Latar Belakang
Semakin
meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), semakin tinggi pula
aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya dengan semakin pesatnya
perkembangan sektor industri dan sistem transportasi. Sebagai konsekuensi
logis, maka semakin dampaknya akan meningkatkan pula zat-zat polutan yang
dikeluarkan kegiatan industri maupun transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat
polutan di udara ini tentu akan berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan
kimia yang terjadi di udara. Beberapa contoh efek negatif perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu global antara lain efek rumah
kaca, pemanasan global, polusi, sampah, dan hujan asam.
Definisi
Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar menjadi masalah bagi
manusia. Ini merupakan masalah
umum yang secara berangsur-angsur mempengaruhi kchidupan manusia.
Istilah Hujan asam portama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis
tentang polusi industri di Inggris. Hujan
secara alami bersifat asam kart>na
Karbon Dioksida (CO2) di udara yang
la rut dengan air hujan
memiliki bentuk sebagai asam
lemah. jenis asam dalam hujan
ini sangat bermanfaat karena membantu
melarutkan mineral dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang (Cahyono, 2010)
Menurut ELC (2018)
sebenarnya hujan secara alami bersifat asam (pH) hujan normal 5,6) karena
merupakan hasil dari reaksi uap air, karbondioksida dan nitrogen di atmosfer.
Tingkat keasaman air hujan dapat meningkat secara drastis karena masuknya
sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer. Sehingga Terjadilah hujan
asam.
Proses Terjadinya
Hujan asam adalah
salah satu indikator untuk melihat kondisi pencemaran udara. Di atmosfer,
presipitasi basah dari polutan di udara
yang larut dalam awan akan jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju dan kabut.
Dengan polutan S02, SO3, NO2, dan HNO3, butir-butir air hujan akan membentuk
asam sulfat dan asam nitrat yang menjadikan pH air hujan kurang dari 5,60.
Lebih dari 90% emisi sulfur dan nitrogen berasal dari aktivitas manusia.
Senyawa sulfat dan nitrat itu akan berpindah dari atmosfer ke permukaan bumi
melalui presipitasi dan deposisi langsung yang dikenal dengan istilah
deposisi basah dan deposisi kering.
Akibat adanya pencemaran udara yang tinggi, daerah-daerah yang padat industri
ataupun kendaraan bermotor terutama kota besar di Indonesia telah mengalami
hujan asam, seperti kota Bandung. Dari hasil penelitian derajad keasaman (pH)
dan komposisi kimia air hujan di cekungan Bandung menunjukkan telah terjadi
peningkatan keasaman air hujan di wilayah tepian cekungan Bandung, walaupun
belum keseluruhan terindikasi mengalami hujan asam (Dessy, 2003).
Penyebab Terjadinya
Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa
Sulfur dan Nitrogen Oksida yang masuk ke dalam atmosfer dan mengalami perubahan
bentuk menjadi Asam Sulfat dan Nitrat. Senyawa ini kemudian bergabung dengan
Hidrogen Khlorida, yang kemudian turun bersama sebagai hujan asam (Pandia,
1996).
Beberapa gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2),
Hidrogen Sulfida (H2S) dan Karbon Monoksida (CO), selalu dibebaskan ke udara
sebagai produk sampingan dari prosesproses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan
sampah, makhluk hidup, dan kebakaran hutan. Selain disebabkan oleh pencemaran
alami, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz,
1992)
Dampak dari Hujan Asam
Menurut EPA (2012) dan CEF (2012),
beberapa dampak dari hujan asam antara lain :
-
Merusak
tumbuhan baik yang ada di hutan, perkebunan, hortikultura maupun tanaman pangan
-
Menghambat
perkembangbiakan hewan yang hidup di air, dengan pH yang terus menurun akan
mematikan bibit ikan
-
Menimbulkan
kepunahan berbagai jenis ikan dan plankton sebagai akibat rantai makanan yang
terputus
-
Menghambat
bahkan mematikan hewan ternak karena sediaan pakan terbatas
-
Mematikan
berbagai fauna lainnya
-
Berdampak
buruk terhadap kesehatan manusia seperti menimbulkan gangguan jantung,
paru-paru (asma dan bronchitis), kanker dan kematian dini
-
Merusak
berbagai material bangunan melalui proses korosi dan pelapukan
-
Merusak
tingkat kesuburan tanah
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, W. Eko. 2010. Pengaruh Hujan Asam pada Biotik dan Aiotik.
LAPAN. Diakses di http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/viewFile/718/636
pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul 16.45
CEF. 2012. What is Acid Rain? Conservative Energy Future. Diakses
di https://www.epa.gov/acidrain/what-acid-rain
pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul 16.50
ELC. 2008. Acid Precipitation. Environmental Literary
Council. http://enviroliteracy.org/article.php/2.html
EPA. 2012. Acid Rain. Environmental Protection Agency- US.
Fardiaz. 1992. Polusi Air Dan Udara. Bogor: Konisius Diakses
di http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=92263&obyek_id=4
pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul 17. 30
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2018. Kimia dan
Pengetahuan Lingkungan Industri. Yogyakarta : Penerbit WR
Pandia, S. 1996. Kimia lingkungan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Diakses di http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=92263&obyek_id=4
pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul 17. 35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.