.

Sabtu, 22 Februari 2020

Konsep Industri



Abstrak
Menurut Rochim, konsep industri hijau menitik beratkan pada proses produksi yang mengutamakan pada upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Standar ini dinilai mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

Kata kunci : Industri Hijau, Konsep  industri hijau

I.                    Pendahuluan
Industri pengolahan dan perdagangan merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Kedua sektor itu mampu menjadi pengungkit tumbuhnya sektor-sektor ekonomi lainnya. Kontribusi sector industry pengolahan dan perdagangan terhadap PDRB jawa Timur mencapai lebih dari 50% jauh melampaui kontribusi sektor pertanian dan pertambangan. Tak dapat dipungkiri seiring dengan kemajuan teknologi dibidang industri mengharuskan pemakaian bahan baku sumber daya alam yang meningkat bahkan cenderung berlebihan. Terutama sumber daya alam dari fosil yang terbatas dan tidak dapat terbarukan. Sehingga dalam jangka panjang apabila dipakai terus menerus tanpa memperhatikan kelestariannya, akan semakin menipis dan pada limit tertentu akan habis.
II.                  Permasalahan
Secara umum kegiatan proses produksi di perusahaan industri masih menerapkan sistem manufaktur konvensional, atau yang dikenal dengan Bussiness as Usual (BAU). Namun, sudah saatnya dilakukan transformasi paradigma menuju sistem manufaktur industri hijau, yaitu sistem manufaktur yang mengedepankan konsep efisiensi, penggunaan sumber daya terbarukan, dan penggunaan teknologi rendah karbon. Selain itu, produksi hijau juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan kembali material dan sumber daya yang digunakan melalui konsep 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery), menggunakan sumber daya manusia yang kompeten, implementasi SOP, layout pabrik yang efisien dan efektif, dan modifikasi atau penggantian mesin/peralatan. 
III.                Pembahasan
Strategi penerapan industri hijau, yaitu mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri hijau dan membangun industri baru dengan prinsip industri  hijau, mempunyai arti yang sangat luas karena didalamnya termasuk upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya (bahan baku, energi dan air) pada setiap tahapan produksi, pembaharuan penggunaan atau perbaikan teknologi produksi rendah karbon, pilihan jenis proses yang efektif dan efisien, rancangan produk yang ramah lingkungan dan minimalisasi limbah.

Prinsip Industri
Prinsip industri hijau selaras prinsip produksi bersih (cleaner production), dimana dalam beberapa prinsip pokok dan strategi yang dilakukan sebagai berikut:
Meminimalkan penggunaan bahan baku, air, energi dan pemakaian bahan baku tidak ramah lingkungan (beracun dan berbahaya), serta meminalisasi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga mencegah dan atau mengurangi timbulnya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta risikonya tehadap manusia.
Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus memahami secara baik analisis daur hidup produk.
Perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha yang tentunya didukung oleh komitmen secara bersama-sama dan terlebih dituangkan dalam kebijakan implementasi industri hijau.
Mengaplikasikan teknologi ramah lingkungan, sistem manajemen yang meliputi posedur standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
    Pelaksanaan program industri hijau harus didasarkan pada kesadaran (awareness) sehingga diperlukan pengaturan sendiri (self regulation) yang tidak bergantung pada peraturan atau ketentuan pemerintah.
Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy).

Pelaksanaan Industri Hijau
1. Eliminasi               : Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan Industri Hijau hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.

2. Minimisasi Limbah (mengurangi sumber limbah)                               : Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa perubahan penting terhadap proses, tetapi hal ini memberikan hasil-hasil peingkatan lingkungan dan ekonomi yang terbesar.

3. Daur Ulang          : Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategi-strategi untuk meminimalkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan harus dicari, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali(reuse). Jika limbah tidak dapat dicegah atau di minimkan melalui penggunaan kembali atau daur ulang, strategi-strategi yang mengurangi volume atau kadar racunnya melalui pengelolahaan limbah dapat dilakukan. Walaupun “strategi-strategi bagian akhir (end of pipe)” ini kadang-kadang dapat mengurangi jumlah limbah, strategi tersebut tidak sama efektifnya dengan mencegah limbah di tahap awal.

4. Pengendalian Pencemaran          : Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum meng-antisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah. Artinya limbah memang sudah terjadi dan ada dalam sistim produksinya, namun kualitas dan kuantitas limbah yang ada dikendalikan agar tidak melebihi baku mutu yang disyaratkan.

5. Pengelolaan dan Pembuangan: Strategi terakhir yang perlun dipertimbangkan adalah metoda-metoda pembuangan alternatif. Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan program menejemen lingkungan; tetapi, ini adalah teknik yang paling tidak efektif.

6. Remediasi: Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar toxisitas kuantitas limbah yang ada.

IV.                Kesimpulan
Pada tingkat industri, penerapan industri hijau akan memberi manfaat antara lain: 
    Lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya (bahan baku, energi, dan air) sehingga mampu menimalisasi biaya produksi
    Pemenuhan dan partisipasi terhadap pengelolaan lingkungan lebih meningkat berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan industri dan masyarakat sekitar.
    Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan
    Membuka peluang sponsorship, pendanaan berbasis ESCO, green atau proyek keberlanjutan (sustainable project) dari lembaga perbankan/keuangan atau lembaga atau korporasi internasional.
Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja pada lingkungan kerja.

V.                     Daftar Pustaka
http://industrihijau.kemenperin.go.id/?page=view_artikel&id=9

1 komentar:

  1. Agung Aldiyanto F (@Q14-Agung)
    Contoh penerapan barang daur ulang seperti apa?

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.