Jakarta, 04 Agustus 2018
Muhammad Arifin
41617110062
Mahasiswa Teknik Industri
Universitas Mercu Buana Jakarta
Kimia dan Perkembangannya
1.1 Apakah Kimia itu ?
Kimia merupakan ilmu yang mempelajari komposisi dan sifat materi serta berbagai perubahan yang dialaminya.
1.2 Perkembangan Ilmu Kimia
Perkembangan kimia tidak terlepas dari kemunculan alkimia yang diduga pertama kali muncul di Mesir yang selanjutnya berkembang di Yunani, Romawi, India, dan Tiongkok. Alkimia pun berkembang dalam peradaban awal agama Islam dengan tokoh-tokoh yang terkenal seperti Ibnu Sina dan Ibnu Hayan. Sedangkan di Eropa alkimia berkembang pada zaman pertengahan sampai renaisains (masa kegelapan).
Meskipun sangat kental dipengaruhi oleh filsafat Yunani Kuno. Filsuf Yunani Kuno sebagai Plate dan Plato berupaya menjelaskan gejala alamiah dengan landasan meskipun belum disertai kajian teoritis dan empiris. Sebagai contoh modern memiliki cikal bakal teori atom kuno yang dikembangkan Aristotle yang dikenal sebagai teori 4, yaitu air, tanah, udara, dan api. Dalam perkembangannya teori Aristotle telah memberika inspirasi kepada kimiaan Inggris yang bernama John Dalton yang memunculkan teori Atom Dalton, yang hipotesis dan praktiknya dipraktikan oleh seorang kimiawan Prancis Jean Baptisp Parrin.
1.3 Kimia Terkini
Sekarang ini kimia sudah menjadi sains yang mapan dan menjadi fokus pembelajaran, percobaan dengan puluhan juta orang diberbagai negara baik yang ada disekolah lanjutan tingkat atas, perguruan tinggi, lembaga penelitian, serta riset dan pengembangan perusahaan tertentu.
Beberapa cabang perkembangan kimia, yaitu :
a. Kimia analisis, berkaiatan erat dengan analisisis zat, mempelajari pemisahan dan identifikasi senyawa kimia, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan metide eksperimen.
b. Biokimia, mempelajarai tentang peranan berbagaimolekul dalamreaksikimia dan proses yang berlangsung dalam makluk hidup (seperti pencernaan, metabolisme, reproduksi, pernafasan,dsb).
c. Bioteknologi, mempelajari pemanfaatan maklukhidup seperti bakteri, fungi, virus dan sebagainya, maupun produk dari makluk hidup tersebut (enzim) dalam proses prosuksi untuk menghasilkan produk tertentu.
d. Kimia anorganik, mempelajari senyawa anorganik (semua senyawa kimia kecuali senyawa organik, yaitu senyawa yang mengandung karbon dan ikatan C-H).
e. Kimia organik, merupakancabang kimia yang lebih fokus pada kajian mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintetis senyawa organik.
1.4 Kimia dan Industri
Korelasi antara kimia dan industri sangat erat, perkembangan ilmu dan teknologi kimia secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan teknologi industri. Aplikasi ilmu kimia dalam bidang industri semakin meluas baik untuk industri kimia dasar, pengolahan minyak kimia semakin meluas baik untuk industri dasar, pengolahan logam, oleokimia, agrokimia, makanan dan minuman, bahan penawar dan pencelup, bahan peledak, bubur kertas, semen dan kramik, karet dan plastik, alat rumah tangga, pembersih dan toiletries.
Industri merupakan suatu kelompok usaha proses yang mengubah bahan baku menjadi produk yang berguna atau mempunyai nilai tambah, serta produk tersebut.
Dampak Plastik (Styrofoam) Terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat dengan mudah kita temui di hampir setiap barang, penggunaan plastik yang tidak sesuai persyaratan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan karena dapat mengakibatkan pemicu kanker dan kerusakan jaringan pada tubuh manusia (karsinogenik). Plastik juga berdampak negatif pada lingkungan yaitu sulit untuk didegradasikan (diuraikan) oleh mikro organisme.
Salah satu jenis utama bahan plastik adalah PS-Polystyrene yang biasanya dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam. Bahan dasar styrofoam memiliki sifat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah tetapi cepat dengan mudah rapuh. Karena kelemahannya tersebut, polisterin dicampur dengan seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polisterin kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticizer seperti dioktil ptalat (DOP), butil hidroksi toluena atau n butyl stearat. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas klorofluorokarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti yang sering dipergunakan saat ini.
ISI
Pemakaian styrofoam sebagai kemasan makanan karena bahan ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, namun kelebihannya lebih seikit dibanding kekurangannya. Salah satu kelebihannya mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang.
Namun dilihat dari kelebihannya tersebut lebih mencengangkan jika kita mengkaji kelemahannya, menurut hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada bulan Juli 2001 mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC) suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. diketahui bahwa polystyrene bahan dasar styrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen.
Semakin lama waktu pengemasan dengan styrofoam dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak atau minyak. Toksisitas yang ditimbulkan memang tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul akibatnya. Sementara itu dampak lingkungan CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang bisa menimbulkan kanker.
Bahaya penggunaan kemasan plastik untuk makanan tidak hanya berasal dari komponen plastik itu saja, tapi juga dapat diakibatkan oleh rekasi antara komponen dalam plastik. Sebagai contoh timbulnya senyawa nitrosamine yang bersifat karsinogen. Salah satu cara untuk meminimalkan bahaya plastik dengan cara meminimalkan penggunaannya yaitu menggunakan rantang atau mangkuk atau wadah lain yang bukan dari plastik (styrofoam).
KESIMPULAN
Pemakaian kemasan plastik untuk makanan mempunyai aspek positif maupun negatif. Aspek negatif penggunaan kemasan plastik untuk makanan/minuman dengan temperatur tinggi akan menyebabkan migrasi monomer-monomer bahan dasar plastik bercampur dengan bahan makanan, sehingga tanpa sadar kita mengkonsumsi zat-zat yang bermigrasi tersebut. Polystyrene merupakan monomer-monomer yang berbahaya karena cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Karuniastuti, Nurhenu. 2003. Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Jakarta : Forum Teknologi.
Mintorogo, dkk. 2013. Efektifitas Styrofoam Sebagai Isolator Panas Pada Atap Miring di Surabaya. Surabaya : Penelitian Universitas Kristen Petra Surabaya.
Pertiwi, Kartika Ratna. 2009. Bahaya Penggunaan Plastik Sebagai Pengemas Makanan dan Minuman Terhadap Kesehatan. Yogyakarta : Jurdik Biologi FMIPA UNY.
Sulchan dan Nur. 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Semarang : Artikel Mahasiswa UNDIP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.