AROLVO ARTYA ANGGAREXO
(@P12-AROLVO)
INDUSTRI KARET BUATAN
abstrak
Limbah cair industri karet yang
tidak diolah secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab dari kerusakan
lingkungan. Industri karet menghasilkan limbah cair dengan konsentrasi BOD5508,47
mg/l, COD 5009,5 mg/l dan TSS 806 mg/l. limbah tersebut telah melewati baku
mutu. Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 5 tahun 2014, batas maksimum zat pencemar industri karet
adalah BOD5 100 mg/l, COD 250 mg/l dan
TSS 100 mg/l. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang relatif murah dan
cukup efisien. Pengolahan dengan Fitoremediasi menggunakan tanaman Typha
angustifolia efektif dalam menurunkan kadar limbah dan tidak memerlukan biaya
yang besar. Pengolahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan lahan basah
buatan yang di tanami dengan tanaman Typha angustifolia.Pengolahan ini
bertujuan untuk mereduksi kadar BOD, COD, TSS dan pH. Pengolahan ini dilakukan
dengan cara mengalirkan limbah karet kedalam reaktor selama 15 hari, kemudian
dilakukan pengujian pada hari ke-9, hari ke-12 dan hari ke-15. Hasil pengujian
menunjukan pengolahan dengan Fitoremidiasi menggunakan tanaman Typha
angustifolia mampu menurunkan kadar BOD mencapai 90,00% dari 508,47 mg/L menjadi 53,32 mg/L. COD
mencapai 90,15% dari 5009,5 mg/L
menjadi 493,3 mg/L. TSS mencapai 94,42%
dari 806 mg/L menjadi 45 mg/L. pH mengalami peningkatan dari nilai awal 5,4
menjadi 6,1. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa tanaman Typha angustifolia
efektif dalam menurunkan kadar limbah karet.
Kata Kunci: Limbah Karet,
Fitoremidiasi, Typha angustifolia, BOD, COD, TSS, pH
pengertian
Karet sintetis atau karet sintetik
mulai dikembangkan sejak permintaan karet alam sebagai bahan baku tidak mampu
lagi untuk memenuhi permintaan. Karet
sintetis ini juga muncul karena adanya kebutuhan karet dengan kualitas yang lebih tinggi
serta kebutuhan harga karet yang lebih kompetitif. Menghadapi
kebutuhan akan semakin meningkatnya kualitas produk jadi karet serta kondisi
persaingan yang semakin ketat, sebuah perusahaan dari Jerman yaitu Bayer &
Co dengan ahli kimia pada saat itu Fritz Hofman telah berhasil mengembangkan
karet yang diproduksi secara sintetis pada tahun 1909. Fritz Hofman bersama
dengan Bayer & Co. mulai dari tahun 1906 mulai melakukan pengembangan
sesuai dengan kebutuhan berbagai industri pada saat itu seperti kebutuhan akan produk karet yang tahan panas, tahan minyak
serta masih banyak lagi kelebihan yang dibutuhkan, dan dalam waktu kurang dari
tiga tahun yaitu tahun 1909 mereka telah
mempatenkan hasil penelitian dan rancangannya yaitu “Procedure for the manufacture
of synthetic rubber” / prosedur pembuatan karet sintetis. Dan 1 abad kemudian yaitu pada
tanggal 12 September ditetapkan sebagai Hari Karet sedunia. Saat ini lebih dari
20 jenis karet sintetis / karet
sintetik terdapat di pasaran dunia, terbuat dari bahan baku yang berasal
dari minyak bumi, batu bara, minyak, gas alam, dan asetilena. Karet-karet sintetis ini
biasa disebut dengan kopolimer, yaitu polimer yang terdiri dari lebih dari satu
ikatan monomer. Dengan mengubah komposisi
dari ikatan monomer yang ada akan memungkinkan untuk
mencapai sifat-sifat dan karakteristik tertentu, sesuai dengan yang
diinginkan oleh pelanggan untuk diaplikasikan atau digunakan secara
khusus. Karet sintetis / karet sintetik yang paling awal
ditemukan adalah kopolimer stirena-butadiena, Buna S dan SBR, yang memiliki
sifat paling dekat dengan sifat-sifat dari karet alam. SBR adalah
elastomer yang paling umum digunakan karena harganya yang agak murah dan
memiliki sifat dan karakteristik yang bagus. SBR digunakan terutama untuk
ban. Elastomer lain yang umum dipakai adalah -polybutadiene cis dan
-polyisoprene cis, keduanya juga memiliki sifat dan karakteristik yang
mirip dengan karet alam. Sifat-sifat, spesial karakteristik
dan harga karet sangat bervariasi. Pengetahuan tentang
keuntungan dan kekurangan karet sangat membantu dalam
pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasi
penggunaannya. Sebelum perang dunia kedua, hanya karet
alam tersedia dalam jumlah besar di pasaran dunia. Dengan semakin berkembangnya
kebutuhan manusia dan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
makin dirasakan keterbatasan dari sifat dan karakteristik karet
alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi, tidak tahan cuaca, tidak tahan
bahan kimia dll. Oleh karena itu riset dan pengembangan karet
sintetis / karet sintetik sesudah perang dunia semakin banyak
dilakukan yang bertujuan untuk memperoleh karet yang
sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam.
Macam-macam karet
buatan
Beberapa jenis karet sintetis /
karet sintetik yang memiliki fungsi dan kelebihan tertentu sebagai
berikut:
- Butyl (IIR)
- Chlorosulfonated
Polyethylene (CSM) - Hypalon®
- Epichlorohydrin
(ECO)
- Ethylene
Propylene (EPDM)
- Fluoroelastomer
(FKM) - Viton®
- Fluorosilicone
(FQ)
- Hydrogenated
Nitrile (HNBR)
- Nitrile
(NBR)
- Perfluoroelastomer
(FFKM)
- Polyacrylic
(ACM)
- Polychloroprene
(CR) - Neoprene®
- Polyurethane
(PU)
- Silicone (Q)
- Styrene
Butadeine (SBR)
Kesimpulan dan saran
Desain lingkungan fisik kerja di stasiun blanket basah
industri karet X Palembang berbasis ergonomi, menghasilkan: 1. Reduksi beban
kerja pekerja sebesar 24,39%,Peningkatan produktivitas, yaitu; hasil produksi
per shift kerja pekerja sebesar 20,29%.
Setiawan, Desain Lingkungan Kerja Industri Karet Berbasis
Ergonomi Guna Reduksi Beban Kerja dan Peningkatan Produktivitas http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/29-37_setiawan.pdf
https://www.industrikaret.com/karet-butyl.html KazuoArakawa,TadaoSeguchi,KenzoYoshida,https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/1359019786901505. https://www.industrikaret.com/karet-sintetis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.