Umat manusia saat ini sangat ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil yang jumlahnya tidak bertambah melainkan terus
berkurang dari waktu ke waktu. Ketergantungan ini sangatlah tidak baik karena
jika kita terus sibuk menggunakan dan menghabiskan tanpa berfikir memperbaharui
atau mencari alternatif maka kita akan tiba pada titik depresi bahan bakar,
maka dari itu diperlukan banyak penelitian tentang energi alternatif guna
mengganti bahan bakar fosil.
Para peneliti terus berfikir
tentang energi alternatif, tapi saat ini etanol sangatlah diunggulkan dan terus
dicari sumber etanol terbaik dalam
jumlah banyak dari hasil penguraian limbah. Ilmuwan
di Amerika Serikat telah menemukan sebuah proses kimia sederhana untuk
mengkonversi selulosa menjadi molekul-molekul furfural – sebuah sumber bahan
bakar hayati alternatif. Furfural
(C5H4O2) atau sering disebut dengan 2-furankarboksaldehid,
furaldehid, furanaldehid, 2-Furfuraldehid, merupakan senyawa organik turunan
dari golongan furan. Senyawa ini berfasa cair berwarna kuning hingga kecoklatan
dengan titik didih 161.7oC, densitas (20oC) adalah 1.16 g/cm3. Furfural
merupakan senyawa yang kurang larut dalam air namun larut dalam alkohol, eter,
dan benzena. Gambar 1 menunjukkan struktur molekul dari furfural.
Gambar 1. Struktur molekul Furfural
Furfural
dapat di peroleh dari limbah industri hayati, koran bekas dll. Mark Mascal dan Edward Nikitin dari Universitas
California, mengatakan metode ini menghasilkan bahan bakar furfural dari
selulosa buangan dengan hasil yang sangat tinggi. Produk utamanya, cairan
organik 5-(klorometil)furfural (CMF), bisa dikonversi dalam satu tahapan
sederhana menjadi etoksimetilfurfural (EMF), sebuah zat aditif disel yang
potensial. Menurut Mascal pembuatan furfural lebih ekonomis dibandingkan
bioetanol.
Akan tetapi, karena
konversi ini memerlukan etanol, Mascal menganggap mungkin lebih baik melakukan
sebuah konversi alternatif – hidrogenasi katalitik menjadi 5-metilfurfural
(MF), sebuah bahan bakar yang belum diuji. "Hidrogen mudah diperoleh, jadi
jika kita bisa mengganti etanol, saya rasa hasil yang dicapai akan lebih
baik," kata dia.
Klorin yang dihasilkan sebagai
produk sampigan cukup mengganggu nkarena dapat menyebabkan korosi. Maka perlu
dicari alternative lainnya yang menghilangkan klorin pada produk akhir atau
mengganti klorin dengan unsur lain yang lebih baik.
Perlu dilakukannya penelitian
lebih lanjut tentang penemuan ini dikarenakan masih banyak kekurangan dan
kelemahan yang belum terselesaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.