.

Sabtu, 27 November 2021

Teknologi Hijau: Sanitasi Taman, WWG, dan Sistem Drainase

Oleh: Ika Devi Mayang Sari (@T03-Ika)

Contact me: Ika.mayang10@gmail.com

Gambar 1. Mind Mapping Teknologi Hijau

Abstrak

Teknologi diciptakan berdasarkan ilmu pengetahuan sebagai salah satu cara agar manusia mendapatkan kemudahan dalam menjalankan aktivitasnya. Namun dalam pengembangan dan proses penggunaan teknologi ini juga memiliki dampak buruk bagi kehidupan manusia, seperti pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah dan pemakaian energi tak terbarukan yang berlebihan. Maka dari itu muncullah konsep Teknologi Hijau sebagai penanggulangan hal tersebut. Untuk menemukan alternatif yang dapat terbarukan dan tidak akan habis. Bentuk dari teknologi hijau ini, beberapa akan dibahas dalam artikel ini, diantaranya yaitu topik mengenai apa yang dimaksud dengan Sanitasi, cara kerja Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah), serta pengaruh Sistem Drainase terhadap lingkungan

Kata kunci: kimia, teknologi hijau, berkelanjutan, alternatif, sanitasi, sanitasi taman, taman buangan, sistem drainase

Abstract

Technology is made based on science as a way for humans to get convenience in carrying out their activities. However, the development and use of this technology also has a negative impact on human life, such as environmental pollution due to waste disposal and excessive use of non-renewable energy. Therefore, the concept of Green Technology emerged as a countermeasure for this. To find alternatives that are renewable and never run out. The forms of this green technology, some of which will be discussed in this article, include the topic of what is meant by sanitation, how garden sanitation and wastewater gardens work, and the influence of the drainage system on the environment.

Keywords: chemistry, green technology, sustainable, alternative, sanitation, garden sanitation, garden waste, drainage system

1.     Pendahuluan

Kemampuan manusia menciptakan teknologi yang berdasar pada ilmu pengetahuan yang ada lalu dikembangkan lebih jauh lagi sehingga menjadi sebuah sistem yang kita kenal sebagai teknologi. Teknologi muncul karena adanya kegiatan yang ingin diselesaikan secara praktis ataupun lebih cepat. Namun dalam proses perkembangannya ada banyak dampak yang kurang baik dari teknologi ini, salah satunya pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah dan penggunaan sumber daya energi tidak tebarukan secara berlebihan.

Dalam menanggulangi hal ini muncullah konsep Teknologi Hijau, sebuah pendekatan untuk menyelamatkan bumi. Teknologi Hijau dipilih karena dalam pemakaiannya akan diutamakan untuk menggunakan sumber energi yang terbarukan, sehingga lebih ramah lingkungan. Teknologi Ramah Lingkungan sendiri, secara sistem termasuk ilmu pengetahuan, prosedur, barang & pelayanan, peralatan serta prosedur organisasi & manajemen untuk mempromosikan kelestarian lingkungan.

Ruang Lingkup Teknologi Hijau tembagi menjadi 4 bagian, yaitu: Ruang Energi Hijau (pengembangan energi alternatif yang terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi di Bumi); Bangunan Hijau (pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan); Kimia Hijau (proses pendesainan dan pengaplikasian dalam proses produksi dan produk kimia, dengan semaksimal mungkin menghilangkan bahan berbahaya); dan Nanoteknologi Hijau (pembentukan produk nano dengan prinsip kimia hijau dan teknik hijau, menggunakan bahan-bahan alami).

Penerapan Teknologi Hijau ini sudah kerap akrab diterapkan diberbagai negara di dunia. Mereka saling berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi yang efektif dan efisien untuk menerapkan konsep Teknologi Hijau ini. Salah satu contoh yang sangat menarik yaitu ada di Korea Selatan, mereka berhasil mengembangkan proyek perencanaan kota yang berkelanjutan “Songdo International Bussiness District”, yang merupakan pusat keunggulan dalam teknologi, pendidikan, dan bisnis. Di Irlandia juga mengembangkan program investasi hijau berupa energi terbarukan yang berasal dari eksplorasi energi pasang surut dan gelombang air laut. Indonesia sendiri sekarang ini masih sangat jauh dari negara-negara tersebut dan masih terus melakukan pengembangan serta penerapan dalam teknologi hijau.

