Oleh: Shafa Almaliya (@T24-Shafa)
Program Studi: Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana
Abstrak
Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Kimia hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga bisa mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap lingkungan termasuk manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk membentuk zat-zat kimia yang lebih baik serta aman dan secara bersamaan bisa menentukan cara-cara yang paling aman dan efisien buat mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan
Kata
kunci: Proses, Kimia
hijau, Kimia lingkungan
Abstract
Green
chemistry or “green chemistry” is a field of chemistry that focuses on
preventing pollution. In the early 1990s, green chemistry became known globally
after the Environmental Protection Agency issued the Pollution Prevention Act
which is a national policy to prevent or reduce pollution. Green chemistry is
an approach to the design, manufacturing process, and use of chemical products
in such a way as to reduce or eliminate the harmful effects of chemicals on the
environment, including humans. The main goal of the green chemistry approach is
to produce better and safer chemicals and at the same time determine the safest
and most efficient ways to synthesize these substances and reduce the chemical
waste generated.
Keywords:
Process, Green chemistry, Environmental chemistry
Pendahuluan
Menurut
Dina Mustafa (2016) Kimia hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan,
proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga
dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap
lingkungan termasuk manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk
menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat
memilih cara-cara yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat
tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.
Industri
kimia umumnya mengandalkan pelarut petroleum yang tidak dapat diperbaharui
sebagai materi utama untuk membuat zat kimia. Industri seperti ini biasanya
adalah sangat intensif dalam penggunaan energi, tidak efisien, dan menghasilkan
racun, baik produk maupun limbah kimia yang berbahaya.
Salah
satu prinsip dari kimia hijau adalah mengutamakan pemanfaatan zat-zat alternatif
dan terbarukan termasuk pemanfaatan limbah pertanian atau biomass atau
produk-produk biologis yang tidak terkait dengan bahan pangan. Prinsip lain
berfokus pada perancangan produk-produk kimia yang mudah dan aman terurai di
lingkungan dan efisiensi dan penyederhanaan proses-proses kimia. Lebih jauh
lagi, karena proses-proses dalam kimia hijau jauh lebih efisien, maka
perusahaan akan menggunakan lebih sedikit bahan mentah dan energi sekaligus
menghemat dana untuk pembuangan limbah.
Menurut
Dr. Irdhawati, S.Si., M.Si (2016) Green chemistry didefinisikan sebagai model
dalam proses pembuatan produk dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan
bahan kimia. Pengembangan metode kimia yang ramah lingkungan saat ini sangat
berkembang sebagai salah satu cara untuk menerapkan kimia hijau dalam
kehidupan. Kepedulian terhadap penggunaan bahan-bahan kimia dalam proses di
industry tidak bisa dihindari, namun penggunaannya dalam proses dan limbah yang
dihasilkan dapat dikurangi, dengan menerapkan aspek dan prinsip green chemistry
.
Bahan-bahan
kimia yang berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan dapat dikurangi atau
dihilangkan tanpa mengubah metode dalam proses produksi. Kondisi ini memerlukan
perhatian yang serius dalam pengolahan limbah yang dihasilkan di pemukiman.
Kota-kota besar di Indonesia menghasilkan limbah padat maupun cair sekitar 10
juta ton per tahun, dan meningkat 2-4% per tahun, sementara kapasitas
penampungan limbah semakin menurun. Sumber limbah sebagian besar berasal dari
rumah tangga dan pasar tradisional. Terdapat beberapa jenis limbah lain seperti
plastik, gelas, logam, dan lain-lain .
Pengolahan
limbah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Dalam bidang industri, limbah
berasal dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi, dan gas yang
dihasilkan dari proses pembakaran. Implementasi kimia hijau dalam bidang
industry dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut/pereaksi yang ramah
lingkungan, mendaur ulang pelarut organic, menggunakan cairan super kritik,
atau menggunakan ionic liquid . Selain itu dalam pengolahan limbah tidak
menggunakan bahan kimia, tetapi menggunakan mikroorganisme.
Rumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud dengan kimia hijau?
- Bagaimanakah penerapan dari kimia hijau?
- Apakah manfaat dari kimia hijau?
Tujuan
- Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kimia hijau
- Untuk mengetahui penerapan dari kimia hijau
- Untuk mengetahui manfaat dari kimia hijau
Pembahasan
Green
chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada
pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara
global setelah Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution
Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi
polusi.
Green
chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari
segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan.
Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan
penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan
maupun proses. Pentingnya pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan
zat-zat kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat memilih
cara-cara yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat tersebut dan
mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.
