Oleh : Bagas
Fadhlullah Akmal ( @P25-BAGAS )
Abstrak
Kimia Hijau berupaya membuat langkah-langkah kreatif dan
inovatif beragam proses kimia, baik dengan menggeser, menambah ( atau
mengurangi), dan memperbaharui proses kimia tradisional-konvensional menjadi
lebih ramah terhadap kelangsungan hidup umat manusia dan lingkungan sekitar,
dengan tetap mengedepankan prinsip optimasi dalam proses produksi. Kimia hiijau
berupaya semaksimal mungkin mengurangi dampak negative dari berbagai proses
kimia terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan
Kata Kunci :
Kimia Hijau
I. Pendahuluan
Menurut EPA (2015), Kimia Hijau (Green Chemistry) adalah
desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau menghilangkan
penggunaan zat berbahaya. Kimia Hijau dikenal juga sebagai Kimia Berkelanjutan
(Sustainable Chemistry). Dalam hal ini Kimia Hijau merupakan konsep dan
pemikiran mengenai kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran
II. Permasalahan
Mengapa kita harus menerapkan Kimia Hijau terhadap lingkungan
sekitar ?
III. Pembahasan
Kimia Hijau merupakan paradigma yang relative baru, dengan focus
pada upaya mengoptimalkan kegiatan perancangan proses, produk dan pasca produk
yang bisa memperkecil bahkan menihilkan pemakaian dan pembentukan bahan kimia
beracun dan berbahaya.
Sebernarnya kesadaran akan pentingnya ilmu Kimia sebagai ilmu
dasar yang sangat diperlukan untuk mengatasi bahkan menghentikan timbulnya beragam
persoalan lingkungan, baru muncul dalam beberapa decade terakhir. Kimia Hijau
dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan lestari dan berkelanjutan,
setidaknya untuk tiga bidang utama. Pertama, teknologi energi terbarukan yang
menjadi pilar utama dari peradaban teknologi tinggi berkelanjutan (Collins,
2001). Kedua, reagen yang digunakan oleh industry kimia, yang sebagian besar bersumber
dari minyak bumi, harus mulai digantikan oleh sumber yang terbarukan. Ketiga,
perlu ada teknologi alternative pengendalian polusi yang lebih mumpuni
Anastas dan Warner (1998) mengusulkan
konsep“The Twelve Principles of Green Chemistry” yang digunakan sebagai acuan
oleh para peneliti untuk melakukan penelitian yang ramah lingkungan. Berikut
adalah ke-12 prinsip kimia hijau yang diusulkan oleh Anastas dan Warner :
1. Mencegah timbulnya limbah dalam proses
Lebih baik mencegah daripada
menanggulangi atau membersihkan limbah yang timbul setelah proses sintesis,
karena biaya untuk menganggulangi limbah sangat besar.
2. Mendesain produk bahan kimia yang aman
Pengetahuan mengenai struktur kimia
memungkinkan seorang kimiawan untuk mengkarakterisasi toksisitas dari suatu
molekul serta mampu mendesain bahan kimia yang aman. Target utamanya adalah
mencari nilai optimum agar produk bahan kimia memiliki kemampuan dan fungsi
yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas rendah). Caranya adalah dengan
mengganti gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai bioavailability.
3. Mendesain proses sintesis yang aman
Metode sintesis yang digunakan harus
didesain dengan menggunakan dan menghasilkan bahan kimia yang tidak beracun
terhadap manusia dan lingkungan. Hal itu dapat dilakukan dengan du acara yaitu meminimalkan
paparan atau meminimalkan bahaya terhadap orang yang menggunakan bahan kimia
tersebut.
4. Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan
Penggunaan
bahan baku yang dapat diperbarui lebih disarankan daripada menggunakan bahan
baku yang tak terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi.
5.
Menggunakan katalis
Penggunaan katalis memberikan selektifitas yang
lebih baik, rendemen hasil yang meningkat, serta mampu mengurangi produk
samping.Peran katalis sangat penting karena diperlukan untuk mengkonversi
menjadi produk yang diinginkan.
