Oleh : @F07_agung
Abstrak
“Teknologi” lebih
bermakna sebagai penerapan pengetahuan untuk tujuan praktis. Sedangkan
“teknologi hijau” adalah teknik untuk menghasilkan energi dan/atau produk yang
tidak mencemari atau meracuni lingkungan hidup. Teknologi hijau masih terus
dikembangkan hingga saat ini.
Untuk masa datang, “teknologi hijau” merupakan
suatu bidang yang akan melahirkan banyak inovasi dan perubahan dalam kehidupan
sehari-hari. Boleh dikatakan perkembangan teknologi hijau ini dapat
disejajarkan dengan ledakan “teknologi informasi” selama dua dekade terakhir
ini.Teknologi hijau merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian atau keberlanjutan kehidupan di planet bumi ini. Kelestarian atau keberlanjutan (sustainabilitas) yang dapat diartikan sebagai perihal pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa depan tanpa merusak sumber daya alam, atau pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Beberapa teknik untuk pencapaian sustainabilitas tersebut,
yang telah banyak dikenal, antara lain :
- Produk Daur Ulang yaitu penciptaan (siklus) produk-produk manufaktur yang sepenuhnya dapat direklamasi atau digunakan kembali.
- Inovasi teknologi hijau merupakan pengembangan teknologi alternatif baik berupa bahan bakar fosil atau bahan kimia hasil dari budidaya tanaman – yang telah terbukti tidak merusak kesehatan dan lingkungan hidup
- Produk Daur Ulang yaitu penciptaan (siklus) produk-produk manufaktur yang sepenuhnya dapat direklamasi atau digunakan kembali.
- Inovasi teknologi hijau merupakan pengembangan teknologi alternatif baik berupa bahan bakar fosil atau bahan kimia hasil dari budidaya tanaman – yang telah terbukti tidak merusak kesehatan dan lingkungan hidup
Bidang-bidang Teknologi Hijau
Studi tentang teknologi hijau yang masih terus dikembangkan dan merupakan kecenderungan teknologi di masa datang, antara lain mencakup bidang-bidang, a.l: Energi terbarukan (renewable energy); Bangunan hijau/ramah lingkungan (green building); Kimia hijau (green chemistry) dan Teknologi Nano Hijau (green nanotechnology).
Renewable Energy
Mengingat keterbatasan sumber energi berbahan baku fosil (minyak, gas dan batubara), maka energi menjadi masalah yang paling mendesak dalam bidang teknologi hijau, termasuk didalamnya pengembangan bahan bakar alternatif atau energi terbarukan yang efisien.
Green Building
Bangunan hijau (green building) juga mendapat perhatian penting di bidang teknologi hijau, segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan rumah atau infrastruktur yang ramah lingkungan. Penerapannya mulai sejak pemilihan bahan bangunan hingga lokasi tempat bangunan akan didirikan diharapkan telah mempertimbangan kelestarian lingkungan hidup.
Studi tentang teknologi hijau yang masih terus dikembangkan dan merupakan kecenderungan teknologi di masa datang, antara lain mencakup bidang-bidang, a.l: Energi terbarukan (renewable energy); Bangunan hijau/ramah lingkungan (green building); Kimia hijau (green chemistry) dan Teknologi Nano Hijau (green nanotechnology).
Renewable Energy
Mengingat keterbatasan sumber energi berbahan baku fosil (minyak, gas dan batubara), maka energi menjadi masalah yang paling mendesak dalam bidang teknologi hijau, termasuk didalamnya pengembangan bahan bakar alternatif atau energi terbarukan yang efisien.
Green Building
Bangunan hijau (green building) juga mendapat perhatian penting di bidang teknologi hijau, segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan rumah atau infrastruktur yang ramah lingkungan. Penerapannya mulai sejak pemilihan bahan bangunan hingga lokasi tempat bangunan akan didirikan diharapkan telah mempertimbangan kelestarian lingkungan hidup.
Green Chemistry
Hampir seluruh produk untuk keperluan sehari-hari adalah produk kimiawi. Oleh karena itu kimia hijau (green chemistry) mulai mendapat perhatian berbagai negara maju dalam hal penemuan, rancangan dan aplikasi produknya termasuk proses yang dijaga dari penggunaan bahan beracun atau zat yang berbahaya bagi kehidupan.
Green Nanotechnology
Yang paling terkini adalah studi tentang Green nanotechnology (teknologi nano hijau) yang melibatkan manipulasi bahan pada skala nanometer (satu miliar meter). Beberapa ilmuwan percaya bahwa penguasaan subjek ini di masa datang akan mengubah cara bagaimana segala sesuatu di dunia ini dibuat. “Green nanoteknologi” adalah penerapan kimia hijau tingkat lanjut dengan prinsip-prinsip rekayasa teknologi yang ramah lingkungan.
