Oleh : Rajib Fahmi (@S17-Rajib)
Abstrak :Terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah impor dan ekspor untuk komoditas apel di Indonesia. Jumlah impor buah apel jauh lebih besar dibanding dengan jumlah ekspor apel lokal. Hal ini mengakibatkan berlebihnya panen apel lokal di Indonesia, sehingga salah satu alternatif cara untuk mereduksi kelebihan apel lokal adalah dengan mengolah apel lokal yang berlebih tersebut menjadi cuka apel. Cuka apel bersifat anti septik yang mampu membunuh bakteri-bakteri dalam saluran pencernaan, memperbaiki metabolisme tubuh, memperlancar aliran darah untuk mengatasi toxemia alias keracunan dalam peredaran darah dan mencegah obesitas. Proses pengolahan cuka apel menggunakan Apel Anna, dengan proses fermentasi dua tahap; yaitu fermentasi glukosa dalam apel menjadi alkohol dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae. dan kemudian alkohol difermentasi menjadi asam asetat dengan bantuan bakteri Acetobacter aceti. Metode yang digunakan pada fermentasi ini adalah kombinasi fermentasi aerob dan anaerob. Pada penelitian ini dilakukan penambahan Saccharomyces cerevisiae dengan variasi 5 dan 7,5 gram. Variasi juga dilakukan pada penambahan gula dengan kadar 0%, 10%, dan 15%. Analisis kadar alkohol, kadar asam asetat, dan pH dilakukan 2 kali setiap seminggu selama 3 minggu masa inkubasi fermentasi aerob. Penentuan kadar alkohol dengan menggunakan Gas Chromatography, kadar asam asetat dengan titrasi asam-basa, dan penentuan pH dilakukan dengan pH meter. Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah perancangan produk cuka apel, penambahan ragi Saccharomyces cerevisiae dan penambahan gula yang tepat untuk mencapai kondisi optimal dan menentukan kadar alkohol, kadar asam asetat, dan pH dari produk cuka apel sebagai parameter optimasi proses fermentasi.
Keyword :Apple Vinegar Fuji, fermentation, pH, Alcohol.
Pendahuluan
Cuka apel adalah minuman yang dibuat dengan cara melumatkan apel dan memeras cairannya. Setelah cairan apel didapat, nantinya akan dimasukkan bakteri dan ragi untuk memulai proses fermentasi alkohol. Selain ragi, ditambahkan juga gula dalam cairan apel yang akan diubah menjadi alkohol. Dalam proses fermentasi kedua, alkohol diubah menjadi cuka oleh bakteri pembentuk asam asetat (acetobacter). Cuka yang diperoleh dari proses fermentasi panjang ini juga menyisakan komponen seperti asam asetat, asam gallic, katekin, dan lain-lain. Ini menjadikan cuka memiliki manfaat sebagai antioksidan serta antibakteri. Saat ini cuka, terutama cuka apel, mulai kembali dimanfaatkan oleh masyarakat dan dikonsumsi untuk menjaga kesehatan tubuh. Bahkan cuka apel dikabarkan bisa membantu pengobatan penyakit.
Metode permasalahan
Pembuatan Resep Cuka Apel
Jika kita mulai dari nol dan tidak menggunakan
kultur untuk mempercepat fermentasi alkohol menjadi cuka, cara terbaik adalah
memulai dengan ramuan yang mengandung kadar alkohol rendah (tidak lebih dari
5-10%) dan tidak menambahkan gula tambahan. .
Sari apel, anggur, jus buah fermentasi, atau
bir basi merupakan bahan awal yang sempurna. Mengenai sari buah apel, bisa
dimulai dengan sari apel segar atau sari apel keras. Sari apel segar
membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mengubah cuka karena pertama kali
difermentasi menjadi sari apel keras sebelum menjadi cuka.
1.Tuangkan cairan awal ke dalam gelas
atau mangkuk atau botol. Jika menggunakan kaca, cobalah untuk memilih
botol gelap. Fermentasi terjadi dalam kegelapan, jadi kitaa memerlukan wadah
gelap atau perlu menyimpan cairan di tempat yang gelap. Keuntungan dari botol
bening adalah bisa melihat apa yang terjadi saat memeriksa cuka, tapi
kita perlu membuatnya tetap gelap sepanjang sisa waktu.
2. Proses fermentasi membutuhkan udara,
namun kita idak ingin serangga dan debu masuk ke resep kta. Tutup mulut
botol dengan beberapa lapis kain katun tipis dan dikencangkan dengan karet gelang.
3. Tempatkan wadah di tempat yang gelap
dan hangat. Suhu yang di butuhkan adalah sekitar 60-80 ° F (15-27 ° C).
