.

Kamis, 01 Desember 2016

Pencemaran Teluk Kao di Maluku Utara




Teluk Kao terletak di Pulau Halmahera, sedangkan perairan Anggai terletak di Pulau Obi. Di daerah Kao tepatnya di Gosowong sejak tahun 1992 beroperasi kegiatan pertambangan mineral (emas). Kegiatan penambangan ini dilakukan oleh PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) yang merupakan perusahaan patungan antara Newcrest Singapore Holdings Pty. Ltd. (82,5%) dan Antam (17,5%).
Kontrak karya ini meliputi luasan sekitar 449.300 hektar, sedangkan di Anggai kegiatan hanya dilakukan oleh masyarakat. Untuk memisahkan emas dari butiran-butiran pasir digunakan merkuriatau raksa, yakni unsur kimia yang berbentuk cair dan bersifat toksis. Merkuri(Hg), adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang. Merkuri,baik logam maupun metil merkuri(CH3Hg+), biasanya masuk tubuh manusia lewat pencernaan. Bisa dari ikan, kerang, udang, maupun perairan yang terkontaminasi. Namun bila dalam bentuk logam, biasanya sebagian besar bisa diekresikan. Sisanya akan menumpuk di ginjal dan sistem saraf, yang suatu saat akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak. Merkuri dalam bentuk logam tidak begitu berbahaya, karena hanya 15% yang bisa terserap tubuh manusia. Tetapi begitu terpapar ke alam, dalam kondisi tertentu ia bisa bereaksi dengan metana yang berasal dari dekomposisi senyawa organik membentuk metil merkuri yang bersifat toksis. Dalam bentuk metil merkuri, sebagian besar akan berakumulasi di otak. Karena penyerapannya besar, dalam waktu singkat bisa menyebabkan berbagai gangguan. Mulai dari rusaknya keseimbangan tubuh, tidak bisa
berkonsentrasi, tuli, dan berbagai gangguan lain seperti yang terjadi pada kasus Minamata. Merkuri yang terhisap dapat lewat udara berdampak akut atau terakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, hingga rusaknya paru-paru.
Pada keracunan merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering
sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang lebih dapat berakibat pada degenerasi sel-sel saraf di otak kecil yang menguasai koordinasi saraf, gangguan pada luas pandang, degenerasi pada sarung selaput saraf dan bagian dari otak kecil.

Pencemaran pada Teluk kao

Tiga sungai di dekat lokasi tempat beroperasinya PT Nusa Halmahera Mineral (NHM) yang beroperasi di Ternate, Maluklu Utara diduga tercemar limbah tambang milik perusahaan itu. Tiga sungai itu adalah Sambiki, Bora dan Tambobo yang bermuara ke Teluk Kao. Penyebab pencemaran karena pipa limbah terlepas dan ini ketiga kalinya peristiwa itu terjadi.
Sejak penambangan emas yang dikelola PT Nusa Halmahera Mineral (NHM) beroperasi di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, pada 1998, banyak nelayan di pesisir Teluk Kao berhenti melaut. Ini dipicu pembuangan limbah pengolahan emas ke perairan setempat sehingga ketersediaan ikan berkurang. Warga menduga hilangnya ikan teri dan udang di Teluk Kao terkait aktivitas penambangan emas. Limbah dari penambangan itu dibuang ke Sungai Kobok dan Bora di Malifut. Kedua sungai tersebut mengalir ke Teluk Kao.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Maluku Utara Ismed Soelaiman mengatakan, hasil penelitian yang dilakukan Walhi, Februari 2010, air kedua sungai mengandung logam sianida di atas ambang batas yang diatur Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kondisi ini tak hanya merusak keanekaragaman hayati, tapi juga membahayakan kesehatan warga. Air sungai dipakai untuk mandi dan memasak.
Akibat Pencemaran
Akibat dugaan pencemaran, Forum Pemerhati Masyarakat Lingkar Tambang bahkan telah mengeluarkan rekomendasi larangan mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Kao ke seluruh warga Ternate, Maluku Utara. Pasalnya, ikan-ikan Teluk Kao diduga sudah terindikasi mengandung senyawa kimia berbahaya, sianida.
Kandungan Pencemaran Teluk Kao
·         Kandungan logam berat di perairan teluk kao Berdasarkan uji laboratorium terhadap air laut, kandungan merkuri pada semua lokasi pengamatan (dua lokasi di Tanjung Taolas dan dua lokasi di Tanjung Akesone) menunjukkan nilai yang sama, yaitu 0,0002 ppm. Kandungan sianida pada semua stasiun pengamatan juga memiliki nilai yang sama, yaitu 0,001 ppm. Kandungan Hg dari hasil penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian Edward (2008), yaitu 0,001 ppm. Hal ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel air ini dilakukan pada musim hujan. Kinghorn et al. (2007) menyatakan bahwa pada musim hujan, kandungan logam berat dalam air cenderung lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada musim kemarau kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkosentrasi.

·         Kandungan merkuri (Hg) dalam tubuh ikan. Hasil tangkapan dari Tanjung Taolas adalah kakap merah (Lutjanus saguineus), biji nangka (Upenus sulphureus), dan udang putih (Panaeus merguiensis), sedangkan di Tanjung Akasone tertangkap belanak (Valamugil speigleri), biji nangka (Upenus sulphureus), dan udang putih (Panaeus merguiensis). Logam berat yang larut di perairan kemungkinan besar akan menyebar ke beberapa organ tubuh ikan seperti bagian daging dan hati. Kandungan merkuri yang ditemukan pada organ hati pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daging ikan (Tabel 1). Hasil penelitian ini menunjukkan pola yang sama dengan penelitian Darmono (2008), yang melaporkan bahwa akumulasilogam berat pada organ hati ikan lebih banyak dibandingkan dengan ginjal, dan pada organ ginjal lebih banyak dibandingkan dengan daging.

Daftar Pustaka
Edward. 2008 . PENGAMATAN KADAR MERKU RI DI PERAIRAN TELUK KAO (HALMAHERA) DAN PERAIRANANGGAI (PULAU OBI) MALUKU UTARA. Jurnal Pendidikan, VOLUME 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 97-101
Wulandari, Sri Yulina. 2010. Kandungan Merkuri dan Sianida pada Ikan yang Tertangkap dari Teluk Kao, Halmahera Utara.Jurnal Pendidikan, vol. 15 (3) 126-134.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.