedepankan usaha mencegah timbulnya limbah dibanding usaha menangani limbah yang dihasilkan dalam proses produksi.
2.     Efisiensi atom
3.     Mengurangi pemakaian bahan kimia barbahaya dan atau toksik
4.     Mendesain produk yang lebih ramah lingkungan
5.     Meningkatkan usaha penggunaan pelarut dan bahan kimia lain yang tidak berbahaya
6.     Mendesaian pemakaian energi yang efisien
7.     Lebih mengutamakan penggunakan bahan dasar yang dapat diperbaharui.
8.     Melakukan proses sintesis yang relatif lebih pendek (menghindari proses penurunan hasil sintesis)
9.     Mengutamakan reaksi katalisis dibandingkan reaksi stoikiometrik
10.  Mendesain produk yang dapat didegradasi (didaur ulang)
11.  Melakukan metode analitik pada usaha pencegahan polusi
12.  Minimalisasi potensi kecelakan kerja.

Sumber Gambar : https://www.pngdownload.id/png-t348rr/
Kimia Hijau

PEMBAHASAN

Menurut Sidjabat (2008) , Salah satu teknologi bersih yang sudah berkembang dan terus dikembangkan untuk dapat mengurangi pencemaran atau limbah industri adalah teknologi katalitik atau dengan peran katalis Teknologi bersih adalah suatu konsep dari kimia hijau (green chemistry) dan merupakan suatu teknologi yang dapat:
a.     Menghemat bahan mentah (umpan) dan energi; mereduksi toksisitas (atau bahaya) dari bahanbahan yang digunakan dalam suatu proses; mereduksi jumlah dan/atau toksisitas (bahaya) limbah dari proses industri dan emisinya.
b.    Memproduksi produk (dan pengemasannya) dengan mengkonsumsi sedikit bahan baku dan sedikit energi selama digunakan, menghasilkan sedikit emisi dan limbah, mudah digunakan kembali, dapat diperoleh kembali atau mudah didaur ulang setelah digunakan, dan mempunyai dampak kecil jika dibuang ke lingkungan.

Untuk meminimalisasi limbah dari suatu proses kimia maka perlu pertimbangan aspek-aspek berikut:
a.     Faktor Lingkungan , Faktor E (Environmental Factor)
b.    Utilisasi Atom
c.     Peran Katalisis (Proses Katalitik)
Katalis bekas (spent catalyst) dapat diolah dengan cara perolehan kembali logam-logamnya (reclaiming), regenerasi dan/atau ditimbun dalam tanah(landfill) sehingga tidak menjadi masalah dalam lingkungan.

Contoh aplikasi dari Kimia Hijau di industri:

Waterbased coating (cat waterbased) adalah bahan finishing yang menggunakan air sebagai pelarut utama. Berbeda dengan solvent base finishing material, waterbased coating ini hanya sedikit mengeluarkan emisi gas pada saat proses pengeringannya sehingga tidak akan mengotori udara lingkungan.

Adanya isu yang berkembang saat ini mengenai keselamatan lingkungan ditambah dengan harga solvent yang semakin mahal, telah membuat produk-produk yang berbasiskan air menjadi pilihan yang sangat menarik. Tingginya dorongan untuk mengunakan waterbased material ini juga telah mendorong industri finishing material untuk mengembangkan produk ini sehingga produk yang dihasilkan menjadi semakin baik.

Keuntungan waterbased coating               
                                                                       
  • Waterbased coating ini relatif aman.
Semua solvent dan solvent base material merupakan bahan yang mudah terbakar. Sedangkan waterbased material menggunakan air sebagai solvent utama tentu merupakan bahan yang jauh lebih aman dibandingkan solvent base material.

  • Waterbase coating merupakan bahan yang lebih ramah lingkungan
Waterbased yang menggunakan air sebagai pelarut utama memang masih mengeluarkan solven, tetapi tentu saja dalam jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan material finishing dengan pelarut thinner atau solven.  

  • Waterbased material memiliki nilai tambah sebagai bahan yang dianggap lebih ramah lingkungan

Kekurangan cat waterbased 

  • Aplikasi yang relatif sulit
Air merupakan bahan yang relatif lebih sulit untuk menguap dibandingkan dengan solven. Pengeringan cat ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan waktu proses pengeringan terjadi.

  • Penampilan finishing yang agak buram.
Lapisan coating dari waterbase ini akan menghasilkan lapisan film yang sedikit buram dan warna finishing yang dihasilkan tidak bisa sejernih seperti pada lapisan film yang dihasilkan oleh cat jenis NC.


KESIMPULAN DAN SARAN

Limbah merupakan masalah serius yang bisa mengancam kualitas kesehatan manusia dan lingkungan. Fokus penanganan limbah mestinya tidak lagi pada usaha pengolahan limbah tetapi pada usaha pengurangan sumber limbah. Konsep tersebut yang ditawarkan oleh green chemistry. Dalam green chemistry, pemakaian bahan dan reagen kimia yang berpotensi menimbulkan limbah dikurangi atau diganti. Pemakaian katalis dalam reaksi kimia lebih diutamakan karena bisa memperpendek rute reaksi sehingga limbah yang dihasilkan juga menurun. Salah satu pengejawantahan green chemistry yang bisa dilakukan di dunia pendidikan tinggi adalah dengan menggalakkan penelitian yang berbasis katalis. Dengan demikian pemakaian bahan dan reagen kimia dapat diminimalkan dan konsep lebih baik mencegah daripada mengobati dapat dilaksanaka (Utomo, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Linngkungan Industri. Yogyakarta: Penerbit Wahana Resolusi

Sidjabat, O. (2008). Pengembangan Teknologi Bersih dan Kimia Hijau dalam Meminimalisasi Limbah Industri. Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi42(1), 45-50. (http://203.189.89.59/ojs/index.php/LPMGB/article/view/201  diakses 20 Februari 2020)
Utomo, M. P. (2010). Green Chemistry dengan Kimia Katalisis.( http://www.academia.edu/download/51871348/08_green_chemistry.pdf diakses 20 Februari 2020)
Nurma. 2008. Green Chemistry. http://nurma.staff.fkip.uns.ac.id/ (diakses pada tanggal 20 Februari 2020)

Cat waterbase (waterbased coating).2014. Woodworking Indonesia.


1 komentar:

  1. @Q04-ADESITA

    Apa kelebihan dari penerapan prinsip kimia hijau ?

    Untuk penulisan Daftar Pustaka sudah sesuai standar APA

    Artikel sangat bermanfaat

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.