6. Menghindari derivatisasi dan
modifikasi sementara dalam reaksi kimia
Derivatisasi
yang tidak diperlukan seperti penggunaan gugus pelindung, proteksi/deproteksi,
dan modifikasi sementara pada proses fisika ataupun kimia harus diminimalkan atau
sebisa mungkin dihindari karena pada setiap tahapan derivatisasi memerlukan
tambahan reagen yang nantinya memperbanyak limbah.
7. Memaksimalkan atom ekonomi
Perancangan
sintesis sedemikian rupa sehingga produk akhir mengandung proporsi maksimum dari
bahan awal. Dalam hal ini hanya sedikit atom yang terbuang, dan kalua bisa
nihil.
8. Perancangan bahan dan produk kimia yang aman
Produk kimia seharusnya dirancang sesuai fungsi yang
diinginkan, dan mememinimalkan terjadinya toksisitas bagi manusia dan lingkungan.
9. Perancangan untuk efisiensi energi
Penggunaan energi dalam proses kimia perlu senantiasa
memperhatikan dampak lingkungan dan nilai ekonominya, dalam hal ini jumlahnya
harus diminimalisir.
10. Rancangan untuk degradasi ( peruaraian )
Bahan kimia harus didesain dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan, oleh karena itu suatu bahan kimia harus mudah terdegradasi dan
tidak terakumulasi di lingkungan.
11. Analisis secara langsung ( real
time ) untuk pencegahan polusi
Metode analisis yang dilakukan secara real-time dapat
mengurangi pembentukan produk samping yang tidak diinginkan. Ruang lingkup ini
berfokus pada pengembangan metode dan teknologi analisis yang dapat mengurangi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dalam prosesnya.
12. Meminimalisir potensi kecelakaan
Bahan kimia yang digunakan dalam reaksi kimia harus dipilih
sedemikian rupa sehingga potensi kecelakaan yang dapat mengakibatkan masuknya
bahan kimia ke lingkungan, ledakan dan api dapat dihindari.
Mengacu pada
paparan mengenai Prinsip Kimia Hijau, maka produk kimia yang dianggap ideal ialah
memiliki sifat: Dapat terurai oleh mikroorganisme (biodegradable), Mampu
beradaptasi dan sejalan dengan siklus 3R ( reuse, recycle, and reduce), serta
produk dan proses produksinya tidak menimbulkan bahaya
IV. Kesimpulan
Kimia Hijau merupakan paradigma yang relative baru, dengan focus
pada upaya mengoptimalkan kegiatan perancangan proses, produk dan pasca produk
yang bisa memperkecil bahkan menihilkan pemakaian dan pembentukan bahan kimia
beracun dan berbahaya. Kimia Hijau berupaya membuat langkah-langkah kreatif dan
inovatif beragam proses kimia, baik dengan menggeser, menambah ( atau
mengurangi), dan memperbaharui proses kimia tradisional-konvensional menjadi
lebih ramah terhadap kelangsungan hidup umat manusia dan lingkungan sekitar,
dengan tetap mengedepankan prinsip optimasi dalam proses produksi. Kimia Hijau
dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan lestari dan berkelanjutan,
setidaknya untuk tiga bidang utama.
Anwar, Muslih. 2015. Kimia Hijau / Green Chesmitry. http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?u=blog-single&p=343&lang=id.
Diakses pada 24 November 2019
Hidayat, A.A. Kholil, Muhammad.
2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkaran Industri.
Mustafa, Dina. PERANAN KIMIA HIJAU (GREEN
CHESMITRY) DALAM MENDUKUNG TERCAPAINYA KOTA CERDAS (SMART CITY) SUATU TINJAUAN
PUSTAKA. http://repository.ut.ac.id/7076/1/UTFMIPA2017-07-dina.pdf.
Diakses pada 24 November 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.