Hal tersebut tentu sangat menarik, kunci dalam perwujudan proyek perencanaan kota yang berkelanjutan, seperti halnya yang dilakukan oleh Korea Selatan akan kita bahas salah satunya dibawah ini. Yaitu topik mengenai apa yang dimaksud dengan Sanitasi, cara kerja Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah), serta pengaruh Sistem Drainase terhadap lingkungan.

 

2.    Rumusan Masalah

Ø  Apa yang dimaksud dengan Sanitasi?

Ø  Bagaimana bentuk dan cara kerja dari Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah)?

Ø  Apa pengaruh dari Sistem Drainase untuk lingkungan?

 

3.    Tujuan

Ø  Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sanitasi.

Ø  Untuk mengetahui bagaimana bentuk dan cara kerja dari Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah).

Ø  Untuk mengetahui apa pengaruh dari Sistem Drainase untuk lingkungan.

 

4.    Pembahasan

Ø Pengertian Sanitasi

Sanitasi adalah proses menjaga tempat tetap bersih dan sehat, terutama dengan menyediakan sistem pembuangan kotoran dan pasokan air bersih. Sanitasi menjadi kunci untuk pembangunan dan kesehatan lingkungan disekitarnya. Sanitasi lingkungan bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi mutu lingkungan bagi kesejahteraan manusia. Mencakup sumber air bersih dan aman digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, pembuangan limbah yang efisien, perlindungan dari kontaminasi zat, udara yang bersih, serta tempat tinggal yang bersih, aman, dan sehat.

Selain sebagai kunci pembangunan, sistem sanitasi yang tidak layak dan terabaikan akan menjadi sumber masalah baru tersendiri. Lingkungan yang sanitasinya tidak baik biasanya akan menjadi sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kesejahteraan pun akan berkurang.

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi sistem sanitasi yang baik, yaitu:

a.    Faktor Sosial Masyarakat, dipengaruhi oleh adat dan istiadat yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

b.   Kemampuan Ekonomi masing individu yang tidak sama dalam membangun rumah dengan sanitasi yang baik.

Berikut ini ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menciptakan sanitasi yang baik, diantaranya sebagai hal berikut:

·        Mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat, seperti tidak membuang air besar atau kecil di sungai, tidak mencuci pakaian di sungai, terkhusus pada bagi masyarakat yang ada di desa.

·        Membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin, lakukan 3M (menguras, menimbun, menutup) seperti membuang genangan air yang ada di botol-botol bekas, yang biasanya dijadikan tempat favorit untuk nyamuk berkembang biak dan lain-lainnya.

·        Membersihkan kamar mandi dan toilet, agar tidak menjadi sumber virus dan penyakit.

·        Sebisa mungkin untuk menggunkan sumber air bersih dan aman untuk keperluan sehari-hari. (Waluya, 2012)

 

Ø Bentuk dan Cara Kerja dari Sanitasi Taman dan Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah)

Dalam Jurnal Spasial, Nefilinda (2017) Sanitasi Taman (SANITA), adalah bagian dari Teknologi Hijau yang berguna untuk memperbaiki kualitas effluent tangki septik konvensional agar tidak mencemari air tanah. Effluen septik tank konvensional masih mengandung bakteri Fecal Coli yang cukup tinggi dan beresiko mencemari air sumur dangkal yag terletak berdekatan, terutama pada permukiman yang padat. Sebagian besar penduduk perkotaan masih mengkonsumsi air tanah dangkal sebagai sumber air minum dan rumah tangga sehingga mereka berisiko tinggi terjangkit penyakit perut (waterborne deseases).

