Oleh : Natalia Esteriani Kambey (@K17-Natalia)
Abstrak :
Industri
petrokimia yang ada di Indonesia banyak dimanfaatkan di berbagai bidang. Selain
itu, bahan baku yang digunakan dalam proses produksi banyak terdapat di
Indonesia, sehingga Indonesia sebenarnya sangat berpontensi untuk mengembangkan
industri petrokimia. Namun masih banyak kendala yang ditemukan sehingga
dibutuhkan solusi untuk menanganinya.
Kata Kunci : Petrokimia, Industri Petrokimia, Industri Kimia, Polimer
Pendahuluan
Menurut Hidayat (2008), Industri petrokimia merupakan industri
yang mengolah zat atau bahan yang berasal
dari fraksi minyak bumi, seperti etilen (C2H4) dan
propilen (C3H6).
Menurut Sulaiman (2016), Industri petrokimia adalah industri
yang menghasilkan produk-produk industri kimia organik yang merupakan bahan
baku industri polimer, dengan bahan baku dasar bersumber dari hasil pengolahan
minyak dan gas bumi (gas alam), produk pencairan batubara, bahkan sekarang
sedang dikembangkan oleokimia berbasis biomassa.
Jadi, Industri petrokimia adalah industri yang menggunakan
bahan baku fraksi minyak bumi dan menghasilkan produk-produk industri kimia
organik yang merupakan bahan baku industri polimer.
Industri
kimia dimanfaatkan di berbagai bidang, antara lain :
1. Penggunaan Dalam Industri Pupuk Dan Pestisida
Produk amoniak/ urea dalam negeri sebagian besar
digunakan sebagai pupuk pertanian, dan adhesive urea formaldehida.
2. Penggunaan dalam Industri Bahan Plastik
PE (polietilena), PP (polipropilena), PVC (poli vinil
klorida), dan PS (polistirena).
3. Penggunaan dalam Industri Deterjen
Alkil
benzena, alkil benzene sulfonat (ABS), dan selulosa karboksi metil (CMC).
4. Penggunaan dalam Industri Serat Sintetik
Produk petrokimia yang digunakan untuk serat sintetik
adalah TPA (terepthalic acid), DMT (dimethyl terepthalate), PTA (purified terepthalic
acid), dan kaprolaktam.
Pembahasan dan Solusi
Terdapat
tiga bahan dasar yang digunakan
dalam industri petrokimia, yaitu :
1. Olefin (alkena-alkena)
Olefin
merupakan bahan dasar petrokimia yang paling utama. Di antara olefin yang
paling banyak diproduksi adalah etilena (etena), propilena (propena), dan
butadiena. Contohnya plastik yang digunakan sebagai kantong plastik dan
pembuatan pipa, karung plastik, dan sebagainya.
2. Aromatika
Pada
industri petrokimia, bahan aromatika yang terpenting adalah benzena, toluena,
dan xilena untuk pembuatan bahan peledak dan asam tereftalat.
3. Syn-Gas (Gas Sintetis)
Gas sintetis
ini merupakan campuran dari karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) yang
menghasilkan ammonia, urea, methanol, dan formaldehida.
Ada juga
bahan baku utama yang digunakan dalam industri petrokimia yaitu minyak bumi,
gas bumi, dan batu bara.
Jika kita lihat dari bahan baku yang ada, seharusnya industri
petrokimia di Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi industri petrokimia
yang maju. Namun, banyak hal yang menjadi kendala sehingga industri petrokimia
di Indonesia tidak maju, seperti
ketersediaan bahan baku dan keterjangkauan harga bahan baku. Kendala lain
juga yang menyebabkan industri kimia tidak maju adalah teknologi produksi kita yang masih rendah dan terbatasnya jenis bahan
baku yang digunakan sehingga Indonesia masih belum bisa bersaing dengan
negara-negara lain. Padahal, sudah ada ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang
memungkinkan kita untuk tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0–5%) maupun hambatan
non tariff.
Jika kita lihat dari berbagai kasus yang ada, sumber daya
yang ada di Indonesia hanya digunakan sebatas ekspor untuk kepentingan
perdagangan. Padahal, jika sumber daya yang ada di Indonesia mau ikut
berkontribusi dalam pengembangan sistem industri, tentunya akan mengurangi
kendala-kendala yang ada. Artinya kementrian-kementrian yang ada di Indonesia
harus mampu bekerja sama untuk menunjang industri petrokimia yang ada, seperti
penurunan harga bahan baku untuk menunjang sistem industri petrokimia.
Kesimpulan :
Indonesia
adalah negara yang sangat berpotensi untuk berkembangnya industri kimia. Selain
itu, produk hasil industri kimia banyak digunakan dan jika memungkinkan bisa
diekspor sehingga menambah pendapatan negara. Untuk itu, diperlukan kontribusi
semua pihak untuk mengatasi kendala yang ada maupun untuk mengembangkan industri
kimia.
Daftar Pustaka :
- Hidayat, A., Kholil, M. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Yogyakarta : Penerbit WR.
- Sulaiman, Fatah. 2016. Mengenal Industri Petrokimia. Diambil dari : http://www.fatahsulaiman.com/tridarma/buku/Buku%20Mengenal%20Industri%20Petrokomia%20(OKE).pdf (Diakses tanggal 30 September 2018)
- Sudirman, I., Djulius, H. 2010. Dampak AFTA terhadap Daya Saing Industri Petrokimia Olefin Indonesia. Volume 9, No. 2, Desember 2010. Diambil dari : http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=158935&val=5913&title=Dampak%20AFTA%20terhadap%20Daya%20Saing%20Industri%20Petrokimia%20Olefin%20Indonesia (Diakses tanggal 30 September 2018)
- Lestari, Putri Dewi. 2015. Pengaruh Asean-India Free Trade Agreement (AIFTA) terhadap Industri Petrokimia Indonesia pada Sektor Perdagangan. Diambil dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=349503&val=6444&title=PENGARUH%20ASEAN-INDIA%20FREE%20TRADE%20AGREEMENT%20(AIFTA)%20TERHADAP%20INDUSTRI%20PETROKIMIA%20INDONESIA%20PADA%20SEKTOR%20PERDAGANGAN (Diakses tanggal 30 September 2018)
- Kuswanto, S., Mangkuprawira, S., Djohar, S., Hermawan. A. Turbulensi Lingkungan dalam Penyusunan Strategi Perusahaan : Studi Kasus pada Perusahaan Industri Petrokimia. Diambil dari : http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=79849&val=237&title=TURBULENSI%20LINGKUNGAN%20DALAM%20PENYUSUNAN%20STRATEGI%20PERUSAHAAN:%20STUDI%20KASUS%20PADA%20PERUSAHAAN%20INDUSTRI%20PETROKIMIA (Diakses tanggal 30 September 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.