.

Sabtu, 28 September 2019

INDUSTRI KARET BUATAN


AROLVO ARTYA ANGGAREXO
(@P12-AROLVO)

INDUSTRI KARET BUATAN

abstrak
Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan. Industri karet menghasilkan limbah cair dengan konsentrasi BOD5508,47 mg/l, COD 5009,5 mg/l dan TSS 806 mg/l. limbah tersebut telah melewati baku mutu. Menurut  Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 tahun 2014, batas maksimum zat pencemar industri karet adalah  BOD5 100 mg/l, COD 250 mg/l dan TSS 100 mg/l. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang relatif murah dan cukup efisien. Pengolahan dengan Fitoremediasi menggunakan tanaman Typha angustifolia efektif dalam menurunkan kadar limbah dan tidak memerlukan biaya yang besar. Pengolahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan lahan basah buatan yang di tanami dengan tanaman Typha angustifolia.Pengolahan ini bertujuan untuk mereduksi kadar BOD, COD, TSS dan pH. Pengolahan ini dilakukan dengan cara mengalirkan limbah karet kedalam reaktor selama 15 hari, kemudian dilakukan pengujian pada hari ke-9, hari ke-12 dan hari ke-15. Hasil pengujian menunjukan pengolahan dengan Fitoremidiasi menggunakan tanaman Typha angustifolia mampu menurunkan kadar BOD mencapai 90,00%  dari 508,47 mg/L menjadi 53,32 mg/L. COD mencapai 90,15% dari  5009,5 mg/L menjadi  493,3 mg/L. TSS mencapai 94,42% dari 806 mg/L menjadi 45 mg/L. pH mengalami peningkatan dari nilai awal 5,4 menjadi 6,1. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa tanaman Typha angustifolia efektif dalam menurunkan kadar limbah karet.

Kata Kunci: Limbah Karet, Fitoremidiasi, Typha angustifolia, BOD, COD, TSS, pH

pengertian
Karet sintetis atau karet sintetik mulai dikembangkan sejak permintaan karet alam sebagai bahan baku tidak mampu lagi untuk memenuhi permintaan. Karet sintetis ini juga muncul karena adanya kebutuhan karet dengan kualitas yang lebih tinggi serta kebutuhan harga karet yang lebih kompetitif. Menghadapi kebutuhan akan semakin meningkatnya kualitas produk jadi karet serta kondisi persaingan yang semakin ketat, sebuah perusahaan dari Jerman yaitu Bayer & Co dengan ahli kimia pada saat itu Fritz Hofman telah berhasil mengembangkan karet yang diproduksi secara sintetis pada tahun 1909. Fritz Hofman bersama dengan Bayer & Co. mulai dari tahun 1906 mulai melakukan pengembangan sesuai dengan kebutuhan berbagai industri pada saat itu seperti kebutuhan akan produk karet yang tahan panas, tahan minyak serta masih banyak lagi kelebihan yang dibutuhkan, dan dalam waktu kurang dari tiga tahun yaitu tahun 1909 mereka telah mempatenkan hasil penelitian dan rancangannya yaitu “Procedure for the manufacture of synthetic rubber” / prosedur pembuatan karet sintetis. Dan 1 abad kemudian yaitu pada tanggal 12 September ditetapkan sebagai Hari Karet sedunia. Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetis / karet sintetik terdapat di pasaran dunia, terbuat dari bahan baku yang berasal dari minyak bumi, batu bara, minyak, gas alam, dan asetilena. Karet-karet sintetis ini biasa disebut dengan kopolimer, yaitu polimer yang terdiri dari lebih dari satu ikatan monomer. Dengan mengubah komposisi dari ikatan monomer yang ada akan memungkinkan untuk mencapai sifat-sifat dan karakteristik tertentu, sesuai dengan yang diinginkan oleh pelanggan untuk diaplikasikan atau digunakan secara khusus. Karet sintetis / karet sintetik yang paling awal ditemukan adalah kopolimer stirena-butadiena, Buna S dan SBR, yang memiliki sifat paling dekat dengan sifat-sifat dari karet alam. SBR adalah elastomer yang paling umum digunakan karena harganya yang agak murah dan memiliki sifat dan karakteristik yang bagus. SBR digunakan terutama untuk ban. Elastomer lain yang umum dipakai adalah -polybutadiene cis dan -polyisoprene cis, keduanya juga memiliki sifat dan karakteristik yang mirip dengan karet alam. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga karet sangat bervariasi. Pengetahuan tentang keuntungan dan kekurangan karet sangat membantu dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasi penggunaannya. Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia dalam jumlah besar di pasaran dunia. Dengan semakin berkembangnya kebutuhan manusia dan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, makin dirasakan keterbatasan dari sifat dan karakteristik karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi, tidak tahan cuaca, tidak tahan bahan kimia dll. Oleh karena itu riset dan pengembangan karet sintetis / karet sintetik sesudah perang dunia semakin banyak dilakukan yang bertujuan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam. 
Macam-macam karet buatan
Beberapa jenis karet sintetis / karet sintetik yang memiliki fungsi dan kelebihan tertentu sebagai berikut:
  • Butyl (IIR)
  • Chlorosulfonated Polyethylene (CSM) - Hypalon®  
  • Epichlorohydrin (ECO)  
  • Ethylene Propylene (EPDM)  
  • Fluoroelastomer (FKM) - Viton®  
  • Fluorosilicone (FQ)  
  • Hydrogenated Nitrile (HNBR)  
  • Nitrile (NBR)  
  • Perfluoroelastomer (FFKM)  
  • Polyacrylic (ACM)  
  • Polychloroprene (CR) - Neoprene®  
  • Polyurethane (PU)  
  • Silicone (Q)  
  • Styrene Butadeine (SBR)
Kesimpulan dan saran
Desain lingkungan fisik kerja di stasiun blanket basah industri karet X Palembang berbasis ergonomi, menghasilkan: 1. Reduksi beban kerja pekerja sebesar 24,39%,Peningkatan produktivitas, yaitu; hasil produksi per shift kerja pekerja sebesar 20,29%.


DAFTAR PUSTAKA:
Setiawan, Desain Lingkungan Kerja Industri Karet Berbasis Ergonomi Guna Reduksi Beban Kerja dan Peningkatan Produktivitas http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/29-37_setiawan.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.