@P18-ANANTIA
ABSTRAK
Semen
disebut sebagai bahan pengikat hidrolis karena jika semen berhubungan dengan
air akan menjadi bahan campuran yang aktif secara kimiawi. Menurut Soja Siti
Fatimah (2008) Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku batu
kapur/gemping sebagai bahan utama dan lempung/sebagai tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa
memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada campuran pada
pencampuran air.
KATA KUNCI
Industri
semen, karbon dioksida, portland, batu kapur
I.
PENDAHULUAN
Industri
merupakan suatu proses yang mengubah bahan-baku menjadi produk yang berguna
bagi kehidupan manusia, baik secara langsung atau tidak, dan produk tersebut
mempunyai nilai tambah. Istilah produk kimia industri dihasilkan melalui
kegiatan industri yang menghasilkan zat kimia, dengan bahan baku yang di proses
bersumber dari hasil penambangan, contohnya semen. Semen berasal dari bahasa
latin “cementum”, dimana kata ini mula-mula dipakai oleh bangsa Roma yang
berarti bahan atau ramuan pengikat, dengan kata lain semen dapat didefinisikan
adalah suatu bahan perekat yang berbentuk serbuk halus, bila ditambah air akan
terjadi reaksi hidrasi sehingga dapat mengeras dan digunakan sebagai pengikat
(mineral glue). Dari proses pembuatan semen akan terjadi penguapan karena
pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan :
residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan
alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur
bebas.
II. PERMASALAHAN
Akhir-akhir
ini industri semen dan beton semakin sering disorot. Ini disebabkan emisi
karbon dioksida, komponen terbesar gas rumah kaca, yang dihasilkan dari proses
kalsinasi kapur dan pembakaran batu bara. Dalam produksi satu ton semen
portland, akan dihasilkan sekitar satu ton gas karbon dioksida yang dilepaskan
ke atmosfer. Dari data tahun 1995, jumlah produksi semen dunia tercatat 1,5
miliar ton. Hal ini berarti industri semen melepaskan karbon dioksida sejumlah
1,5 ton ke alam bebas. Gas rumah kaca yang menjadi sorotan utama adalah gas
karbon di oksida karena jumlahnya yang jauh lebih besar dari gas yang lainnya
seperti oksida nitrat dan metan.
III. PEMBAHASAN
Menurut
Ni Madr D.D (2014) Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesive
dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral lain yang
menjadi suatu masa yang padat. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang
mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah
bahan alam yang mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium
oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3)
dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai.
Dalam
pengertian umum, semen adalah suatu binder, suatu zat yang dapat menetapkan dan
mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat material lain. Abu vulkanis dan
batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu kapur yang dibakar
sebagai agen pengikat untuk memperoleh suatu pengikat hidrolik yang selanjutnya
disebut sebagai “cementum”. Semen yang digunakan dalam konstruksi digolongkan
ke dalam, Semen hidrolik adalah
material yang menetap dan mengeras setelah dikombinasikan dengan air,
Kebanyakan konstruksi semen saat ini adalah semen hidrolik dan kebanyakan
didasarkan pada semen Portland, yang dibuat dari batu kapur, mineral tanah liat
tertentu, dan gypsum, pada proses dengan temperatur yang tinggi yang
menghasilkan karbon dioksida dan berkombinasi secara kimia yang menghasilkan
bahan utama menjadi senyawa baru. Semen
non-hidrolik meliputi material seperti batu kapur dan gipsum yang harus
tetap kering supaya bertambah kuat dan mempunyai komponen cair. Contohnya
adukan semen kapur yang ditetapkan hanya dengan pengeringan, dan bertambah kuat
secara lambat dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer untuk membentuk
kembali kalsium karbonat.
Jenis-jenis Semen
1. Semen Abu atau semen Portland
adalah bubuk/bulk berwarna abu kebirubiruan, dibentuk dari bahan utama batu
kapur.
2. Semen Putih (gray cement) adalah
semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan
penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi.
3. Oil Well Cement atau semen sumur
minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi
atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
4. Mixed & Fly Ash Cement adalah
campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash)
merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous
silica, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam variasi jumlah.
Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi
lebih keras.
Proses pembuatan semen
1. Proses
basah
Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur
dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan
bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena
masalah keterbatasan energi BBM.
2. Proses
kering
Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan
blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima
tahap pengelolaan yaitu :
·
Proses
pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
· Proses
pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.
· Proses
pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi
yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
· Proses
pendinginan terak.
· Proses
penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Proses
produksi semen secara garis besar
1.
Penambangan
dan penyimpanan bahan mentah
2.
Penggilingan
dan pencampuran bahan mentah
3.
Homogenisasi
dan pencampuran bahan mentah
4.
Pembakaran
5.
Penggilingan
hasil pembakaran
6.
Pendinginan
dan pengepakan
Dampak
Industri Semen terhadap Lingkungan
1.
Lahan,
penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
2. Air,
kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan
sisa air dari kegiatan penambangan.
3. Udara,
debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses
pembakaran dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik
IV. KESIMPULAN
semen adalah suatu binder, suatu
zat yang dapat menetapkan dan mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat
material lain. Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur
dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi
suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia
yang dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO),
silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta
oksida lain dalam jumlah kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A dan Muhammad Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri
Martini, M . 2015. Subtitusi Semen Dengan Campuran Abu Sekam dan Kapur Pada Campuran
Beton. Dalam http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/156/151
Lukman K.S, Rio dan Suhendra. 2018. Pengaruh Variasi Gradasi Pada Agregat
Terhadap Nilai Kuat Tekan Cement Treated (CTB). Dalam http://talentasipil.unbari.ac.id/index.php/talenta/article/view/11/10
Kurnia,
Dwi Miftha. 2014. Studi Pemanfaatan
Limbah Sekam Sebagai bahan Bakar Tambahan Pada Preheater Di PT. Semen Baturaja
(Persero) TBK. Dalam http://eprints.polsri.ac.id/86/
Hardjito, Djwantoro. 2001. Abu Terbang Solusi Pencemaran Semen.
Dalam http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/10-002/Abu%20Terbang%20Solusi%20Pencemaran_Sinar%20Harapan%202001.pdf
Fatimah, S.S. 2008. Produksi Semen. Dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_industri/PRODUKSI_SEMEN.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.