.

Senin, 09 November 2020

 INDUSTRI MAKANAN DAN PRODUK SAMPING

 

PEMANFAATAN SUMBER DAYA RUMPUT LAUT

Disusun oleh : Vanie Cahyani Rachmanindya (@R18-Vanie)

 

Industri Rumput Laut Indonesia: Lemah Di Sektor Industri HilirasasiABSTRAK

Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri yang berkembang sangat pesat di seluruh dunia, begitu pula di Indonesia. Berbagai jenis makanan dan minuman dengan tampilan yang menarik terus diproduksi demi meningkatkan daya tarik konsumen. Salah satunya yaitu rumput laut. Rumput laut yang dikenal dengan sebutan seaweed merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Keanekaragaman rumput laut di Indonesia merupakan yang terbesar dibandingkan dengan negara lain.  Rumput laut juga merupakan sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Banyak kegunaan dari rumput laut, selain dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman dan obat-obatan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, alginat dan karaginan merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Namun demikian, pemanfaatan rumput laut di Indonesia, terutama untuk keperluan industri dan kesehatan masih belum optimal. Sumber daya rumput laut di Indonesia perlu dikembangkan dalam rangka mendukung upaya mengahadapi krisis ekonomi global dan meningkatnya kasus gizi buruk di Indonesia.

Kata Kunci : rumput laut, pemanfaatan, industri, kesehatan

 

PENDAHULUAN

          Rumput laut atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan seaweed merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia yaitu sekitar 8,6% dari total biota di laut (Dahuri, 1998). Luas wilayah yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia (Wawa, 2005). Sehingga potensi rumpput laut inimasih perlu digali terus, dengan fakta bahwa tingginya keanekaragaman rumput laut di Indonesia. Produksi rumput laut Indonesia mencapai 4.305.027 ton (KKP, 2011) menunjukkan potensi yang baik untuk pengembangan dan pemanfaatan rumput laut.

            Rumput laut uga merupakan komoditas andalan nasional di sektor perikanan. Hal ini ditegaskan melalui kebijakan yang menempatkan rumput laut sebagai target komoditas utama yang diharapkan dapat meningkatkan perolehan devisa negara. Pemanfaatan rumput laut ini juga dapat memberikan pemanfaatan sumber daya dari aspek industri dan kesehatan, sehingga diharapkan dapat menambah keanekaragaman makanan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan dan memantapkan pemanfaatannya di bidang industri di Indonesia.

 

PERMASALAHAN

1. Potensi pengembangan sumber daya rumput laut di Indonesia dalam bidang industri

 

PEMBAHASAN

          Permintaan rumput laut mulai mengalami peningkatan sejak awal tahun 1980 untuk berbagai kebutuhan di bidang industri makanan, tekstil, kertas, cat, kosmetika dan farmasi. Menurut McHugh dan Lanier (1983). Dengan meningkatnya produksi rumput laut bisa dicapai dengan mengingat tingginya daya dukung teknis dan potensi kawasan pengembangan yang masih terbuka luas untuk dimanfaatkan. Dengan begitu Indonesia pun ikut bersaing dalam pemanfaatan rumput laut. Menurut Porter (1990), keunggulan daya saing suatu wilayah ditentukan oleh 4 faktor pokok dan faktor penunjang. Empat faktor pokok tersebut adalah kondisi faktor produksi, kondisi permintaan pasar, factor industri terkait dan industri pendukung, serta strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Sedangkan factor penunjangnya adalah peluang dan peranan pemerintah.

            Potensi rumput laut Indonesia yang sangat menjanjikan dan dapat menjadi komoditi yang bisa berperan dalam pergerakan kemajuan ekonomi nasional. l. Terbukti, Indonesia menjadi salah satu produsen terbesar rumput laut jenis Euchema Cotonii dan menguasai 50% pangsa pasar dunia untuk memenuhi permintaan pasar ekspor dari industri kosmetik dan farmasi. Namun demikian, produk yang diekspor 80% masih dalam bentuk bahan mentah yaitu rumput laut kering. Walaupun Indonesia telah memiliki upaya pemasaran dan budidaya rumput laut yang cukup berkembang namun belum diimbangi dengan pengembangan pengolahan yang memadai.

            Dengan adanya kegiatan industrialisasi rumput laut ditargetkan akan dapat meningkatkan diversifikasi produk yang bernilai tambah tinggi dan meningkatkan jumlah serapan tenaga kerja dan pendapatan pelaku usaha. Anggadiredja et al. (2006) dalam Rajagukguk (2009), memperkirakan kebutuhan dunia terhadap produk olahan rumput laut lima tahun ke depan akan meningkat. Dengan ini Indonesia diyakinkan mempunya ptensi dan peluang yang besar sejalan dengan area yang dimiliki oleh Indonesia. Dimana Indonesia mempunyai peluang memberikan kontribusi ekspor sebesar 80.000 ton atau sekitar 29,19%, sedangkan peluang kebutuhan dunia akan rumput laut jenis Gracilaria sp mencapai 116.000 ton, dimana Indonesia mempunyai peluang kontribusi sebesar 57.500 atau sekitar 49,57% (Cocon, 2012).

 

KESIMPULAN

            Indonesia memiliki peluang yang luas untuk pengembangan indutri rumput laut. Hal ini dapat dilihat dari potensi luas lahan, produksi dan produktivitas rumput laut, potensi permintaan yang semakin positif. Dukungan potensi Indonesia dapat menjadikan Indonesia sebagai produsen utama rumput laut dunia, juga dapat menjadikan rumput laut sebagai salah satu sumber devisa yang patut dikembangkan.

 

DAFTAR PUSTAKA  

 

Anggadiredja, J. T. (2007). Lokakarya Implementasi Program Berkelanjutan Sulawesi Selatan Menuju Sentra Rumput Laut Dunia. Prospek Pasar Rumput Laut Indonesia di Pasar Global.

Concon. (2020, November 7). Pendekatan Pembangunan Industri Rumput Laut Pada Sentral Produksi Budidaya. Retrieved from http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=889.

Dahuri, R. (1998.). Coastal Zone Management in Indonesia: Issues and Approaches. Journal of Coastal Development 1, No. 2. 97-112.

McHugh, D. J. (1983). The World Seaweed Industry and Trade, South China Sea Fisheries Development and Coordinating Programme Food Agriculture Organization of the United Nation, Manila. . ADB/FAO Market Studies Vol. 6. 30pp.

Perikanan., K. K. (2011). Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2011. Jakarta.: Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Porter, M. E. (1990). The Competitive Advantage of Nations. New York: The Free Press.

Rajagukguk, M. M. (2009). Analisis Daya Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional.

Wawa, J. E. (2020, November 7). Pemerintah Provinsi Harus Segera Menyiapkan. Retrieved from www.kompas.com.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.