.

Selasa, 11 September 2018

Pencemaran Logam Berat

@K01-Irvin , @ProyekK01

Abstrak

Logam Berat Dalam Ekosistem Laut , logam berat adalah unsur unsur kimia dengan gravitasi spesifik melebihi 5 di dalam elemen-elemen ini ada dalam konstentrasi yang sangat rendah. Logam berat dibutuhkan oleh organisme laut untuk proses perkembangannya, tetapi akan terjadi berbahaya jika konsentrasinya terlalu tinggi. Logam berat yang ada di air laut akan sebagian terakumulasi dalam organisme tertentu. Oleh karena itu, organisme tertentu dapat digunakan sebagai bioindikator di studi polusi. Kerang (bivalve mollusc) adalah bio-indikator terbaik untuk mempelajari logam berat polusi di lingkungan laut.

Kata Kunci
                   
                Logam berat , pencemaran ,  dampak

Latar Belakang

Logam berat (heavy metal atau trace metal) merupakan istilah yang digunakan untuk menamai kelompok metal dan metalloid dengan densitas/ berat jenis lebih besar dari 5g/cm3. Sesungguhnya, istilah logam berat hanya ditujukan kepada logam  yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya  juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, yang termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40 jenis unsur.
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua  jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam  jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, As .
               
Macam macam logam berat
Antimony (Sb). Antimony dapat dijumpai secara alamiah di lingkungan dalam jumlah yang kecil, tetapi dengan adanya kegiatan industri elemen ini dapat dijumpai dalam jumlah cukup besar.

Arsenik (As). Arsenik diakui sebagai komponen essensial bagi sebagian hewan dan tumbuh-tumbuhan, namun demikian arsenik lebih populer dikenal sebagai raja racun dibandingkan kapasitasnya sebagai komponen essensial. Pada permukaan bumi, arsenik berada pada urutan ke-20 sebagai element yang berbahaya, ke-14 di lautan, dan unsur ke-12 berbahaya bagi manusia. Senyawa ini labil dalam bentuk oksida dan tingkat racunnya sama seperti yang dimiliki oleh beberapa elemen lainnya, sangat tergantung pada bentuk struktur kimianya.

Kadmium (Cd). Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis. Jumlah normal kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi (1700 ppm) dijumpai pada permukaan sample tanah yang diambil di dekat pertambangan biji seng (Zn). Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti timbal.

Kromium (Cr). Kromium merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI), tetapi hanya kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya. Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material biologis kromium selalu berbentuk tiga valensi, karena kromium enam valensi merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi.

Kobal (Co). Logam berat ini memiki tingkat racun yang tinggi terhadap tumbuhan. Kebanyakan tumbuhan memerlukan cairan elemen ini dalam konsentrasi tidak lebih dari 1 ppm.

Tembaga (Cu). Tembaga bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan di atas 0.1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia tidak lebih dari 1 ppm. Bersifat racun bagi domba pada konsentrasi di atas 20 ppm.

Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis. Sumber utama timbal adalah berasal dari komponen gugus alkil timbal yang digunakan sebagai bahan aditif bensin.

Merkuri (Hg). Keracunan merkuri pertama sekali dilaporkan terjadi di Minamata, Jepang pada tahun 1953. Kontaminasi serius juga pernah diukur di sungai Surabaya, Indonesia tahun 1996. Sebagai hasil dari kuatnya interaksi antara merkuri dan komponen tanah lainnya, penggantian bentuk merkuri dari satu bentuk ke bentuk lainnya selain gas biasanya sangat lambat.

Nikel (Ni). Elemen ini cenderung lebih beracun pada tumbuhan. Selama masih mudah di ambil oleh tanaman dari tanah, pembuangan limbah yang mengandung nikel masih sangat perlu diperhatikan. Total nikel yang terkandung dalam tanah berkisar 5-500 ppm.