Upaya
memperbaiki lingkungan dan memecahan masalah lingkungan yang ditawarkan dalam
green chemistry sangat bervariasi terutama pada tahap perencanaan. Akan tetapi,
pemecahan masalah tersebut dapat dikelompokkan dalam dua komponen yaitu
pemecahan masalah yang berkaitan dengan bahan mentah dan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan kondisi reaksi. Dengan memodifikasi jalur sintesisnya, maka
akan didapatkan produk akhir yang sama dengan cara yang konvensional, namun
toksisitas bahan dasar, produk maupun buangannya dapat dikurangi .
Menurut
Anastas & Warner hal yang penting dalam green chemistry adalah:
- Mencegah terjadinya limbah di tempat pertama.
- Menggunakan pereaksi dan pelarut yang aman.
- Melakukan perobahan reaksi secara selektif dan efisien.
- Menghindari produk dan reaksi kimia yang tidak perlu.
Selanjutnya
Anastas & Warner mengusulkan 12 prinsip green chemistry yang perlu
dipertimbang-kan, yaitu :
- Pencegahan terbentuknya bahan buangan beracun akan lebih baik daripada menangani atau membersihkan bahan buangan tersebut.
- Mengekonomiskan atom dalam merancang metode sintesis.
- Sintesis bahan kimia yang tidak atau kurang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungannya.
- Merancang produk bahan kimia yang lebih aman, walaupaun sifat racunnya dikurangi tetapi fungsi-nya tetap efektif.
- Menggunakan pelarut dan bahan-bahan pendukung yang lebih aman dan tidak berbahaya.
- Rancangan untuk efisiensi energi.
- Penggunaan bahan dasar yang dapat diperbaharui.
- Mengurangi turunan (derivatives) yang tidak penting.
- Menggunakan katalis untuk meningkatkan selektifitas dan meminimalkan energi.
- Merancang produk-produk kimia yang dapat terdegradasi menjadi produk yang tidak berbahaya.
- Analisis serentak untuk mencegah polusi.
- Bahan kimia yang digunakan dalam proses kimia dipilih yang lebih aman untuk mencegah kecelakaan.
Green
chemistry mempunyai 12 azas atau prinsip yang dapat diadaptasi untuk
diaplikasikan dalam sikap dan tindakan manusia dalam upaya penyelamatan
lingkungan. Prinsip-prinsip green Chemistry dapat diadaptasi untuk
diaplikasikan dalam sikap dan tindakan manusia dalam upaya penyelamatan
lingkungan yang dapat terwujud melalui green education ( Mitarlis, 2016 ).
Beberapa
tahun terakhir ini, mulai dikembangkan metode sintesis yang berbasis green
chemistry misalnya melalui reaksi kondensasi Claisen-Schmidt bebas
pelarut. Metode ini merupakan metode green chemistry, karena tidak banyak
menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya, waktu reaksi yang pendek sehingga aman
bagi lingkungan ( Prabawato, 2015 ).
Kimia
hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan,
dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga bisa
mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap
lingkungan termasuk manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk
membentuk zat-zat kimia yang lebih baik serta aman dan secara
bersamaan bisa menentukan cara-cara yang paling aman dan efisien
buat mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.
Pendekatan
kimia hijau bertujuan untuk menghilangkan dampak buruk zat kimia sejak pada
proses perancangan. Praktik pencegahan bahaya dari sejak awal proses pembuatan
zat kimia akan bermanfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan, yang meliputi
proses perancangan, produksi, penggunaan atau penggunaan kembali, dan
pembuangan limbah yang dihasilkan . Industri seperti ini biasanya adalah sangat
intensif dalam penggunaan energi, tidak efisien, dan menghasilkan racun, baik
produk maupun limbah kimia yang berbahaya.
Salah
satu prinsip dari kimia hijau adalah mengutamakan pemanfaatan zat-zat
alternatif dan terbarukan termasuk pemanfaatan limbah pertanian atau biomass
atau produk-produk biologis yang tidak terkait dengan bahan pangan. Prinsip
lain berfokus pada perancangan produk-produk kimia yang mudah dan aman terurai
di lingkungan dan efisiensi dan penyederhanaan proses-proses kimia. Lebih jauh
lagi, karena proses-proses dalam kimia hijau jauh lebih efisien, maka
perusahaan akan menggunakan lebih sedikit bahan mentah dan energi sekaligus
menghemat dana untuk pembuangan limbah.
Para
ahli kimia dapat mengakses berbagai sumber informasi mengenai potensi bahaya
molekul zat kimia yang akan dirancang dan zat pendukung yang akan dipilih. Saat
ini para ahli kimia hijau sudah terlatih untuk mengintegrasikan berbagai
informasi tersebut untuk merancang molekul dengan menghindari atau mengurangi
sifat racun/toksik dari molekul tersebut. Cara lain adalah mengubah sifat-sifat
suatu molekul untuk mencegah absorpsi oleh kulit atau untuk memastikan molekul
tersebut akan mudah terurai di lingkungan.