SANITA mampu menurunkan bakteri Fecal Coli pada effluent tangki septik sampai dengan lebih dari 99% sehingga diharapkan tidak mencemari air tanah. Penerapan SANITA pada permukiman akan menambah vegetasi permukaan yang merupakan salah satu upaya adaptasi dan mitigasi dampak perobahan iklim. Selain itu SANITA juga mudah dan murah dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya, serta tidak menggunakan bahan kimia dan peralatan mekanis. SANITA telah diteliti oleh Pusat Litbang Permukiman sejak tahun 2004 dan saat ini telah disusun pedoman tata cara pembangunannya sebagai kelengkapan Standar Nasional Indonesia tentang Tata Cara Pembangunan Tangki Septik.

Gambar 2. Komponen dan Sistem Kerja Safe Water Garden (SWG)



 Sumber: Dikutip dari web rucika.co.id

Cara Kerja Safe Water Garden (SWG)

1)   Air limbah dari shower / floor drain & toilet / WC mengalir ke SWG

2)  Tangki akan terisi penuh oleh air limbah. Pada saat yang sama pencampuran terjadi di dalam tangka dan melarutkan semua limbah. Pada langkah pencampuran dan pengadukan ini akan melarutkan limbah sehingga mencegah penumpukan sedimen di dalam tangki.

3)  Air yang kaya nutrisi mengalir ke kebun. Kebun berisi campuran kerikil dan pasir berukuran 3 m3 (2 x 3 x 0,5 m) untuk membantu penyerapan dan penyebaran air limbah dengan cepat

4)  Air menetes dari pipa pelindian ke dalam tanah. Tanah memiliki 2 fungsi penting; pertama, bakteri yang ada di dalam tanah memakan bahan organic & menjadikannya tidak berbahaya. Kedua, bakteri E-coli yang berbahaya terjebak di dalam tanah sehingga tidak akan meresap ke dalam sumur.


Wastewater Garden (Taman Buangan Air Limbah)

Gambar 3. Komponen dan Sistem Kerja WasteWater Garden (WWG)

Menurut Nefilinda (2017) menuliskan dalam jurnalnya bahwa, Wastewater Garden (WWG) adalah teknologi hijau yang digunakan untuk mendaur ulang sisa zat pencemar dari unit pengolahan limbah perumahan, hotel, restoran, atau perkantoran. WWG merupakan 100% ekologis, murah dan mudah dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya. Tanpa memerlukan peralatan mekanis dan bahan kimia, air limbah di daur ulang secara gravitasi ke taman, kebun sayuran, ataupun buah-buahan. WWG pada awalnya dikembangkan untuk melindungi pantai dari pencemaran limbah penduduk.

Kontribusi penerapan teknologi WWG dalam mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global karena:

1)   menanam vegetasi;

2)  meningkatkan kualitas effluent ke lingkungan tanpa bahan kimia dan peralatan mekanis;

3)  ekologis, mudah, dan murah.

Teknologi WWG dikembangkan oleh Planetary Reef Foundation dan telah berhasil diterapkan di Meksiko, Bali, Bahama, Belize, Perancis, Polandia, Pilpina, Amerika Serikat dan Australia. WWG yang terbesar saat ini adalah Xpu-Ha EcoPark di Meksiko yang dirancang untuk mengolah limbah 1500 pengunjung per hari. Di Indonesia, teknologi WWG telah di uji coba pada beberapa kantor pemerintah daerah dan diterapkan pada beberapa hotel di kawasan Nusa Dua.

Ø Pengaruh dari Sistem Drainase untuk lingkungan

Secara sederhana drainase dapat disebut sebagai saluran air. Untuk sistem drainase berarti sistem dari saluran air. Sistem drainase merupakan komponen prasarana yang sangat penting dalam sebuah susunan kompleks hunian atau dalam tata ruang perkotaan. Bisa juga dalam sistem perairan untuk sawah-sawah penduduk desa. Sistem drianase yang baik dapat mencegah timbulnya bencana misalnya seperti banjir.

