Abstrak :
Pencemaran di laut salah satunya disebabkan oleh logam berat. Logam
berat merupakan bahan anorganik yang bersifat toksik dan dapat terakumulasi
dalam tubuh biota air. Logam berat dibutuhkan oleh organisme laut untuk proses
perkembangannya, namun akan begitu berbahaya jika konsentrasinya terlalu tinggi. Logam berat
yang ada di air laut sebagian terakumulasi dalam organisme tertentu. Oleh karena itu,
organisme tertentu dapat dijadikan indikator bio di Indonesia studi polusi
Kerang (bivalve moluska) adalah indikator bio terbaik untuk mempelajari logam
berat polusi di lingkungan laut.
Menurut Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017), Pencemaran
air terjadi setiap saat, ada yang
kasat mata karena perubahan warna air sesuai
dengan polutan dominan yang masuk, ada yang teridentifikasi oleh indra
penciuman karena bau yang menyengat, namun ada pula yang tidak tampak dan tidak
berbau. Berita pencemaran air sering muncul di televise, misalnya liputan
mengenai tumpahan minyak di perairan laut tertentu. Namun pencemaran badan
sungai yang dilakukan penduduk di sepanjnag DAS sudah tidak diberitakan lagi,
karena frekuensi kasusnya terlalu banyak dan sebarannya terlalu luas.
Di negara maju sekalipun di mana ada metode dan teknologi
pemurnian telaj diterapkan dengan baik, ternyata masih banyak orang yang
mengalami gangguan kesehatan akibat pencemaran air, Pertumbuhan alga yang tidak
terkendali di perairan misalnya, menyebabkan toksik yang berpengaruh pada
munculnya berbagai penyakit pencernaan dan kulit, Kadar nitrogennyang berlebih
dalam air minum juga menimbulkan risiko serius bagi bayi, Berdasarkan
pengamatan EPA tahun 2010, ternyata hampir 20 persen dari danai di Amerika
Serikat memiliki kadar nitrogen dan fosfor yang berlebih, hal itu karena
pencemaran nutrisi (Woodfor, 2015)
Diungkapkan oleh Warlina, Lina. (2004), bahwa dari hari ke
hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai pencemaran air.
Pencemaran air ini terjadi dimana-mana. Di Teluk Jakarta terjadi pencemaran
yang sangat merugikan bagi petambak. Tidak saja udang dan bandeng yang mati,
tapi kerang hijaupun turut mati pula, beberapa jenis spesies ikan telah hilang.
Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta tersebut telah sangat
parah. Indikasinya populasi kerang hijau berkembang lebih cepat dan semakin
banyak, padahal hewan ini merupakan indicator pecemar. Kadar logam antara lain
seng, tembaga dan timbal telah mencapai ambang batas normal. Kondisi ini sangat
berbahaya, karena logam berat dapat diserap oleh manusia atau hewan yang
memakannya dan akan terjadi akumulasi (Republika, 17/02/03). Di Waduk Saguling
juga terjadi pencemaran logam berat (merkuri) dan kadar H2SO4 yang tinggi,
sehingga pencemaran ini sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat sekitar, ribuan
petani ikan mas jaring terapung di kawasan ini terancam gulung tikar karena
produksi ikan turun terus.
