.

Sabtu, 10 Februari 2018

DAMPAK ASAP INDUSTRI YANG TERCEMAR DI UDARA

Oleh : Muhamad Irfan (@G20-Muhamad)


Abstrak : Laporan penderita Tuberkolosis (TB) didunia tahun 2006 yang dibuat oleh World Health Organization (WHO) menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun (18,7%). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi. Dari data South East Asia Medical Center (SEAMIC) Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, padahal pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati. Tingginya resiko kematian penderita penyakit paru-paru (18,7%) menunjukkan bahwa jenis penyakit ini perlu diperhatikan secara serius. Hal ini terkait dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan paru-paru. Apalagi saat ini polusi udara semakin meningkat yang disebabkan asap dari para perokok aktif, asap industri pabrik, asap kendaraan bermotor dan berbagai polusi lainnya. Udara yang tercemar bila dihirup dapat menyebabkan kondisi kesehatan paru-paru terganggu, salah satunya batuk
.

Kata Kunci : Kanker dan Paru-paru

Isi : Menurut Hidayat Atep Afia dan Kholil Muhamad (2017) Pencemaran lingkungan oleh industri kimia atau industri lainnya terjadi di semua sentra industri, kawasan industri atau kota industri. Dampaknya yang terpenting ialah menurunkan kualitas hidup manusia di sekitarnya, bahkan dapat menimbulkan penyakit kronis. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas California dan Universitas Michigan di wilayah Alberta, Kanada yang menunjukkan bahawa makin tinggi tingkat kontaminasi akibat polusi udara, maka menyebabkan makin tinggi pula jumlah penderita kanker. Sebagai catatan di wilayah Alberta terdapat lebih dari 40 industri yang menebaremisi berbagai zat polutan ( ENN, 2013 ).
Tingginya resiko kematian penderita penyakit paru-paru (18,7%) menunjukkan bahwa jenis penyakit ini perlu diperhatikan secara serius. Hal ini terkait dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan paru-paru. Apalagi saat ini polusi udara semakin meningkat yang disebabkan asap dari para perokok aktif, asap industri pabrik, asap kendaraan bermotor dan berbagai polusi lainnya. Udara yang tercemar bila dihirup dapat menyebabkan kondisi kesehatan paru-paru terganggu, salah satunya batuk.

Paru dan Penyakit Paru-paru
Paru (paru-paru) adalah salah satu alat tubuh yang vital untuk kehidupan manusia. Tanpa paru, seseorang tidak akan mungkin hidup di muka bumi ini. Fungsi utama paru adalah sebagai alat pernapasan. Pada waktu menarik napas, kita akan memasukkan oksigen (O2 = zat asam) ke dalam paru kita, dan pada waktu mengeluarkan napas kita akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2 = zat asam arang) dari paru. Tingkat polusi udara yang semakin tinggi memicu timbulnya berbagai macam penyakit paru. Asap industri pabrik dan berbagai asap lainnya, apabila banyak terhirup oleh manusia dapat mengganggu fungsi paru dan menyebabkan munculnya penyakit paru seperti Tuberkolosis. Kebiasaan merokok juga dapat memicu timbulnya penyakit kanker paru. Para buruh pabrik yang bekerja bertahun-tahun di pabrik yang mengandung zat karsinogenik (zat yang dapat memicu kanker) juga rawan terjangkit penyakit paru. Berikut ini akan dibahas beberapa penyakit paru yang paling sering muncul diantaranya tuberkolosis (TBC), radang paru-paru, asma, kanker paru dan penyakit paru obstruktif kronik.
a.      
Tuberkolosis (TBC) Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis.
b.  
    Radang Paru-paru (Pneumoni) Radang paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paruparu di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang Jurnal Teknologi Informasi Vol 2. No. 2 *) Dosen STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang 97 paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani.

c.       Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.
d.   
   Kanker Paru pada dasarnya adalah tumor ganas dari epitel bronkus. Proses keganasan pada epitel bronkus ini akan didahului oleh apa yang disebut masa prakanker. Perubahan pertama yang Jurnal Teknologi Informasi Vol 2. No. 2 *) Dosen STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang 98 terjadi pada masa prakanker ini disebut sebagai metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia. Metaplasia skuamosa ini dapat timbul akibat berbagai macam pengaruh dari luar tubuh, seperti penghisapan gas-gas dan asap seperti yang terdapat di asap rokok dan beberapa zat kimia hasil industri.

e.      Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. • Bronkitis kronik, kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun.
• Emfisema, suatu kelainan ana
tomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.

Faktor Resiko :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang.

Daftar Pustaka :
-          Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017.  Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta : Pantona Media
-          Yunus, Mahmud dan Setyowibowo, Sigit. Jurnal Teknologi Informasi Vol 2. No. 2  http://ejurnal.stimata.ac.id/index.php/TI/article/view/130/170
-          Yulita, Eli 2012. Jurnal Riset Industri Vol.VI No.1Hal.13-22 http://ejournal.kemenperin.go.id/jri/article/view/3291/pdf_45
-          Jamilatun, Siti dan Setyawan, Martomo  http://journal.uad.ac.id/index.php/Spektrum/article/viewFile/1651/1149

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.