@E12-Guntur,
Disusun Oleh : Guntur Wahyu Prasetiyo
Merokok merupakan penyebab berbagai
kondisi patologik yang dapat menimbulkan penyakit dan bahkan kematian. Nikotin
dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan penyempitan pembuluh
darah termasuk pembuluh darah jaringan sekitar gigi geligi. Dari beberapa
penelitian pada perokok, dijumpai adanya pembentukan plak gigi dan menurunnya
ambang inflamasi gingiva. Terjadi keterkaitan antara perokok dengan early onset
periodontitis dan pada jangka panjang menyebabkan kerusakan periodontal yang
mengakibatkan tanggalnya gigi-geligi. Sebaliknya, dengan berhenti merokok
dijumpai pengaruh menguntungkan bagi kondisi jaringan periodontal yang pada
akhirnya memberikan keberhasilan terapi periodontal.
Menurut Pendapat Djauzi (2005)
pengaruh rokok terhadap kehamilan sangat serius. Rokok dapat mengurangi aliran
darah ke ari-ari (plasenta) sehingga beresiko menimbulkan gangguan pertumbuhan
janin. Rokok juga
dapat meningkatkan resiko keguguran, berat badan
bayi rendah dan gangguan saluran pada nafas bayi. Menurut Basyir (2005)
Perokok pasif yaitu orang-orang yang
tidak merokok, namun ikut menghirup
asap rokok secara tidak sengaja,
juga
akan menjadi korban bahaya rokok
Merokok
merupakan faktor resiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal maupun
sistemik. Tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia
yang paling berbahaya dalam asap rokok. Berbagai penelitian terdahulu
membuktikan adanya pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut.
Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
rokok terhadap gigi, jaringan periodontal, dan jaringan lunak rongga mulut,
serta proses terjadinya kelainan dalam rongga mulut akibat merokok. Efek lokal
merokok terhadap gigi dan rongga mulut antara lain menyebabkan terjadinya
radang gusi, penyakit periodontal, karies akar, alveolar bone loss, tooth loss,
serta berhubungan dengan munculnya lesi-lesi khas pada jaringan lunak rongga
mulut. Sebagai dokter gigi, kita hendaknya dapat mengambil peranan penting
dalam mengedukasi dan memotivasi masyarakat untuk menghindari rokok, dengan
memberikan gambaran tentang berbagai bahaya merokok, terutama yang berhubungan
dengan kelainan gigi dan rongga mulut.
Ada
beberapa faktor penyebab terjadinya anemia, salah satunya paparan asap rokok.
Tar dalam asap rokok dapat menyebabkan terjadinya anemia aplastik, sementara
radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Perokok pasif
merupakan orang yang terpapar asap rokok lebih dari 15 menit per hari selama 1
hari atau lebih per minggu, baik terpapar di rumah, lingkungan sekolah, maupun
tempat umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar
hemoglobin antara perokok pasif dengan bukan perokok pada siswi SMA kelas X dan
XI di Sukoharjo. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional
analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada Mei 2015
dengan subjek penelitian adalah siswi SMA kelas X dan X di Sukoharjo. Metode
purposive sampling digunakan untuk memilih sampel sebanyak 90 siswi. Data kadar
hemoglobin diukur menggunakan haemoglobin stick test dan data status paparan
asap rokok diperoleh dari kuesioner paparan asap rokok. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Hasil Penelitian: Hasil uji Mann
Whitney pada variabel kadar hemoglobin dan status paparan asap rokok
menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar hemoglobin yang bermakna antara
perokok pasif dengan bukan perokok pasif pada siswi kelas X dan XI SMA di
Sukoharjo (p = 0,941). Dengan demikian, hipotesis alternatif pada penelitian
ini ditolak. Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan kadar hemoglobin yang
bermakna antara perokok pasif dengan bukan perokok pada siswi kelas X dan XI
SMA di Sukoharjo (p = 0,941). Kata Kunci: kadar hemoglobin, perokok pasif,
bukan perokok Tuberkulosis (TB) dan rokok merupakan dua masalah yang berdampak
besar bagi kesehatan di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
insiden kasus TB tertinggi di dunia, dan merupakan negara konsumen rokok
terbesar ketiga di dunia. Kebiasaan merokok tidak hanya dikaitkan dengan masalah
kesehatan akibat penyakit tidak menular, tetapi juga dengan peningkatan risiko
kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, seperti tuberculosis. Dilakukan
beberapa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara
penderita tuberkolosis perokok dan bukan perokok berdasarkan basil tahan asam
(BTA) di RSUD Banyumas. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah analitik observational dengan pendekatan cross sectional. Teknik
sampling yang di gunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling
dan mendapatkan 86 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisioner
yang selanjutnya di analisis dengan uji chi square. Dari Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 85 penderita tuberculosis. Pada penderita tuberkulosis
perokok 43 orang dengan hasil pemeriksaan BTA positif sebanyak 29 orang dan 14
orang dengan hasil pemeriksaan BTA negatif pada penderita tuberkulosis bukan
perokok BTA positif 13 orang dan yang hasil pemeriksaan BTA negatif 30 orang.
Dari hasil penelitian diperoleh c2hitung sebesar 2,075 (p=0,155) dan setelah
dibandingkan dengan c2tabel (3,817) ternyata c2hitung lebih kecil dari c2tabel.
Daftar Pustaka :
Eddy Kasim, Januari 2001 http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.20_no.1_2.pdf
(Dikutip, 15 November 2017)
Nurlaila Ramadhan, Maret 2012 http://ejournal.uui.ac.id/jurnal/NURLAILA_RAMADHAN-hl1-4-nurlaila_ramadhan.pdf (Dikutip, 15 November 2017)
Andina, 2011 http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/39 (Dikutip, 15 November 2017)
Erdina, Maret 2017 https://eprints.uns.ac.id/32708/ (Dikutip,
15 November 2017)
Ageng dan Yunia, 2016 http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/medisains/article/view/1620
(Dikutip, 15 November 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.