Seng (Zn). Penggunaan elemen ini pada proses galvinasi besi sangat luas. Seng biasanya dijumpai pada tanah dengan level 10-300 ppm dengan perkiraan kasar rata-rata 30-50 ppm. Lumpur pembuangan biasanya mengandung seng dengan kadar tinggi.

Stronsium (Sr). Stronsium bersifat isomorphously menggantikan peranan kalsium pada tulang dan bahkan lebih aktif dibandingkan dengan kalsium, serta dapat menyebabkan penyakit Urov

Selenium (Se). Selenium merupakan elemen essensial bagi hewan dan juga merupakan prioritas utama elemen pencemar yang dapat didegradasi pada sistem akuatik. Selenium masuk ke lingkungan secara alami sejalan dengan proses kegiatan manusia. Secara normal, selenium terdapat pada organisme perairan melalui proses perubahan cuaca secara alami. Selenium juga masuk ke perairan lingkungan melalui leaching fly-ash serta dari limbah produksi pembakaran batu-bara pada pembangkit-pembangkit tenaga listrik di mana selenium terkandung dalam level yang tinggi. 

Tercemarnya Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain). Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton.Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi.Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi. Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian         

Permasalahan
                Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan itu sendiri biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan. Disamping adanya sumber alami yang membuat masuknya logam berat ke dalam peraian, seperti: logam-logam  yang dibebaskan aktivitas gunung berapi di laut dalam dan logam-logam yang dibebaskan dari partikel atau sedimen oleh proses kimiawi, serta logam yang berasal dari sungai dan hasil abrasi  pantai oleh aktivitas gelombang,

Solusi
                Pencemaran Limbah logam berat dapat di atasi dengan proses penangkapan logam berat tersebut ke badan perairan daerah pembuangan pertama , untuk mencegah masuknya logam berat ke daerah hulu sungai , penangkapan limbah dilakukan dengan prose biosorpsi dengan memanfaaatkan media biomassa seperti jerami ,alang alang  , eceng gondok atau sekam padi , upaya lainnya adalah menggunakan proses bioakumulasi yaitu proses yang memanfaatkan mikroba sebagai bioabsorben untuk mengakumulasi berbagai logam .

Kesimpulan
                Penyebab utama dari pencemaran laut di Indonesia adalah adanya eksploitasi besar-besaran oleh berbagai pihak, kurangnya pengamatan yang menyeluruh oleh pemerintah tentang keadaan laut, cara tangkap yang kurang terkontrol karena kurang ramah lingkungan, permintaan makanan laut yang terus bertambah dalam kebutuhan industri juga mengakibatkan ekosistem laut semakin pincang dan meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan.

               
Daftar Pustaka :
·         Oseana, Volume IX, Nomor 1 : 11-20, 1984 http://www.oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_ix(1)11-20.pdf
·         Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No.3, September 2001 : 241-246
·         Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI
·         Keluarga alumni analisa kimia “pencemaran air laut “Bandung,   Oktober 2013
·         Masdony, April 19, 2009 , “LOGAM BERAT SEBAGAI PENYUMBANG PENCEMARAN AIR LAUT”
·         Priadi Setyawan,  30 Maret 2009 , “jenis logam berbahaya dalam perairan “
·         Palar Drs Heryando . 2004 .”Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat “




3 komentar:

  1. @K27-Lulu kata kuncinya terlalu panjang kek pengertian.
    Nilai 80

    BalasHapus
  2. @K18-Fierdian
    Menurut saya judul yg digunakan sdh spesifik terhadap suatu masalah. Terdapat kekurangan dalam Daftar Pustakanya karena tdk terdapat penulis, tdk ada kutipan penulis. Kontennya kebanyakan mengutip dan bukan hasil sendiri. Mind Mapnya saya rasa kekecilan tulisannya.
    Nilai : 80

    BalasHapus
  3. @K25-Syahida
    1.judul yang menarik
    2.tata tulis : sangat menarik dan daftar pustaka sudah jelas
    3. Kurangnya kutipan
    4.sangat kreatif dan menarik

    nilai : 78

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.