Dengan
kemajuan di bidang teknologi pembuatan partikel nano, maka perlu diperhatikan
atau dibuat peraturan untuk mengurangi dampak kesehatan dan lingkungan yang
disebabkan partikel nano ini termasuk aplikasi teknologi dan partikel nano di
dunia kedokteran, seperti pencitraan, pemberian obat, disinfektasi, dan
perbaikan jaringan . Aturan dan regulasi terkait nano partikel dan kesehatan
serta lingkungan perlu dikembangkan berdasarkan 12 prinsip kimia hijau.
Menurut
Albrechts et al.(2006), menguraikan dampak nano partikel dan berbagai
kemungkinan alternatif yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan untuk
pemanfaatan nano partikel di berbagai aspek kehidupan.
Cat
ramah lingkungan
Senyawa
organik yang mudah menguap atau volatile organic compounds biasa diidentifikasi
sebagai bau sesuatu yang baru dicat, bersifat berbahaya bagi kesehatan dan
lingkungan. Perusahan cat di Inggris berhasil membuat cat yang sedikit sekali
atau tidak mengandung VOC tetapi tetap menarik, misalnya cat yang berbasis
pelarut dari tanaman yang tidak berbau, mudah dibersihkan, dan berdaya tutup
yang baik.
Plastik
ramah lingkungan
Sudah
ada produk-produk plastik yang berbahan dasar gula dari tanaman hasil pertanian
yang terbarukan, seperti jagung, kentang, dan gula dari buah bit, untuk mulai
menggantikan plastik yang berasal dari petroleum. Perusahaan ini juga berhasil
membuat serat yang berasal dari jagung dinamakan Ingeo dan digunakan untuk
membuat selimut serta hasil tekstil lain. Pabrik yang memakai polimer PLA
sebagai bahan dasarnya juga mengintegrasikan prinsip-prinsip kimia hijau
termasuk dalam memilih zat warna untuk produkproduk mereka.
Kesimpulan
Green
chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada
pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara
global setelah Environmental Protection Agency mengeluarkan Pollution
Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi
polusi. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada
pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi
perancangan maupun proses. Akan tetapi, pemecahan masalah tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua komponen yaitu pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bahan mentah dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kondisi reaksi.
Kimia
hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan
pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga bisa mengurangi atau
menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap lingkungan termasuk
manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk membentuk zat-zat
kimia yang lebih baik serta aman dan secara bersamaan bisa menentukan cara-cara
yang paling aman dan efisien buat mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi
sampah kimia yang dihasilkan.
Salah
satu prinsip dari kimia hijau adalah mengutamakan pemanfaatan zat-zat
alternatif dan terbarukan termasuk pemanfaatan limbah pertanian atau biomass
atau produk-produk biologis yang tidak terkait dengan bahan pangan. Prinsip
lain berfokus pada perancangan produk-produk kimia yang mudah dan aman terurai
di lingkungan dan efisiensi dan penyederhanaan proses-proses kimia.
Cara
lain adalah mengubah sifat-sifat suatu molekul untuk mencegah absorpsi oleh
kulit atau untuk memastikan molekul tersebut akan mudah terurai di lingkungan.
Dengan kemajuan di bidang teknologi pembuatan partikel nano, maka perlu
diperhatikan atau dibuat peraturan untuk mengurangi dampak kesehatan dan
lingkungan yang disebabkan partikel nano ini termasuk aplikasi teknologi dan
partikel nano di dunia kedokteran, seperti pencitraan, pemberian obat,
disinfektasi, dan perbaikan jaringan .
Daftar pustaka
Hidayat,
Atep Avia. 2021. Kimia Hijau. Modul perkuliahan Kimia dan
pengetahuan lingkungan industri. Universitas Mercubuana. (diunduh 11 November
2021)
Mustafa,
Dina. 2016. Kimia hijau dan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan di
perkotaan. Dalam jurnal Peran MST dalam mendukung Urban Lifestyle yang
berkualtas. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf (di
unduh 12 November 2021)
Toha,
Muhammad. Diki. Utami, sri. Dwisatyadini, Multimanda. 2016. Peran Matemtika,
sains, dan teknologi dalam mendukung gaya hidup perkotaan (Urban Lifestyle)
yang berkualitas. Universitas Terbuka. Dalam http://repository.ut.ac.id/5634/1/UTFMIPA-ALL.pdf#page=188 (di
unduh 12 November 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.