Oleh : Winda Setyo Rini (@T14-Winda)
Abstrak
Kimia
bukan hanya dapat ditemui di Laboratorium ataupun didunia industri, tetapi
kimia dapat juga kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari. Ilmu kimia dari
dulu hingga sekarang terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan
zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mendorong
perkembangan ilmu kimia ini. Perkembangan itu terlihat dari adanya kajian dalam
kimia yang membahas mengenai isu atau kasus terkini yang berkaitan dengan kimia
dalam kehidupan sehari-hari yaitu adanya kajian mengenai kimia kontekstual atau
kimia kekinian. Kimia kontekstual membahas isu atau kasus dari berbagai aspek
kehidupan, salah satunya dalam aspek yang berkaitan dengan kimia pangan yang
menjadi perhatian masyarakat hingga saat ini.
Kata kunci :
ilmu kimia, kimia pangan, kimia kontekstual
Abstract
Chemistry is not only found in
laboratories or in the industrial world, but we can also find chemistry in our
daily lives. Chemistry from the past until now continues to develop along with
the times. The development of science and technology has driven the development
of chemistry. This development can be seen from the existence of studies in
chemistry that discuss current issues or cases related to chemistry in everyday
life, namely the study of contextual chemistry or contemporary chemistry.
Contextual chemistry discusses issues or cases from various aspects of life,
one of which is in aspects related to food chemistry which are of concern to
the public to date.
Keywords : chemistry, food chemistry, contextual chemistry
Pendahuluan
Kimia merupakan ilmu yang dekat
dengan kehidupan kita sehari-hari. Menurut Juwita (2017), Ilmu kimia adalah
bagian ilmu pengetahuan alam, mempelajari komposisi, struktur zat kimia, dan
perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses proses alamiah maupun dalam
eksperimen yang direncanakan. Pada dasarnya kimia adalah ilmu
yang membahas mengenai materi, sehingga dapat dikatakan setiap objek dalam
kehidupan kita berkaitan dengan kimia. Oleh karena itu, kimia sangat penting
untuk dipelajari dan dipahami.
Dari zaman dahulu hingga saat ini,
ilmu kimia telah berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan yang terjadi ini
tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring
perkembangan zaman yang semakin modern. Menurut Hidayat (2021), Pada
awal perkembangannya ilmu dan riset Kimia hanya berkaitan dengan Fisika dan
Biologi, sehingga munculah irisan keilmuan seperti Fisika Kimia, Biofisika dan
Biokimia, serta irisan di antara ketiganya (Biofisika Kimia atau Fisika
Supramolekuler). Namun seiring dengan berjalannya waktu, ilmu kimia terus
mengalami perkembangan.
Saat ini, pembahasan ilmu
kimia semakin meluas. Saat ini, ilmu kimia tidak hanya membahas mengenai materi
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, tetapi juga membahas mengenai
kasus atau isu-isu yang berada dalam kehiduan sehari-hari masyarakat yang
tentunya berkaitan dengan kimia. Hal ini terlihat dari adanya kajian mengenai
kimia kontekstual. Dalam kimia kontekstual terdapat banyak topik yang menjadi
pembahasan, salah satunya mengenai kimia pangan yang sangat bersinggungan dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat. Oleh karena itu, pada artikel kali ini topik
pembahasan yang diangkat yaitu mengenai kimia kontekstual, dengan menganalisis
kasus atau isu-isu yang berkaitan dengan kimia pangan.
Rumusan masalah
- Apa itu kimia kontekstual ?
- Apa itu kimia pangan ?
- Bagaimana contoh kasus yang berkaitan dengan kimia pangan mengenai kimia kontekstual yang berkembang dimasyarakat ?
- Bagaimana cara menangani kasus tersebut di dalam kehidupan masyarakat ?
Tujuan
- Untuk mengetahui kimia kontekstual.
- Untuk mengetahui kimia pangan.
- Untuk mengetahui contoh kasus yang berkaitan dengan kimia pangan mengenai kimia kontekstual yang berkembang dimasyarakat.
- Untuk mengetahui cara menangani kasus tersebut di dalam kehidupan masyarakat.
