Kimia hijau untuk dunia
Disusun
oleh:
Febri
Wahyu Utomo
41617110064
Jurusan
Teknik Industri
Fakultas
Teknik
Unniversitas
MercubuanaJakarta
2018
Abstrak
Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang
berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai
dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA)
mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk
mencegah atau mengurangi polusi. Green chemistry merupakan pendekatan untuk
mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan,
proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang
suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan
kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Bahaya bahan
kimia yang dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai
ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya
fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam.
Kata kunci
Menncegah,
mendeseain, menggunnakan, meningkatkan
Pedahuluan
Kemajuan teknologi dan industri
kimia yang berkembang pesat disadari menimbulkan berbagai masalah lingkungan.
Dalam beberapa proses, reaksi kimia memegang peranan penting sehingga faktor
produktivitas proses industri kimia diarahkan untuk mendapatkan hasil sintesis
sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan efek yang ditimbulkan seperti
dihasilkannya residu bahan kimia serta konsumsi energi yang sangat tinggi.
Industri kimia menyumbang 7% dari pendapatan global dan 9% perdagangan global,
dengan 80% dari output dunia diproduksi oleh 16 negara. Produksi diproyeksikan
meningkat 85% pada tahun 2020 dan hal ini akan semakin meningkat seiring
peningkatan pendapatan perkapita. Selama setengah abad terakhir, pertumbuhan
yang besar diiringi dengan pertumbuhan volume penggunaan bahan petrokimia dan
menyesuaikan kebutuhan industri farmasi. Keseluruhan produksi telah bergeser
dari komoditas utama bahan kimia untuk rumah tangga dan bahan kimia khusus.
Beberapa masalah seperti ketersediaan bahan baku petrokimia, masalah
lingkungan, pelepasan bahan beracun, penipisan bahan tak terbarukan, masalah
kesehatan jangka pendek dan jangka panjang akibat paparan bahan kimia dari
masyarakat untuk bahan kimia, pelarut, dan masalah keamanan adalah hal yang
perlu menjadi bahan pertimbangan di antara keuntungan-keuntungan tersebut di
atas.
Pembahasan
Green chemistry merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk
mencegah terjadinya polusi karena dapat digunakan secara langsung oleh para
ilmuwan dalam situasi sekarang. Konsep ini lebih memfokuskan pada cara pandang
seorang peneliti untuk menempatkan aspek lingkungan pada prioritas utama. Area
penelitian dalam bidang green chemistry ini meliputi pengembangan cara sintesis
yang lebih ramah lingkungan, penggunaan bahan baku yang terbarukan, merancang
bahan kimia yang green, serta penggunaan bioteknologi sebagai alternatif dalam
industri (Sharma, 2008).
Anastas dan Warner (1998) mengusulkan konsep“The Twelve Principles
of Green Chemx`istry” yang digunakan sebagai acuan oleh para peneliti untuk
melakukan penelitian yang ramah lingkungan. Berikut adalah ke-12 prinsip kimia
hijau yang diusulkan oleh Anastas dan Warner :
1.
Mencegah timbulnya limbah dalam proses
Lebih
baik mencegah daripada menanggulangi atau membersihkan limbah yang timbul
setelah proses sintesis, karena biaya untuk menanggulangi limbah sangat besar.
2.
Mendesain produk bahan kimia yang aman
Pengetahuan
mengenai struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk mengkarakterisasi
toksisitas dari suatu molekul serta mampu mendesain bahan kimia yang aman.
Target utamanya adalah mencari nilai optimum agar produk bahan kimia memiliki
kemampuan dan fungsi yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas rendah).
Caranya adalah dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai
bioavailability.
3.
Mendesain proses sintesis yang aman
Metode
sintesis yang digunakan harus didesain dengan menggunakan dan menghasilkan
bahan kimia yang tidak beracun terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu meminimalkan paparan atau meminimalkan
bahaya terhadap orang yang menggunakan bahan kimia tersebut.
4.
Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan
Penggunaan
bahan baku yang dapat diperbarui lebih disarankan daripada menggunakan bahan
baku yang tak terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi. Bahan baku terbarukan
biasanya berasal dari produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku
tak terbarukan berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam,
batu bara, dan bahan tambang lainnya.
5.
Menggunakan katalis
Penggunaan
katalis memberikan selektifitas yang lebih baik, rendemen hasil yang meningkat,
serta mampu mengurangi produk samping.Peran katalis sangat penting karena diperlukan
untuk mengkonversi menjadi produk yang diinginkan.Dari sisi green chemistry
penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu mengurangi
penggunaan reagen, dan mampu meminimalkan penggunaan energi dalam suatu reaksi.
