Abstrak
Menurut Rochim, konsep
industri hijau menitik beratkan pada proses produksi yang mengutamakan pada
upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Standar ini dinilai mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Kata kunci : Industri Hijau, Konsep industri hijau
I.
Pendahuluan
Industri pengolahan
dan perdagangan merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan
perekonomian nasional. Kedua sektor itu mampu menjadi pengungkit tumbuhnya
sektor-sektor ekonomi lainnya. Kontribusi sector industry pengolahan dan
perdagangan terhadap PDRB jawa Timur mencapai lebih dari 50% jauh melampaui
kontribusi sektor pertanian dan pertambangan. Tak dapat dipungkiri seiring
dengan kemajuan teknologi dibidang industri mengharuskan pemakaian bahan baku
sumber daya alam yang meningkat bahkan cenderung berlebihan. Terutama sumber
daya alam dari fosil yang terbatas dan tidak dapat terbarukan. Sehingga dalam
jangka panjang apabila dipakai terus menerus tanpa memperhatikan
kelestariannya, akan semakin menipis dan pada limit tertentu akan habis.
II.
Permasalahan
Secara umum kegiatan proses produksi di
perusahaan industri masih menerapkan sistem manufaktur konvensional, atau yang
dikenal dengan Bussiness as Usual (BAU). Namun, sudah saatnya dilakukan
transformasi paradigma menuju sistem manufaktur industri hijau, yaitu sistem
manufaktur yang mengedepankan konsep efisiensi, penggunaan sumber daya
terbarukan, dan penggunaan teknologi rendah karbon. Selain itu, produksi hijau
juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan kembali material dan sumber daya yang
digunakan melalui konsep 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery), menggunakan
sumber daya manusia yang kompeten, implementasi SOP, layout pabrik yang efisien
dan efektif, dan modifikasi atau penggantian mesin/peralatan.
III.
Pembahasan
Strategi penerapan industri hijau, yaitu
mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri hijau dan membangun
industri baru dengan prinsip industri
hijau, mempunyai arti yang sangat luas karena didalamnya termasuk upaya
pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya pemilihan bahan
baku yang ramah lingkungan, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya (bahan
baku, energi dan air) pada setiap tahapan produksi, pembaharuan penggunaan atau
perbaikan teknologi produksi rendah karbon, pilihan jenis proses yang efektif
dan efisien, rancangan produk yang ramah lingkungan dan minimalisasi limbah.
Prinsip Industri
Prinsip industri hijau selaras prinsip
produksi bersih (cleaner production), dimana dalam beberapa prinsip pokok dan
strategi yang dilakukan sebagai berikut:
Meminimalkan penggunaan bahan baku, air,
energi dan pemakaian bahan baku tidak ramah lingkungan (beracun dan berbahaya),
serta meminalisasi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga mencegah dan
atau mengurangi timbulnya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta risikonya
tehadap manusia.
Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi,
berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus memahami
secara baik analisis daur hidup produk.
Perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah
laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia
usaha yang tentunya didukung oleh komitmen secara bersama-sama dan terlebih
dituangkan dalam kebijakan implementasi industri hijau.
Mengaplikasikan teknologi ramah lingkungan,
sistem manajemen yang meliputi posedur standar operasi sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
Pelaksanaan program industri hijau harus didasarkan pada kesadaran
(awareness) sehingga diperlukan pengaturan sendiri (self regulation) yang tidak
bergantung pada peraturan atau ketentuan pemerintah.
Strategi untuk
menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive
strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan
limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy).
Pelaksanaan Industri Hijau
1. Eliminasi : Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan Industri Hijau hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.
1. Eliminasi : Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan Industri Hijau hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.
2. Minimisasi Limbah
(mengurangi sumber limbah) :
Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar
limbah tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan
beberapa perubahan penting terhadap proses, tetapi hal ini memberikan
hasil-hasil peingkatan lingkungan dan ekonomi yang terbesar.
3. Daur Ulang : Jika timbulnya limbah tidak dapat
dihindarkan dalam suatu proses, maka strategi-strategi untuk meminimalkan
limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan harus dicari,
seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali(reuse). Jika
limbah tidak dapat dicegah atau di minimkan melalui penggunaan kembali atau
daur ulang, strategi-strategi yang mengurangi volume atau kadar racunnya
melalui pengelolahaan limbah dapat dilakukan. Walaupun “strategi-strategi
bagian akhir (end of pipe)” ini kadang-kadang dapat mengurangi jumlah limbah,
strategi tersebut tidak sama efektifnya dengan mencegah limbah di tahap awal.
4. Pengendalian
Pencemaran : Strategi yang
terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum
meng-antisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah.
Artinya limbah memang sudah terjadi dan ada dalam sistim produksinya, namun
kualitas dan kuantitas limbah yang ada dikendalikan agar tidak melebihi baku
mutu yang disyaratkan.
5. Pengelolaan dan
Pembuangan: Strategi terakhir yang perlun dipertimbangkan adalah metoda-metoda
pembuangan alternatif. Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen
penting dari keseluruhan program menejemen lingkungan; tetapi, ini adalah
teknik yang paling tidak efektif.
6. Remediasi: Strategi
penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar toxisitas kuantitas limbah yang ada.
IV.
Kesimpulan
Pada tingkat industri, penerapan industri
hijau akan memberi manfaat antara lain:
Lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya (bahan baku,
energi, dan air) sehingga mampu menimalisasi biaya produksi
Pemenuhan dan partisipasi terhadap pengelolaan lingkungan lebih
meningkat berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan industri dan
masyarakat sekitar.
Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan konsumen
terhadap produk yang dihasilkan
Membuka peluang sponsorship, pendanaan berbasis ESCO, green atau proyek
keberlanjutan (sustainable project) dari lembaga perbankan/keuangan atau
lembaga atau korporasi internasional.
Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan
keselamatan kerja pada lingkungan kerja.
V.
Daftar Pustaka
http://industrihijau.kemenperin.go.id/?page=view_artikel&id=9
Agung Aldiyanto F (@Q14-Agung)
BalasHapusContoh penerapan barang daur ulang seperti apa?