Fermentasi terjadi lebih cepat pada suhu yang lebih hangat. Lama waktu yang
diperlukan untuk mengubah alkohol menjadi asam asetat bergantung pada suhu,
komposisi bahan awal, dan ketersediaan bakteri asam asetat. Proses lambat
berlangsung dari 3 minggu sampai 6 bulan. Awalnya, bakteri akan mengoleksi
cairan, akhirnya membentuk lapisan agar-agar di atas bahan awal.
4. Bakteri membutuhkan udara untuk
tetap aktif, jadi sebaiknya hindari mengganggu atau mengaduk
campuran. Setelah 3-4 minggu, uji cairan dalam jumlah sedikit untuk
melihat apakah telah berubah menjadi cuka. Pertama, cium botol yang tertutup.
Jika cuka sudah siap, rasanya cuka seperti cuka yang kuat. Jika botol melewati
tes awal ini, bungkus kain katun tipis, ambil sedikit cairan, dan rasakan. Jika
cuka melewati uji rasa, sudah siap untuk disaring dan dibotolkan. Jika kita
tidak menyukai rasanya, ganti kain katun tipis dan biarkan larutannya didiamkan
lebih lama. Kita bisa mengeceknya mingguan atau bulanan jika belum siap.
Catatan: botol dengan keran di bagian bawah membuat tes rasa lebih mudah,
karena itu kita bisa mengeluarkan sedikit cairan tanpa mengganggu induk cuka
yang terbentuk di bagian atas wadah.
5. Sekarang kita siap untuk menyaring
dan memasukan botol cuka buatan kita. Saring cairan melalui saringan kopi
atau kain katun tipis. Jika berencana membuat lebih banyak cuka, jaga beberapa
bahan berlendir akan menempel pada saringan. Inilah induk Cuka dan bisa
digunakan untuk mempercepat produksi persediaan cuka masa depan. Cairan yang
terkumpulkan adalah cuka.
6. Karena cuka buatan sendiri biasanya
mengandung sedikit residu alkohol, kita mungkin ingin merebus cairan untuk
menghilangkan alkohol. selain itu Juga, mendidihkan cuka membunuh
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Ini juga sangat bisa digunakan pada
cuka yang baru disaring dan tidak dipasteurisasi. Cuka yang tidak
dipasteurisasi akan memiliki umur simpan yang lebih pendek dan harus
didinginkan.
7. Cuka yang tidak dipasteurisasi
(segar) dapat disimpan dalam toples atau botol yang disterilkan dan disegel di
kulkas selama beberapa bulan. Untuk memasteurisasi cuka, panaskan pada
suhu 170 ° F (77 ° C) dan pertahankan suhu selama 10 menit. Hal ini dapat
dicapai dengan mudah di dalam wadah panci, jika kita tidak punya panci di
kompor yang ada pantau suhunya. Cuka yang dipasteurisasi dapat disimpan dalam
wadah tertutup dan disterilkan selama beberapa bulan pada suhu kamar.
Hasil pembahasan
Manfaat
cuka apel:
1. - Membantu menurunkan berat badan
2. - Mengatur kadar gula dalam darah
3. - Mengatasi sembelit, maag, asam lambung, dan gangguan
pencernaan lain
4. - Manfaat cuka apel untuk diare
5. - Menjaga kesehatan jantung
6. - Untuk obat psoriasis alami
Efek
sampingnya jika berlebihan mengkomsumsi cuka apel:
- 1. - Memperlambat pengosongan perut
- 2. - Gangguan pencernaan
- 3. - Masalah gigi
- 4. - Kerongkongan terasa perih
- 5. - Menurunkan kadar gula darah
tata cara mengonsumsi manfaat cuka apel:
- Batasi asupan cuka apel Mulai dari dosis yang kecil secara bertahap. Maksimal 2 sendok (30ml) makan per hari atau tergantung toleransi tubuh masing-masing.
- Gunakan sedotan saat minum supaya tidak langsung kena gigi.
- Bilas mulut. Setelah mengonsumsi minuman mengandung cuka dari apel, berkumurlah. Atau untuk mencegah kerusakan enamel lebih lanjut, sikat gigi setelah 30 menit mengonsumsi larutan cuka apel.
- Hindari sari cuka apel jika memiliki gastroparesis, atau batasi jumlahnya tak lebih dari satu sendok teh (5 ml) saja dalam sehari.
Kesimpulan
- Cuka
apel adalah hasil fermentasi dari sari buah apel dan gula dengan bantuan
mikroorganisme saccharmyces cereviseae.
- Gula
yang digunakan pada praktikum ini berfungsi sebagai sumber
makanan(substrat)bagi mikroorganisme
DAFTAR PUSTAKA
kritik: menurut saya artikel ini cukup bagus namun seharusnya pada point efek samping mengonsumsi cuka apel secara berlebih di golongkan dipoint permasalahan
BalasHapussaran: sebaiknya dipahami terlebih dahulu
komentar: artikel ini sudah sangat bagus