6.
Menghindari derivatisasi dan modifikasi sementara
dalam reaksi kimia
Derivatisasi
yang tidak diperlukan seperti penggunaan gugus pelindung, proteksi/deproteksi,
dan modifikasi sementara pada proses fisika ataupun kimia harus diminimalkan
atau sebisa mungkin dihindari karena pada setiap tahapan derivatisasi
memerlukan tambahan reagen yang nantinya memperbanyak limbah.
7.
Memaksimalkan atom ekonomi
Metode
sintesis yang digunakan harus didesain untuk meningkatkan proporsi produk yang
diinginkan dibandingkan dengan bahan dasar.Konsep atom ekonomi ini mengevaluasi
sistem terdahulu yang hanya melihat rendemen hasil sebagai parameter untuk
menentukan suatu reaksi efektif dan efisiens tanpa melihat seberapa besar
limbah yang dihasilkan dari reaksi tersebut.Atom ekonomi disini digunakan untuk
menilai proporsi produk yang dihasilkan dibandingkan dengan reaktan yang
digunakan.Jika semua reaktan dapat dikonversi sepenuhnya menjadi produk, dapat
dikatakan bahwa reaksi tersebut memiliki nilai atom ekonomi 100%. Berikut
adalah persamaan untuk menghitung nilai atom ekonomi :
Atom
ekonomi (%) = x100%
8.
Menggunakan pelarut yang aman
Penggunaan
bahan kimia seperti pelarut, ekstraktan, atau bahan kimia tambahan yang lain
harus dihindari penggunaannya. Apabila terpaksa harus digunakan, maka harus
seminimal mungkin. Penggunaan pelarut memang sangat penting dalam proses
sintesis, misalkan pada proses reaksi, rekristalisasi, sebagai fasa gerak pada
kromatografi, dan lain-lain. Penggunaan yang berlebih akan mengakibatkan polusi
yang akan mencemari lingkungan. Alternatif lain adalah dengan menggunakan
beberapa tipe pelarut yang lebih ramah lingkungan seperti ionic liquids,
flourous phase chemistry, supercritical carbon dioxide, dan“biosolvents”.Selain
itu ada beberapa metode sintesis baru yang lebih aman seperti reaksi tanpa
menggunakan pelarut ataupun reaksi dalam media air.
9.
Meningkatkan efisiensi energi dalam reaksi
Energi
yang digunakan dalam suatu proses kimia harus mempertimbangkan efek terhadap
lingkungan dan aspek ekonomi. Jika dimungkinkan reaksi kimia dilakukan dalam
suhu ruang dan menggunakan tekanan.Penggunaan energi alternatif dan efisien
dalam sintesis dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode baru
diantaranya adalah dengan menggunakan radiasai gelombang mikro (microwave),
ultrasonik dan fotokimia.
10. Mendesain
bahan kimia yang mudah terdegradasi
Bahan
kimia harus didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, oleh karena itu
suatu bahan kimia harus mudah terdegradasi dan tidak terakumulasi di
lingkungan.Seperti sintesis biodegradable plastik, bioderadable polimer, serta
bahan kimia lainya.
11. Penggunaan
metode analisis secara langsung untuk mengurangi polusi
Metode
analisis yang dilakukan secara real-time dapat mengurangi pembentukan produk
samping yang tidak diinginkan.Ruang lingkup ini berfokus pada pengembangan
metode dan teknologi analisis yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dalam prosesnya.
Bahan kimia yang digunakan dalam reaksi kimia harus dipilih sedemikian rupa sehingga potensi kecelakaan yang dapat mengakibatkan masuknya bahan kimia ke lingkungan, ledakan dan api dapat dihindari.
Aplikasi
penerapan ke-12 prinsip kimia hijau ini masih belum sepenuhnya dilakukan para
kimiawan khususnya yang bergerak pada bidang sintesis dalam hal desain reaksi
dan metode yang digunakan untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya
pencemaran lingkungan. Marilah kita mulai penelitian yang lebih berwawasan
lingkungan dengan mempertimbangkan aspek green chemistry, agar generasi
mendatang dapat hidup lebih baik.
Daftar Pustaka
Anastas, P.,dan
Warner, J.C., 1998, Green Chemistry, Theory and Practice, Oxford University
Press, Oxford.
Sharma, S.K.,
Chaudhary,A., dan Singh, R.V., 2008, Gray Chemistry Versus Green Chemistry:
Challenges and Opportunities, Rasayan J.Chem., 1, 1, 68-92.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.