Oleh : Dhico Imtinan Setyowati dan Fakhrizal Kurniyanto
Teori
ikatan valensi merupakan teori mekanika
kuantum pertama yang muncul pada masa awal penelitian ikatan kimia yang
didasarkan pada percobaan W. Heitler dan F. London pada tahun 1927 mengenai
pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen.
Selanjutnya, teori ini kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1931 sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “On the Nature of the Chemical Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja Lewis dan teori ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan beberapa postulat dasarnya, sebagai berikut:
Selanjutnya, teori ini kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1931 sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “On the Nature of the Chemical Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja Lewis dan teori ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan beberapa postulat dasarnya, sebagai berikut:
- Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak berpasangan pada atom-atom
- Elektron - elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.
- Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi dengan elektron-elektron yang lain.
- Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan gelombang untuk setiap atomnya
- Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat pasangan ikatan-ikatan yang paling kuat.
- Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada orbital yang terkonsentrasi itu.
Keenam postulat dasar di atas
disimpulkan dari sejumlah penelitian terhadap pembentukkan ikatan pada molekul
hidrogen berdasarkan persamaan fungsi gelombang elektron pada masing-masing
orbital yang berikatan.
Hibridisasi
|
Geometris
|
Contoh
|
sp2
|
Trigonal planar
|
[HgI3]-
|
sp3
|
Tetrahedral
|
[Zn(NH3)4]2+
|
d2sp3
|
Oktahedral
|
[Fe(CN)6]3-
|
dsp2
|
Bujur sangkar/ segi empat planar
|
[Ni(CN)4]2-
|
dsp3
|
Bipiramida trigonal
|
[Fe(CO)5]2+
|
sp3d2
|
Oktahedral
|
[FeF6]3-
|
Pembentukan ikatan melibatkan
beberapa tahapan, meliputi promosi elektron; pembentukan orbital hibrida; dan
pembentukan ikatan antara logam dengan ligan melalui overlap antara orbital
hibrida logam yang kosong dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron
bebas.
Pada hibridisasi yang melibatkan
orbital d, ada dua macam kemungkinan hibridisasi. Jika dalam hibridisasi
orbital d yang dilibatkan adalah orbital d yang berada di luar
kulit dari orbital s dan p yang berhibridisasi, maka kompleks
yang terbentuk disebut sebagai kompleks orbital luar, atau outer
orbital complex. Sebaliknya, jika dalam hibridisasi yang dilibatkan adalah
orbital d di dalam kulit orbital s dan p yang
berhibridisasi, maka kompleks tersebut dinamakan kompleks orbital dalam
atau inner orbital complex. Umumnya kompleks orbital dalam lebih stabil
dibandingkan kompleks orbital luar, karena energi yang dilibatkan dalam
pembentukan kompleks orbital dalam lebih kecil dibandingkan energi yang
terlibat dalam pembentukan kompleks orbital luar. Untuk menghibridisasi orbital
d yang berada di dalam orbital s dan p diperlukan energi
yang lebih kecil, karena tingkat energinya tidak terlalu jauh.
Contoh:
[Ni(CO)4];
memiliki struktur geometris tetrahedral
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.