Pengembangan
Termal Zat Padat
Disusun
Oleh: Ghefira Nanda Utami (Z07-GHEFIRA)
Abstrak
Pengembangan termal zat padat adalah sebuah bidang
penelitian yang berkaitan dengan mempelajari sifat termal dari zat padat.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana zat padat berperilaku dalam
hal konduktivitas termal, kapasitas panas, perubahan suhu, dan sifat termal
lainnya.
Kata kunci: konduktivitas termal, kapasitas panas
Pendahuluan
Pengembangan termal zat padat Mencakup studi tentang
perubahan suhu, panas, dan energi dalam benda padat. Ini melibatkan pemahaman
mengenai konduktivitas termal, perubahan fase (seperti peleburan dan
pembekuan), ekspansi termal, dan sifat-sifat termal material padat. Penelitian
dalam ruang lingkup ini juga mencakup aplikasi teknologi termal seperti
pendinginan dan pemanasan material, serta pengembangan bahan-bahan termal yang
efisien untuk berbagai tujuan industri.
Bahan penyimpanan padat terutama lebih disukai untuk
menyediakan kebutuhan penyimpanan termal dalam pemanasan ruangan gedung (hemat
untuk pendinginan) dan aplikasi pemanasan suhu tinggi (matahari). Biasanya,
bahan penyimpanan padat yang digunakan untuk aplikasi ini dapat dioperasikan
pada suhu yang berkisar antara 40 hingga 75 °C untuk lapisan batuan/beton dan
lebih dari 150 °C untuk logam.
Maksud di balik pengembangan bahan penyimpanan padat
meliputi hal-hal berikut:
· Mengurangi
risiko terkait kebocoran bahan penyimpan panas akibat suhu tinggi
· Kelayakan
penggunaannya sebagai bahan penyimpanan pada suhu yang sangat tinggi
(pembangkit listrik tenaga surya)
Rumusan masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan kapasitas panas?
2. Apa
proses konduktivitas termal terhadap zat padat?
Tujuan
1. Mengetahui
yang dimaksud dengan kapasitas panas
2. Mengetahui
proses konduktivitas termal terhadap zat padat
Pembahasan
A. Kapasitas
Panas
Banyaknya
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu massa suatu zat sebesar satu
satuan tanpa menyebabkan perubahan fasa disebut kapasitas kalor (C) atau
kapasitas termal . Ini menggambarkan kemampuan suatu zat
untuk menyerap energi panas.
Karena merupakan sifat ekstensif,
kapasitas panas didasarkan pada massa dan ukuran sampel. Hal ini menunjukkan
bahwa, untuk sampel yang mengandung bahan dua kali lebih banyak daripada sampel
lain, diperlukan energi panas (Q) dua kali lebih banyak untuk menghasilkan
perubahan suhu yang sama. Kapasitas panas berbagai zat akan
menentukan seberapa besar kenaikan suhunya. Pada hari yang panas, kursi logam
yang terkena sinar matahari langsung mungkin menjadi hangat saat disentuh,
sedangkan air dalam jumlah yang sama tidak akan terlalu panas jika terkena
sinar matahari dalam jumlah yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa air mempunyai
kapasitas panas yang tinggi. Logam biasanya tidak bereaksi dengan baik terhadap
fluktuasi suhu, sedangkan air bereaksi dengan baik.
Rumus Kapasitas Panas
Kapasitas Panas untuk satuan massa
suatu zat didefinisikan sebagai,
C = ΔQ / ΔT
dimana
ΔQ: adalah jumlah kalor yang disuplai
ke zat
ΔT: adalah perubahan suhu
Jenis Kapasitas Panas
1. Kapasitas
panas spesifik
Kapasitas panas spesifik didefinisikan sebagai
banyaknya perubahan kalor yaitu kalor yang diserap atau dibuang suatu zat per
satuan massa untuk mengubah suhunya sebesar satu satuan. Bila sejumlah kalor
yang sama diterapkan pada zat berbeda bermassa sama, perubahan suhu yang
dihasilkan tidaklah sama. Hal ini menunjukkan bahwa setiap zat mempunyai nilai
yang berbeda untuk jumlah kalor yang diserap atau dibuang untuk mengubah suhu
satuan massanya sebesar satu satuan. Kapasitas kalor jenis suatu zat adalah
ukuran besaran ini. Dilambangkan dengan huruf s.
Jika C adalah jumlah kalor yang diserap atau dibuang
yaitu ΔQ oleh suatu zat bermassa m ketika mengalami perubahan suhu ΔT , maka
kapasitas kalor jenis zat tersebut diberikan oleh
S = C/m = (1/m) (ΔQ / ΔT)
Oleh karena itu, kapasitas kalor jenis adalah sifat
zat yang menentukan perubahan suhu sejumlah zat tertentu yang merupakan jumlah
kalor yang diserap atau dibuang. Zat tertentu tidak mengalami perubahan fasa
selama perubahan suhu. Hal ini tergantung pada sifat dan suhu zat. J kg –1 K –1
adalah satuan SI untuk kapasitas panas spesifik.
