Oleh : @F10-Priyo, @ProyekD01
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk
menghasilkan sifat-sifat kimia pelet kayu dan menjadikannya energy terbarukan.
Untuk proses dasar pengolahan kayu sampai menjadi pelet kayu, Batang kayu di
potong-potong dan di serut sedemikian rupa sampai menjadi serbuk kayu. Serbuk
kayu dikeringkan hingga kadar air 12%, selanjutnya diayak menggunakan ayakan yg
mempunyai ukuran lubang. Serbuk ditimbang dan diaduk hingga merata. Masukan ke
dalam mesin cetak dan di press dengan suhu panas.
Kata Kunci : Limbah kayu, sifat kimia,
pelet kayu.
Isi :
Peralatan
yang digunakan antara lain alat cetak pelet kayu untuk mencetak pelet,
ayakan untuk mengayak serbuk kayu, neraca untuk menimbang bahan perekat dan
sebuk, oven untuk uji kadar air dan boom calori meter untuk uji kalori serta
alat pertukangan untuk pengolahan bahan baku.
Serbuk
kayu dikeringkan hingga kadar air mencapai 10% - 12%, serbuk kayu diayak dengan
ukuran lubang ayakan 15 mesh, 25 mesh dan 35 mesh. Serbuk ditimbang sebanyak 25
gr, dicampur dengan tepung kanji 4 gr dan ditambah air seperlunya campuran
diaduk hingga merata, masukan ke dalam alat cetak dan dipress dengan press
panas dengan suhu masing-masing 60 0C dan 110 0C selama 25 menit. Kemudian
pelet kayu didinginkan dan dikeluarkan dari alat cetak. Rancangan
percobaan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) pola
factorial yang menjadi faktor A (jenis kayu); B (kehalusan serbu) dan C (suatu pengempaan).
Parameter uji meliputi : kadar air, berat jenis, kadar abu dengan mengacu pada
standard ASTM D 1762 - 84 dan uji kalor dengan menggunakan ASTM D 2015.
Berdasarkan
hasil penelitian Effendi Arsad (2013) Hasil uji rata-rata ketiga jenis serbuk
kayu tersebut diketahui kadar air tertinggi kayu kembang dan kadar air terendah
pada kayu tarap. Kadar abu tertinggi terdapat pada kayu tarap dan terendah pada
kayu kembang, berat jenis tertinggi pada kayu tarap dan terendah pada kayu
akasia, sedangkan nilai kalor tertinggi terdapat pada kayu akasia dan terendah
pada kayu kembang Hal itu dimungkinkan kayu akasia memiliki kelas
kuat/kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan kayu tarap.
Kadar
air pelet kayu dari kayu kembang, kayu akasia dan kayu tarap dengan
ukuran partikel 15 mesh, 25 mesh dan 35 mesh dan suhu pemanasan 60oC dan 110oC
berkisar antara 9,98% - 4,38% dan nilai kalor nya berkisar antara 3920,13
kal/gr - 4254,91 kal/gr.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Hidayat,
Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau.Jakarta:
Pantona Media
2.
Hidayat,
Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Manajemen Lingkungan Dengan Berpikir
"Hijau". Jakarta: Penerbit WR
3.
Arsad
Effendi, (2014) SIFAT FISIK DAN KIMIA WOOD PELLET DARI LIMBAH INDUSTRI
PERKAYUAN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF. Kementrian Perindustrian Republik
Indonesia. Dalam http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=416148
diakses tanggal 27 Januari 2018
4.
Anonim, 2015. Pohon Industri.
Kementrian Perindustrian. http://www.ke-menperin.go.id/pohon-industri
5.
Anonim, 2004. Pemanfaatan Limbah Kayu
Bahan Ekspos dengan Menteri Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Hasil Hutan Badan Litbang Departemen Kehutanan Bogor.
6.
Anonim, 2010. Wood pellet sebagai
sumber energy dari limbah kayu. Siaran Pers No.S.108/PIK-1/2010.
7.
Arifuddin, 2010. Wood Pellet sumber energy
terbarukan dari limbah kayu. http://energy-arifuddin.blogspot.com/2010/05/woodpellet-sumberenergiterbarukan
8.
Martosudirjo, Mamat dan Sugiyatno,
1998. Potensi Limbah Pengolahan Kayu dan Biomassa Lainnya sebagai Sumber
Listrik di Indonesia. LIPI:Bandung
9.
Tampubolon, AP, 2008. Kajian kebijakan
energy biomassa kayu bakar study of fuelwood biomass energy policies. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan. 5 (1) : 29-37. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.