BANGUNAN HIJAU BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN
Oleh: Yan Yan Apriyana (@G25-Yan)
Mahasiswa Teknik Industri, Universitas Mercubuana Jakarta
ABSTRAK
Dasar
pemikiran dari bangunan arsitektur ramah lingkungan adalah, konsep bangunan
ramah lingkungan atau green building didorong menjadi tren dunia, terutama bagi
pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini mempunyai
kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Dalam
pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah dengan penghematan air dan
energi serta penggunaan energi terbarukan.
Arsitektur
ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan
antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi
lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik
bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat
dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya.
Green
architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan tentang
ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi
pembangunan berkesinambungan.
Kata Kunci: Green Building, Bangunan Ramah Lingkungan, Bangunan Hijau
Green
architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang
berkelanjutan) adalah praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh
siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi,
pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Praktek ini memperluas dan melengkapi
desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan
kenyamanan. Tujuan umumnya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk
mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun pada kesehatan
manusia dan lingkungan alam oleh:
* Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lain
* Kesehatan penghuni Melindungi dan meningkatkan produktivitas karyawan
* Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
* Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lain
* Kesehatan penghuni Melindungi dan meningkatkan produktivitas karyawan
* Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
Bentuk arsitek
design bangunan yang baik dan ramah lingkungan adalah bangunan yang
memperhatikan lingkungan sekitarnya seperti membuat taman di lingkungan rumah dan
gedung selain itu kurangi jumlah penggunaan kaca pada rumah atau bangunan
gedung kantor. Untuk desain interior, menggunakan interior yang ramah
lingkungan dan mengurangi pengunaan listrik yang sangat berlebihan, selain itu
gunakan bahan bahan seperti kayu, dan kurangin penggunaan kaca dan lampu atau
interior lainnya yang menggandung bahan kaca. Sedangkan pada desain
eksteriornya, dengan menghindari penggunaan bahan bangunan yang berbahaya dan
diganti dengan yang ramah lingkungan, dengan memperbanyak taman hijau dan taman
yang memang di butuhkan untuk mengatur keseimbang lingkungan sekitar.
Desain bangunan
hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir,
kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap
bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang
memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang
hijau bertambah).
Pemilihan
material yang ramah lingkungan dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi
teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya
menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan
alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun
bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston. Sedangkan dari sisi
penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan lampu
hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan yang
praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu.
Konstruksi
design bangunan yang berkelanjutan dilakukan dengan penggunaan bahan-bahan
alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi emisi CO2 sehingga lebih
rendah daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi sebelumnya. Bahan baku
alternatif yang digunakan pun beragam. Bahan bangunan juga memengaruhi konsumsi
energi di setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan konsumsi energi antara
5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi yang dikonsumsi selama masa hidup
bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.