Pembahasan
Kimia
kontekstual merupakan ilmu kimia yang membahas mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari, yang dimana membahas mengenai
segala hal yang berkaitan dengan kimia dengan kasus atau isu yang sedang
menjadi perhatian masyarakat. Karena selalu membahas mengenai isu atau kasus
yang sedang menjadi perhatian masyarakat, kimia kontekstual disebut juga kimia
kekinian. Menurut Hidayat (2021), Adapun luaran pembelajaran (learning outcomes) Kimia Kontekstual
antara lain : Mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena dan proses kimia yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan bidang
energi, lingkungan, pangan, obat, dan polimer, Menggunakan prinsip kimia untuk
menjelaskan proses kimia tertentu dan sebaliknya mampu mengetahui dasar
teoritiknya dari suatu proses kimia yang ada di sekitar kita, dan Memahami
bahwa kimia merupakan central science
dan mampu menunjukkan secara jelas hubungan pengaruhnya dengan cabang ilmu
pengetahuan yang lain. Sehingga terdapat banyak sekali aspek
kehidupan sehari-hari yang menjadi pembahasan kimia kontekstual, seperti salah
satunya isu atau kasus yang berkaitan dengan kimia pangan yang menjadi pokok
pembahasan dalam artikel ini.
Kimia
pangan merupakan ilmu kimia yang interaksinya berkaitan dengan komponen
biologis maupun non biologis dari suatu bahan pangan. Menurut Fardiaz (2000), Berbagai
jenis senyawa kimia dalam jumlah yang sangat beragam ada di dalam bahan pangan
dan berperanan pula menentukan karakteristik bahan pangan yang bersangkutan.
Mengapa pangan memiliki warna merah, kuning, hijau dan warna lainnya, adalah
karena ada senyawa pigmen di dalamnya, baik yang dimiliki secara alami atau
memang ditambahkan ke dalamnya. Mengapa pangan terasa manis, asin, asam, pahit
atau beraroma menarik, adalah karena senyawa kimia pula.
Berkaitan
dengan pembahasan mengenai kimia kontekstual terdapat berbagai macam isu atau
kasus mengenai pangan yang menjadi perhatian masyarakat. Menurut Hidayat
(2021), Kasus yang paling banyak dibahas misalnya penggunaan bahan pengawet
seperti formalin (formaldehida atau metanal) pada bahan makanan seperti ayam
potong, mie basah, ikan segar, tahu, dan sebagainya. Selain kasus penggunaan
bahan pengawet formalin pada makanan, terdapat juga kasus yang tidak kalah
menyita perhatian masyarakat, yaitu maraknya penggunaan bahan pewarna non makanan
pada bahan pangan.
Gambar 1 : pengawet formalin Sumber : www.HonestDocs.id |
Gambar 2 :
pewarna rodhamin B Sumber : Yazhidblog |
Sebenarnya
tidak ada yang salah dalam menggunakan pengawet untuk mengawetkan makanan,
asalkan sesuai takaran dan tidak menggunakan zat-zat berbahaya seperti
formalin. Formalin merupakan zat pengawet yang biasanya banyak digunakan untuk
mengawetkan mayat, bukan untuk pengawet makanan. Sehingga memberikan formalin
pada makanan dinilai sangat berbahaya bagi manusia yang mengonsumsinya. Sama
halnya dengan penggunaan pewarna pada makanan, sebenarnya itu merupakan hal
yang tidak masalah asalkan pewarna yang digunakan memang diperuntukan untuk
bahan pangan. Para oknum menggunakan pewarna non makanan pada bahan pangan
ditujukan agar bahan pangan tersebut terlihat lebih menarik, dan mereka sangat
tidak memperhatikan bagaimana efeknya apabila bahan pangan tersebut dikonsumsi
oleh manusia. Untuk itu dengan adanya kimia kontekstual dapat membantu mencari tahu
cara yang tepat untuk menangani isu atau kasus tersebut, tanpa merugikan pihak
manapun.