2. Kapasitas
panas molar
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1
mol suatu zat sebesar satu derajat Celcius disebut kapasitas kalor molar.
Satuan untuk mengukur dan menghitung kapasitas panas molar adalah Joule per mol
per derajat Celsius. Oleh karena itu, besarnya bergantung pada jumlah mol zat
yang terlibat.
Rumus untuk mencari kapasitas panas molar adalah,
Q = nC∆T
dimana,
q: adalah kalor yang diberikan
n: adalah mol zat
C: adalah kapasitas kalor molar benda
3. Kapasitas
Panas Molar pada Tekanan Konstan Cp
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
satu mol suatu zat sebesar satu derajat Kelvin pada tekanan konstan disebut
Kapasitas Panas Molar pada Tekanan Konstan dan dilambangkan dengan Cp .
Rumus menghitung Kapasitas Panas Molar pada Tekanan
Konstan Cp adalah,
Cp = dH/dt (pada tekanan konstan)
dimana,
Cp: melambangkan kalor jenis pada Tekanan Konstan
dH: adalah Perubahan Entalpi
dt: adalah Perubahan Suhu
4. Kapasitas
Panas Molar pada Volume Konstan Cv
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
satu mol suatu zat sebesar satu derajat Kelvin pada volume konstan disebut
Kapasitas Panas Molar pada Volume Konstan dan dilambangkan dengan Cv .
Rumus menghitung Kapasitas Panas Molar pada Tekanan
Konstan Cv adalah,
Cv = dH/dt (pada volume konstan)
dimana,
Cv: melambangkan kalor jenis pada Tekanan Konstan
dH: adalah Perubahan Entalpi
dt: adalah Perubahan Suhu
B. Konduktivitas
Termal
Konduktivitas atau keterhantaran
termal, adalah suatu besaran intensif
bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal
adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur menyebabakan
transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada
temperatur yang lebih rendah. Panas yang di transfer dari satu titik ketitik
lain melalui salah satu dari tiga metoda yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Konduktivitas termal merupakan persamaan laju aliran panas dikali jarak persatuan luas dan perbedaan suhu.
Proses konduktivitas termal yaitu ketika
panas dialirkan melalui zat padat , panas berpindah melalui agitasi molekul
atau atom dan kontak antar partikel. Perpindahan panas bukanlah hasil
pergerakan atom atau molekul melalui benda padat. Dalam benda padat, panas
berpindah sepanjang perbedaan suhu (disebut gradien suhu) dari area bersuhu
tinggi dan dengan agitasi partikel tinggi ke area bersuhu rendah dan dengan
demikian agitasi partikel rendah. Perpindahan energi panas ini berlanjut hingga
semua bahan penyusun zat padat berada pada kesetimbangan termal , artinya suhu
seluruh bahan adalah sama. Waktu yang diperlukan agar hal ini terjadi
bergantung pada beberapa faktor, termasuk besarnya perbedaan suhu di dalam
material dan karakteristik termal material itu sendiri. Karakteristik ini
mencakup komposisi atom atau molekul material dan jaraknya, yang dikenal
sebagai panjang jalur yang harus dilalui panas.
Jika bahan penghantarnya berupa
cairan atau gas , panas berpindah melalui agitasi partikel serta melalui
pergerakan atom atau molekul itu sendiri. Konduksi termal terjadi paling cepat
pada benda padat dan paling lambat pada gas. Ketika materi berada dalam fase
gas, partikel-partikelnya memiliki jarak yang lebih jauh sehingga lebih jarang
bertabrakan. Tumbukan ini mentransfer energi panas , sehingga lebih sedikit
tumbukan menyebabkan laju konduksi panas yang lebih rendah.
Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang saya dapat berikan yaitu Pengembangan
termal zat padat melibatkan pemahaman mendalam tentang beberapa aspek, seperti konduktivitas
termal yang dimana studi tentang sejauh mana panas dapat merambat melalui suatu
material. Material dengan konduktivitas termal yang tinggi dapat menghantarkan
panas dengan efisien. Kemudian ada juga kapasitas panas yang dimana banyaknya
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu massa suatu zat sebesar satu
satuan tanpa menyebabkan perubahan fasa disebut kapasitas kalor (C) atau
kapasitas termal.
Daftar Pustaka
Anoopraj, Mayurigrover, Satyam sharma,
diperbarui 23 maret 2023 ( diakses pada 5 nov 2023) https://www.geeksforgeeks.org/heat-capacity/
Fahrijal Wahid Siregar universitas
negeri medan 2018 (diakses pada 6 november 2023) https://www.academia.edu/36396710/SIFAT_THERMAL_ZAT_PADAT_KRISTAL?email_work_card=view-paper
Ken Stewart (diakses pada 6 nov 2023)
https://www.britannica.com/science/thermal-conductivity
Buku kimia dasar yayan sunarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.