oleh Veri Ahmad Nurudin
Pertumbuhan
ekonomi dan bisnis di Indonesia berkembang dengan cukup pesat. Seiring dengan
pertumbuhan penduduk, jumlah permintaan kebutuhan juga mengalami peningkatan
yang cukup drastis. Seperti halnya permintaan akan kebutuhan plastik.
Palstik merupakan sebuah
bentukan dari rantai polimer (rantai atom) yang panjang mengikat satu sama
lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang. Pengembangan plastik
berasal dari penggunaan material alami seperti karet. Namun beberapa dekade
terakhir mengalami kemajuan dalam proses pembuatannya seperti hasil modifikasi
antara alami dan kimia buatan manusia seperti. epoxy, polyvinyl cloride,
polyethylene.
Plastik di mata masyarakat sudah
menjadi kebutuhan keseharian yang tidak dapat dengan begitu mudah digantikan ataupun
ditinggalkan, selain mudah ditemukan dimana saja serta material yang terkandung
didalamnya cukup ringan, memiliki elastisitas yang baik serta harga terjangkau.
Namun disisi lain, plastik menjadi barang yang dapat merusak ekosistem dan
kelangsungan makhluk hidup di muka bumi ini. Dari bahan dasar minyak bumi dapat
dijadikan produk olahan peralatan tumah tangga, pengemasan produk makanan /
minuman, serta elektronik. Sifat bahan yang tahan lama dan sulit diuraikan
secara alami menjadikan plastik kurang ramah terhadap lingkungan. Adapun dalam
penangangannya seperti daur ulang, memicu masalah baru dalam proses dan
efisiensi energi dalam proses pencucian, pembakaran, dan pembentukan kembali.
Sisa hasil residu dan limbah plastik merupakan limbah beracun dalam segala
aspek kehidupan ekosistem air dan darat. Dalam kasus ini memerlukan penanganan
khusus dalam proses pendar ulangannya maupun proses akhirnya.
Berdasarkan
data Jambeck (2015) Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah
plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Tiongkok, China
yang mencapai 262,9 juta ton. Dalam waktu satu tahun saja, produksi plastik
sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik berdasarkan pada data
dari Kantor Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 100 toko Anggota Pengusaha
Ritel Indonesia (APRINDO)
Pertumbuhan konsumsi plastik di
Indonesia makin meningkat 6 - 7 persen pertahun ( 17 persen perkapita
pertahun). Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Agus Haryono mengungkapkan bahwa
sampah plastik ini dapat berubah menjadi mikroplastik yang dapat terapung di
lautan dengan ukuran lebih kecil dari 1 mikron.
Pada tahun 2016 ada
sekitar 65 juta ton sampah per harinya diproduksi masyarakat Indonesia. Jumlah
ini naik 1 ton dibandingkan produksi 2015 sekitar 64 juta ton sampah perhari.
Ujar Tuti Hendrawati Mintarsih pada Rapat Koordinasi Nasional Pengelolaa sampah, limbah, dan bahan
berbahaya beracun (B3), Rabu (15/3) di Palembang.
Dalam penanganannya
juga memerlukan pertimbangan dan perhatian khusus tersendiri. Seperti halnya
paa pendau ulangan sampah anorganik. Efisiensi energi dalam pencucian,
penmabakaran dan pencetakan ulang juga akan berdampak pada lingkungan. Adapun pendau
ulanagan pun masih meninggalkan sisa residu dan limbah beracun yang perlu
ditangani kembali. Lain hal dengan dikelola dengan menjadikannya sumber energi
dari sampah. Dalam proses pembuatannya pun harus memperhitungkan masalah
enegeri yang digunakan dan dihasilkan, serta hasil daripada residu pembakaran
yang masih tanda tanya dan menjadi pembahasan tersendiri bagi para peneliti.
Adapun
penggunaan plastik bio degradable menjadi alternatif sementara yang paling baik
karena selain ramah lingkungan dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme tanah.
Untuk proses penguraiannya pun tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk
diuraikan.
Daftar Pustaka (website)
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia
wikipedia
http://lipi.go.id/lipimedia/konsumsi-plastik-indonesia-tertinggi-kedua-di-dunia/15173
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.