Mengenai kasus penggunaan formalin pada bahan pangan masih belum diselesaikan sepenuhnya, meskipun terdapat bahan pengawet yang memang diperuntukan untuk bahan pangan, tetapi tetap saja ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang tetap menggunakan formalin untuk mengawetkan bahan pangan. Cara yang bisa kita terapkan untuk menyelamatkan tubuh kita dari bahaya zat formalin dalam makanan, yaitu dengan cara dapat mengenali bahan pangan yang kita pakai mengandung formalin atau tidak, dan sebaiknya melakukan langkah-langkah tertentu untuk menghilangkan kadar formalin dalam bahan pangan yang teridentifikasi biasanya menggunakan pengawet formalin. Menurut Dra. Sukesi, MSi (2006), Langkah - langkah untuk menghilangkan kadar formalin dalam bahan pangan salah satunya yaitu dengan memperlakukan dengan baik bahan pangan sebelum dikonsumsi, seperti :
- Pada bahan pangan tahu, sebaiknya rebus dalam air mendidih diikuti proses penggorengan.
- Pada bahan pangan mie, sebaiknya rendam mie dalam air panas selama 30 menit.
- Pada bahan pangan ikan segar, sebaiknya rendam ikan segar dalam larutan cuka 5% selama 15 menit.
- Pada bahan pangan ikan asin, sebaiknya rendam ikan asin dalam 3 larutan : air, air garam, dan air leri selama 1 jam.
Selanjutnya, untuk kasus penggunaan zat pewarna non makanan juga merupakan kasus yang sulit untuk diselesaikan. Cara paling relevan saat ini yaitu dengan berusaha mengenali dan membedakan antara bahan pangan yang menggunakan pewarna non makanan dengan yang menggunakan pewarna makanan. Biasanya bahan pangan yang menggunakan pewarna non makanan memiliki warna yang sangat mencolok dan pekat dibandingkan dengan bahan pangan yang menggunakan pewarna alami ataupun pewarna buatan yang memang untuk digunakan pada bahan pangan. Selain itu, belum ditemukan cara yang sederhana dan praktis untuk mengidentifikasi jenis zat pewarna berbahaya atau tidak berbahaya yang ada pada bahan pangan.
Kesimpulan
Ilmu
kimia sangat berkaitan dengan segala hal dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring dengan perkembangan zaman
mengakibatkan terus berkembangnya ilmu kimia. Saat ini terdapat kajian kimia
kontekstual, yang dimana membahas mengenai isu atau kasus yang berkaitan dengan
kimia dalam kehidupan masyarakat yang menjadi perhatian masyarakat saat ini.
Terdapat banyak kasus yang dapat mejadi topik pembahasan mengenai kimia
kontekstual, salah satu diantaranya kasus mengenai kimia pangan yaitu maraknya
penggunaan zat formalin dan pewarna non makanan pada bahan pangan yang masih
menarik perhatian masyarakat hingga saat ini.
Daftar pustaka
Ardiansyah,
Ahmad Ali Irfan. 2013. Makalah Kimia
Pangan “Lemak Trans”. Jakarta : UIN Syarif Hidayahtullah. Dalam https://www.researchgate.net/publication/269693980_Artikel_Kimia_Pangan
(diakses pada 9 Oktober 2021)
Dadang.
2006. Cara Baru Kurangi Kadar Formalin.
Surabaya : ITS. Dalam https://www.its.ac.id/news/2006/03/22/cara-baru-kurangi-kadar-formalin/
(diakses pada 9 Oktober 2021)
Dewi,
Sinta Ratna. 2019. Identifikasi Formalin
Pada Makanan Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Naga. Makasar : Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK). Dalam https://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/6615/3843
(diakses pada 9 Oktober 2021)
Fardiaz,
Dedi. 2000. Kimia Dan Analisis Pangan
Dalam Perkembangan Perdagangan Global. Bogor : Departemen Teknologi Pangan
dan Gizi-IPB. Dalam https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51555/dedi%20fardiaz%20-%20001_full.pdf?sequence=3&isAllowed=y
(diakses pada 9 Oktober 2021)
Hidayat, Atep Afia.
2021. Kimia Kontekstual. Modul Kimia
dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta : Universitas Mercu Buana.
Juwita, Ratulangi.
2017. Kimia Dasar. Padang : STKIP
PGRI Sumatera Barat. Dalam http://repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/3855/1/Kimia%20Dasar-Ratulani.pdf
(diakses pada 9 Oktober 2021)
Sukesi. 2006. Tips Cara Menghilangkan Kadar Formalin. Jakarta : CNN Indonesia. Dalam https://youtu.be/pVkBfzxt-FQ (diakses 9 Oktober 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.