Dalam tulisan Asriningpuri dkk. (2015) yang mengkutip dari Halim (2002) Drainase dibagi kedalam 4 jenis, yaitu:

1)   menurut sejarah terbentuknya (drainase alamiah yang terbentuk dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia, dan drainase buatan yang di bentuk berdasarkan analisis ilmu drainase untuk menentukan debit akibat hujan dan dimensi saluran);

2)  menurut letak saluran (drainase muka tanah, dan drainase bawah muka tanah);

3)  menurut fungsi drainase (single purpose berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, sedangkan multy purpose berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian);

4)  menurut konstruksi (saluran terbuka merupakan saluran air yang tidak dapat mengganggu kesehatan, dan saluran tertutup merupakan saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan).

Sistem ini yang tanpa disadari telah ada sejak zaman dahulu, digunakan oleh masyarakat Kampung  Nagawir  (Naga) diwilayah  Kampung  Legok  Dage  di  Desa  Neglasari–Kecamatan  Salawu  Kabupaten  Garut, merupakan salah satu desa yang menerapkan sistem drainase. Desa ini juga termasuk desa yang mewakili lokasi penerapan Teknologi Hijau dengan konsep leluhur, yang sampai saat ini masih tetap terjaga dalam tata kehidupan, bermukim, dan bermasyarakat dengan Kearifan Lokal yang unik berada di tanah Parahyangan atau Priangan.

Drainase jika di kelola dengan baik, dapat menjaga kestabilan lingkungan dari pengaruh kerusakan akibat pencemaran, sehingga lingkungan dapat terjagadengan baik. Pengaruh dari sistem Drainase ini dalam lingkungan yaitu berfungsi untuk :

a)   membuang air lebih;

b)  mengangkut limbah dan mencuci polusi dari daerah perkotaan;

c)   mengatur arah dan kecepatan aliran:

d)  mengatur elevasi muka air tanah;

e)   menjadi sumber daya air alternatif;

f)   didaerah perbukitan sistem drainase menjadi salah satu prasarana mencegah erosi dan gangguan stabilitas lereng.

5.     Kesimpulan

Sanitasi adalah proses menjaga tempat tetap bersih dan sehat, terutama dengan menyediakan sistem pembuangan kotoran dan pasokan air bersih. Sanitasai Taman (SANITA) mampu menurunkan bakteri Fecal Coli pada effluent tangki septik sampai dengan lebih dari 99% sehingga diharapkan tidak mencemari air tanah.

Wastewater Garden (WWG) adalah teknologi hijau yang digunakan untuk mendaur ulang sisa zat pencemar dari unit pengolahan limbah perumahan, hotel, restoran, atau perkantoran dan 100% ekologis, murah dan mudah dalam pembangunan, pengoperasian serta pemeliharaannya.

Secara sederhana drainase dapat disebut sebagai saluran air. Sistem drainase merupakan komponen prasarana yang sangat penting dalam sebuah susunan kompleks hunian atau dalam tata ruang perkotaan, juga untuk sistem perairan persawahan.

 

Daftar Pustaka

Asriningpuri, H., Kurniawati, F., & Pambudi, G. 2015. Teknologi Hijau Warisan Nenek Moyang di Tanah Parahyangan. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 7(1), 51-65.

 

Hidayat, Atep Afia. 2021. Teknologi Hijau. Dalam Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana.

 

Nefilinda. 2017. Teknologi Hijau: Solusi Untuk Pelestarian Sumber Air. Jurnal Spasial: Penelitian, Terapan Ilmu Geografi, dan Pendidikan Geografi, 1(2). Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

 

Rucika. 2021. Sanitasi Bersih Dukung Lingkungan yang Asri. Dalam www.rucika.co.id: https://www.rucika.co.id/sanitasi-bersih-dukung-lingkungan-yang-asri/ (Diakses pada 27 November 2021)


Waluya, Bagja. 2012. Bab 4 Sanitasi Lingkungan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-BAGJA_WALUYA (Diakses pada 27 November 2021)













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.