Isi :
Seperti unsur-unsur kimia lainnya, unsurunsur logam berat
juga dibutuhkan oleh organisme hidup dalam berbagai proses metabolisme untuk
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuhnya. Sebagai contoh, kobal (Co)
dibutuhkan untuk pembentukan vitamin BB 12, besi (Fe) dibutuhkan untuk
pembuatan haemoglobin, sedangkan seng (Zn) berfungsi dalam enzim-enzim
dehidrogenase. Tetapi unsur logam berat dalam jumlah yang berlebihan akan
bersifat racun (WHITTON & SAI 1981, dan PHILLIPS 1980). Toksisitas (daya
racun) logam berat tergantung pada jenis, kadar, efek sinergis-antagonis dan
bentuk fisika-kimianya. Basil penelitian AHSANULLAH dan ARNOTT (1978)
menunjukkan bahwa burayak kepiting, Paragrapsus quadridentatus sembilan kali
lebih sensitif terhadap Zn daripada kadmium (Cd). Semakin besar kadar logam
berat, daya toksisitasnya semakin besar pula. Sebagai contoh, 50% kerang biru,
Mynlus edulis yang dipelihara dalam air yang mengandung Pb 0,5 ppm mati dalam
waktu 150 hari. Sedangkan dalam air yang mengandung Pb=5 ppm, 50% kerang biru
tersebut mati dalam waktu 105 hari. Adanya efek sinergis dari beberapa logam,
juga akan memperbesar toksisitas logam berat. Misalnya, perak (Ag) bila berkombinasi
dengan Cu akan menghasilkan toksisitas yang 10 kali lebih toksik dari raksa
(Hg) (BERNHARD 1978). Tembaga (Cu) dalam bentuk ion lebih toksik daripada
bentuk organik (HART & DAVIS 1978), Arsen (As) dalam bentuk anorganik lebih
toksik daripada bentuk organik, sedangkan Hg dan Pb lebih toksik dalam bentuk
organik. (Hotagalung, Horas P. 1984)
Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya
yaitu logam berat tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh organisme hidup
di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar
perairan membentuk senyawa komplek bersama bahan organic dan anorganik secara
adsorbsi dan kombinasi Djuangsih, dkk. Biota air yang hidup dalam perairan
tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan
tubuhnya. Makin tinggi kandungan logam dalam perairan akan semakin tinggi pula
kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan tersebut. (Rochyatun,
Endang dan Abdul Rozak. 2007)
Menurut Endang dkk. (2007), Faktor lingkungan perairan
seperti pH, kesadahan, temperature dan salinitas juga mempengaruhi daya racun
logam berat. Penurunan pH air akan menyebabkan daya racun logam berat semakin
besar. Kesadahan yang tinggi dapat mempengaruhi daya racun logam berat, karena
logam berat dalam air yang berkesadahan tinggi akan membentuk senyawa kompleks
yang mengendap dalam dasar perairan. Beberapa tahun yang lalu di perairan Teluk
Jakarta sempat telah terjadi pencemaran logam berat yang menyebabkan kematian
ikan secara masal.
Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang
mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi
dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Beberapa logam berat yang berbahaya adalah, timbal (Pb), mercuri (Hg), arsen
(As), kadmium (Cd). Daya toksisitas logam ini dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu kadar logam yang termakan, lamanya konsumsi, umur, spesies, jenis
kelamin, kebiasaan makan-makanan tertu, kondifisik, dan kemampuan jaringan
tubuh untuk mengakumulasi logam ( Darmono, 1995)
Made Astawa (2009) sumber utama kontaminan logam berat
sesungguhnya berasal dari udara dan air yang mencemari tanah. Selanjutnya semua
tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah tercemar akan mengakumulasikan
logam-logam tersebut pada semua bagian (akar, batang, daun dan buah).Ternak
akan memanen logam-logam berat yang ada pada tanaman dan menumpuknya pada
dagingnya. Lalu manusia yang termasuk kelompok omnivore (pemakan segalanya),
akan tercemar logam tersebut dari empat unsur utama, yaitu udara yang dihirup
saat bernafas, air minum, tanaman (sayuaran dan buah- buahan), serta ternak
(berupa daging, telur, dan susu)
Daftar Pustaka :
- Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media
- Herlambang, Arie. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya
- Lina, Warlina. 2004. Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan Penanggulangannya
- Rochyatun, Endang dan Abdul Rozak. 2007. Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Teluk Jakara
- Tina, Agustina, 2014. Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan Dampaknya pada Kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.