41617120039
Azham6661@gmail.com
Abstrak
Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global
merupakan tantangan yang paling serius dihadapi oleh negara-negara di dunia
pada abad ke 21 ini.. Pada tahun 2100 diperkirakan suhu meningkat 1,5 0 4,5
derajat Celsius dan permukaan air laut akan naik hingga 15 – 95 cm. Dampak yang
diperkirakan terjadi antara lain es dan glazier di kutub mencair, sejumlah
pulau dan sebagian kota pantai tenggelam, berbagai keaneragaman hayati musnah,
kerusakan terumbu karang, frekuensi bencana banjir, angin topan hujan badai,
dan banjir, frekuensi kebakaran meningkat, penyebaran penyakit bertambah, hama
penyakit tanaman bertambah. Di Indonesia pemanasan global akan berdampak kepada
hambatan pertumbuhan ekonomi, menurunnya ketahanan pangan, meningkatnya
gangguan kesehatan. Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa masalah
pemanasan global terjadi karena tindakan manusia yang dimulai sejak revolusi
industri 50 tahun terahir ini. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya
adaptasi dan mitigasi dampak pemanasan global. Teknologi hijau merupakan salah
satu upaya yang perlu dikembangkan sebagai upaya adaptasi dan mitigasi
pemanasan global tersebut. Berbagai teknologi hijau telah tersedia dan telah
diterapkan oleh beberapa negara maju dan negara berkembang. Khusus pada bidang
pelestarian sumber air dan pengolahan air limbah tersedia beberapa teknologi
hijau antara lain teknologi taman biologi, taman buangan air limbah dan
sanitasi ekologi.
Keywords: Pemanasan global, pembangunan berkelanjutan,
teknologi hijau, Green Concept, Kearifan lokal
Pendahuluan
Menurut Handajani Asriningpuri
, Fajar Kurniawati , Galih Pambudi (2015) Konsep rancang bangun yang bernuansa
lokal tidak lagi bertumpu pada kearifan lokal, karena trend bagi perancang
lokal agar terlihat “modern” diambil dengan cara mengagungkan dan meniru konsep
asing. Kearifan lokal hanya sebagai pelengkap, sementara itu Salura (2007)
mengatakan bahwa karya arsitektur tidak pernah lepas dari konteks budaya
ditempat arsitektur tersebut berada, jika budaya masyarakat berubah maka
arsitektur akan cenderung ikut berubah.Pengetahuan arsitektur lokal harus
dipertahankan eksistensinya agar tetap terpelihara sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai landasan rancang bangun didalam proses disain dan penelitian.
Di era revolusi industri 50 tahun terahir ini penduduk dunia
telah menggunakan sumber energi yang tak terpulihkan yang terlalu banyak dan
telah merusak 50% dari hutan dunia. Penggundulan hutan telah menghilangkan
kemampuan untuk menyerap emisi karbon sehingga memacu terjadinya perubahan
iklim. Sejak Perang Dunia II jumlah kenderaan bermotor di dunia bertambah sekitar
40 juta menjadi 680 juta, yang merupakan penyumbang emisi carbon dioksida pada
atmosfer. Enam tindakan manusia yang dikenal sebagai “Tragedy of Commons”
sebagai penyebab utama perubahan iklim global menurut Gany (2008) yaitu:
a. Meningkatnya kadar
karbon dioksida (CO2) di atmosfir.
b. Perobahan terhadap siklus bio-kimia global dari nitrogen
dan elemen-elemen lainnya.
c. pembentukan dan
pelepasan komponen organik secara terus menerus seperti chlorofluorocarbon.
d. Perubahan
besar-besaran dalam tataguna lahan dan vegetasi tutupan permukaan.
e. Perburuan dan perambahan sejumlah besar sumber daya alam
dan kehidupan predator dan konsumen.
f. Invasi keanekaragaman hayati oleh species asing. Pada
abad ke 21 ini, perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global
merupakan permasalahan yang serius dihadapi Negara-Negara di seluruh dunia.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan
bahwa kenaikan suhu bumi dari tahun 1990 – 2005 antara 0.13 – 0.15 derajat
celcius. Apabila tidak ada upaya pencegahan, pada tahun 2050 – 2070 suhu Bumi
akan naik sekitar 4,2 derajat Celcius, (KPKC Roma, 2002). Pada tahun 2100, suhu
atmosfir akan meningkat 1,5 – 4,5 derajat Dampak pemanasan global yang akan
terjadi adalah:
a. Musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati.
b. Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin
topan, dan banjir.
c. Mencairnya es dan glasier di kutub.
d. Meningkatnya tanah kering yang potensial menjadi gurun
karena kekeringan yang berkepanjangan.
e. Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang
luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga 15 – 95 cm.
f. Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan
karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia.
g. Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan.
h. Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria ke
daerah-daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk).
i. Daerah-daerah
tertentu menjadi padat karena terjadinya arus pe-ngungsian.