Bagaimana dengan kita ? Barangkali teknologi hijau belum menjadi prioritas di Indonesia, karena masih banyak bidang, terutama yang menyangkut kesejahteraan warga negaranya yang perlu mendapat perhatian.
Hampir seluruh produk untuk keperluan sehari-hari adalah produk kimiawi. Oleh karena itu kimia hijau (green chemistry) mulai mendapat perhatian berbagai negara maju dalam hal penemuan, rancangan dan aplikasi produknya termasuk proses yang dijaga dari penggunaan bahan beracun atau zat yang berbahaya bagi kehidupan.
Green Nanotechnology
Yang paling terkini adalah studi tentang Green nanotechnology (teknologi nano hijau) yang melibatkan manipulasi bahan pada skala nanometer (satu miliar meter). Beberapa ilmuwan percaya bahwa penguasaan subjek ini di masa datang akan mengubah cara bagaimana segala sesuatu di dunia ini dibuat. “Green nanoteknologi” adalah penerapan kimia hijau tingkat lanjut dengan prinsip-prinsip rekayasa teknologi yang ramah lingkungan.
Bagaimana dengan kita ? Barangkali teknologi hijau belum menjadi prioritas di Indonesia, karena masih banyak bidang, terutama yang menyangkut kesejahteraan warga negaranya yang perlu mendapat perhatian.
A.Pemanasan Global dan Krisis Energi
Berdasar
laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Indonesia menduduki
peringkat ke-14 penghasil CO2 di dunia, dengan sumbangan emisi 378 juta metrik
ton gas. CO2 adalah salah satu unsur penyumbang terjadinya pemanasan global. Di
Indonesia saat ini disinyalir terjadi pemanasan global yang mencapai 6,3-6,5
oC.Hal ini tidaklah mengherankan karena luas hutan di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin menyusut. Menurut WWF, tahun 1960-an luas hutan Indonesia masih
82 persen dari seluruh wilayah negara sedangkan kini luas hutan diduga tinggal
49 persen. Bagi tumbuhan, karbondioksida adalah zat yang digunakan dalam proses
fotosintesis. Inilah alasan pentingnya keberadaan hutan dan ruang hijau di
perkotaan untuk mengurangi jumlah karbondioksida.
Menurut perhitungan simulasi, efek dari
rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan
peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan pemanasan global akan
meningkat antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi
gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan
dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan
bumi menjadi meningkat. Kenaikan suhu permukaan bumi sebesar satu derajat
celcius akan menaikkan permukaan laut setinggi 15 centimeter yang akan
menenggelamkan kawasan pesisir. Jika hal ini terjadi terus maka, kita bisa
membayangkan bahwa pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir
harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan
tenggelam akibat naiknya air laut.
Pemanasan
global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di seluruh
permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer yang
disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek Rumah Kaca ialah fenomena menghangatnya
bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi dipantulkan kembali ke
angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari gas-gas CO2 (karbon
dioksida), CH4 (metana), PFCS (perfluorokarbon), HFCS (hidrofluorokarbon),
sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) nitrogen dioksida (NO2) dan SF6
(sulfurheksafluorida). Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh
kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik
lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk
mengabsorbsinya.
Disebut efek
rumah kaca, karena efeknya seperti rumah kaca, yaitu menyerap dan menahan panas
di dalamnya sehingga suhu di sekitarnya menjadi panas. Energi yang masuk ke
bumi 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan
45% diadsorpsi permukaan bumi, dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
- Keberlanjutan, dimana dengan diterapkannya
jenis teknologi ini maka tidak akan mengancam
kelestarian lingkungan hidup di masa mendatang.
- Desain
daur ulang, di mana produk
yang dihasilkan harus dapat di daur ulang untuk menghasilkan produk
sejenis.
- Konservasi
sumber daya, dimana
mengurangi limbah dan polusi dengan mengubah pola produksi dan konsumsi.
- Inovasi, dimana mengembangkan alternatif
untuk teknologi - apakah fosil bahan bakar atau bahan kimia pertanian
intensif - yang telah terbukti merusak kesehatan dan lingkungan.
- Viabilitas yaitu menciptakan pusat kegiatan
ekonomi di sekitar teknologi dan produk yang bermanfaat bagi
lingkungan, mempercepat pelaksanaannya dan menciptakan karier baru yang benar-benar
melindungi planet bumi.
Daftar Pustaka
kaskus.us/showthread.php?t=6588049
Menurut
Hidayat dan Kholi dalam buku Kimia Industri Dan Teknologi Hijau (2017),
Jakarta, Pantona Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.