Permasalahan
Bagi masyarakat Indonesia dampak pemanasan global yang
timbul antara lain kenaikan permukan air laut sampai 90 cm yang mengakibatkan
tenggelamnya sekitar 2000 pulau, penurunan pH air laut dari 8,2 menjadi 7,8
yang akan menghambat kematian biota dan terumbu karang sehingga akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi, yang mengakibatkan terjadinya penurunan populasi ikan dan
sehingga menurunkan hasil laut seperti ikan, udang dan biota laut lainnya. Selanjutnya
dampak ekonomi dan sosial akan terjadi akibat terendamnya sebagian besar
kota-kota di wilayah pesisir. Dampak pada pertanian yaitu, akan terjadi
menurunnya produktivitas tanaman karena terganggunya akibat perobahan pola
presipitasi, penguapan, air limpasan dan kelembaban tanah. Selain itu pemanasan
global juga berisiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tanaman, sehingga
akan menggangu pertahanan pangan. Peningkatan suhu Bumi akan menyebabkan curah
hujan yang semakin lebat sehingga banjir akan lebih besar. Dampak pada
kesehatan masyarakat akan meningkat karena peningkatan suhu akan memperpendek
siklus hidup beberapa vektor penyakit dan masa inkubasi penularan menjadi lebih
singkat terutama malaria dan Demam Berdarah, serta penyakit lainnya seperti
Diare, Leptospirosis, kanker kulit, dll, (Kompas, 2007).
permasalahan yang disebabkan oleh pemanasan global, maka
dirasa perlu untuk mencari solusi agar dapat meminimalisir dampak tersebut.
Pleh sebab itu penulis merasa perlu membuat tulisan ini, yang berjudul,
“Penerapan teknologi hijau merupakan solusi untuk melestarikan sumberdaya air”.
Pembahasan
Konsep Teknologi Hijau (Green Technology)
Green Technology (Teknologi Hijau), diartikan sebagai suatu
ilmu pengetahuan praktis / teknologi yang dapat digunakan untuk melaksanakan
pembangunan yang dapat mewujudkan tatanan infrastuktur untuk memenuhi kebutuhan
manusia secara berkelanjutan (sustainable development), tanpa merusak atau
mengganggu sumber daya alam. Secara singkat, teknologi yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan tidak mengganggu ketersediaan
kebutuhan generasi mendatang. (Green Tecnology, 2008)
Keberadaan teknologi hijau ini diharapkan dapat menjadi
inovasi bagi manusia untuk merobah gaya hidupnya seperti kegandrungan manusia
saat ini akan information technology (IT). Beberapa ciri Teknologi Hijau antara
lain; berkelanjutan (sustainable), menggunakan sumber alam yang terbarui
(reclaimed), menghasilkan produk yang bermanfaat kembali (re-used), mengurangi
produk limbah dan bahan pencemar, menggunakan proses terdaur ulang (recycle),
inovatif tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, menciptakan kegiatan
dan produk yang bermanfaat bagi lingkungan atau dapat melindungi bumi.
Teknologi Pelestarian
Sumber Air
Taman Biologi (Bio – Park)
Bio-Park merupakan salah satu teknologi hijau yang digunakan
untuk memperbaiki kualitas sumber-sumber air yang tercemar seperti air saluran,
sungai dan danau. Proses reduksi bahan-bahan pencemar dalam Bio-Park terjadi
melalui siklus rantai makanan dalam ekosistem akuatik atau ekoteknologi.
teknologi Bio-Park merupakan upaya adaptasi dan mitigasi dampak
pemanasan global dengan karakteristik sbb:
a. Menanam vegetasi
b. Memperbaiki kualitas air yang tercemar secara efisien
tanpa bahan kimia.
c. Memanfaatkan lumpur sebagai pupuk organic
d. Tidak menghasilkan limbah kimiawi
e. Bio-Park adalah “zero emission System”
Teknologi Pengolahan
Air Limbah Domestik
Ecological Sanitation
Sanitasi
Sanitasi merupakan pengetahuan untuk berkehidupan bersih,
tertata atur dalam sebuah sistim pengarahan buangan padat dan air kotor, agar
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran atau limbah dan bahan
berbahaya, sehingga diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kehidupan dan
kesehatan manusia. Limbah atau material buangan berdampak pada masalah
kesehatan (kotoran manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat - sampah,
serutan kayu atau bambu, air bahan buangan sisa mandi atau cucian).
Drainase menurut Halim (2002) dibagi kedalam 4 jenis, yaitu
:
1) menurut sejarah terbentuknya (drainase alamiah yang
terbentuk dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia, dan drainase buatan
yang di bentuk berdasarkan analisis ilmu drainase untuk menentukan debit akibat
hujan dan dimensi saluran);
2) menurut letak saluran (drainase muka tanah, dan drainase
bawah muka tanah);
3) menurut fungsi drainase (single purpose berfungsi
mengalirkan satu jenis air buangan saja, sedangkan multy purpose berfungsi
mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian);
4) menurut konstruksi (saluran terbuka merupakan saluran air
yang tidak dapat mengganggu kesehatan, dan saluran tertutup merupakan saluran
untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan).
Taman Buangan Air Limbah (Wastewater Garden) Wastewater
Garden (WWG) adalah teknologi hijau yang digunakan untuk mendaur ulang sisa zat
pencemar dari unit pengolahan limbah perumahan, hotel, restoran, atau
perkantoran. WWG merupakan 100% ekologis, murah dan mudah dalam pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaannya. Tanpa memerlukan peralatan mekanis dan bahan
kimia, air limbah di daur ulang secara gravitasi ke taman, kebun sayuran,
ataupun buah-buahan. WWG pada awalnya dikembangkan untuk melindungi pantai dari
pencemaran limbah penduduk.
Kontribusi penerapan teknologi WWG dalam mitigasi dan
adaptasi dampak pemanasan global karena:
a. menanam vegetasi
b. meningkatkan kualitas effluent ke lingkungan tanpa bahan
kimia dan peralatan mekanis
c. Ekologis, mudah dan murah Teknologi WWG dikembangkan oleh
Planetary Reef Foundation dan telah berhasil diterapkan di Meksiko, Bali,
Bahama, Belize, Perancis, Polandia, Pilpina, Amerika Serikat dan Australia.
WWG yang terbesar saat ini adalah Xpu-Ha EcoPark di Meksiko
yang dirancang untuk mengolah limbah 1500 pengunjung per hari. Di Indonesia,
teknologi WWG telah di uji coba pada beberapa kantor pemerintah daerah dan
diterapkan pada beberapa hotel di kawasan Nusa Dua.
Sanitasi Taman
(SANITA)
adalah Teknologi Hijau untuk memperbaiki kualitas effluent
tangki septik konvensional agar tidak mencemari air tanah. Effluen septik tank
konvensional masih mengandung bakteri Fecal Coli yang cukup tinggi dan beresiko
mencemari air sumur dangkal yag terletak berdekatan, terutama pada permukiman
yang padat. Sebagian besar penduduk perkotaan masih mengkonsumsi air tanah
dangkal sebagai sumber air minum dan rumah tangga sehingga mereka berisiko
tinggi terjangkit penyakit perut (waterborne deseases). SANITA mampu menurunkan
bakteri Fecal Coli pada effluent tangki septik sampai dengan lebih dari 99%
sehingga diharapkan tidak mencemari air tanah. Penerapan SANITA pada permukiman
akan menambah vegetasi permukaan yang merupakan salah satu upaya adaptasi dan
mitigasi dampak perobahan iklim. Selain itu SANITA juga mudah dan murah dalam
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya, serta tidak menggunakan bahan
kimia dan peralatan mekanis. SANITA telah diteliti oleh Pusat Litbang
Permukiman sejak tahun 2004 dan saat ini telah disusun pedoman tata cara
pembangunannya sebagai kelengkapan Standar Nasional Indonesia tentang Tata Cara
Pembangunan Tangki Septik. Salah satu percobaan lapangan berada kampus Pusat
Litbang Permukiman
Kesimpulan
1. Perubahan Iklim yang diakibatkan oleh Pemanasan Global
telah dirasakan dampaknya dalam kehidupan manusia. Apabila tidak dilakukan
upaya pencegahan, dampak pemanasan global di masa yang akan datang merupakan
ancaman yang sangat serius bagi kehidupan semua makhluk di bumi.
2. Dalam menghadapi dampak Pemanasan Global diperlukan
upayaupaya mitigasi dan adaptasi yang melibatkan masyarakat.
3. Teknologi Hijau merupakan salah satu upaya adaptasi dan
mitigasi dampak Pemanasan Global yang sejalan dengan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development)
4. Berbagai Teknologi Hijau di bidang pelestarian sumber air
dan pengolahan air limbah telah tersedia untuk diterapkan dalam pembangunan
5. Perlu adanya upaya pemerintah dan masyarakat untuk
mengkampanyekan penggunaan teknologi hijau secara luas.
Daftar Pustaka
Ginting, Nana Terangna. Mitigasi dan Adaptasi dampak
perubahan iklim melalui penerapan teknologi hijau. Bandung.
Asriningpuri Handajani dan Fajar Kurniawati dan Galih
Pambudi. Teknologi Hijau Warisan Nenek Moyang di Tanah Parahyangan. Tangerang
Selatan.
Nefilinda. Teknologi Hijau : Solusi Untuk Pelestarian Sumber
Air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.