.

Jumat, 14 Desember 2018

KIMIA HIJAU


Oleh : Sinta Anggraeni (@J2-Sinta)

Abstrak : Istilah kimia digunakan dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan struktur dan perubahan suatu materi. Perubahan tersebut pasti melibatkan energi sebagai sumbernya. Green chemistry merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya polusi karena dapat digunakan secara langsung oleh para ilmuwan dalam situasi sekarang.

Kata kunci : Kimia hijau, prinsip kimia hijau
Kimia hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap lingkungan termasuk manusia. Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan. (Dina, 2016)
Menurut Wikipedia, Sebagai sebuah filsafat kimia, kimia hijau berlaku pada kimia organikkimia anorganikbiokimiakimia analitik, dan bahkan kimia fisis. Sementara kimia hijau tampak berfokus pada terapan-terapan industri, sebenarnya ia berlaku juga pada sembarang cabang kimia. 

12 Prinsip Kimia Hijau (Green Chemistry):          
Paul Anastas dari United States Environmental Protection Agency dan John C. Warner mengembangkan 12 prinsip grreen chemistry yang berfungsi sebagai panduan pengaplikasian green chemistry dalam tindakan nyata. Green Chemistry: Theory and Practice (Oxford University Press: New York, 1998).
1.      Mencegah limbah: Mendesain sintesa kimiawi untuk mencegah limbah, tak meninggalkan limbah untuk ditindaklanjuti atau dibersihkan.
2.      Mendesain zat kimiawi dan produk kimiawi yang aman: Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya.
3.      Mendesain sintesa kimii yang tidak terlalu berbahaya: Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya
4.      Menggunakan bahan baku yang bisa diperbarui:  Menggunakan material dan bahan baku yang bisa diperbarui dari pada yang tidak bisa diperbarui. Bahan baku yang bisa diperbarui biasanya dibuat dari produk agrikultur atau merupakan limbah dari proses, sedangkan bahan baku yang tidak bisa diperbarui berasal dari fossil atau merupakan hasil tambang.
5.      Menggunakan pengkatalis, bukan bahan reaksi stoikometri: Meminimalkan limbah dengan reaksi katalik. Pengkatalis digunakan dalam jumlah kecil dan membawa sebuah reaksi tunggal kecil secara berulang beberapa kali. Pengkatalisi diutamakan dibandungkan dengan bahan reaksi stoikometri yang digunakan secara berlebih dan hanya bekerja sekali.
6.      Menghindari turunan kimiawi: Menghindari penggunaan grup penghambat atau pelindung atau perubahan sementara jika memungkinkan. Turunan menggunakan bahan reaksi tambahan dan menhasilkan limbah.
7.      Memaksimalkan ekonomi atom: Mendesain sintesa agar produk akhir mengandung proporsi maksimum dari materi awal yang digunakan. Kalau ada atom yang terbuang, sebaiknya hanya sedikit.
8.      Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang aman: Hindari penggunaan pelaruut, agen pemisahan, atau pelengkap kimia lain. Jika penting, gunakan zat kimia yang tidak berbahaya.
9.      Tingkatkan efisiensi energi: Jalankan reaksi kimia pada suhu  dan tekanan yang sesuai dengan lingkungan kapan pun bisa.
10.  Mendesain zat kimia dan produk yang dapat terurai setelah digunakan: Mendesain produk kimiawi yang terurai ke dalam zat yang tidak berbahaya setelah digunakan supaya tidak terakumulasi dalm lingkungan.
11.  Menganalisa dalam waktu sesungguhnya untuk mencegah polusi: Melakukan pemantauan dan pengontrolan waktu sesunggunya selama sintesa berlangsung untuk meminimalkan atau menghilangkan pembentukan limbah
12.  Meminimalkan potensi terjadinya kecelekaan: Mendesain zat kimia dan bentuknya untuk meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kimiawi termasuk ledakan, kebakaran, dan pelepasan ke dalam lingkungan.

Kesimpulan : Aplikasi Green Chemistry ini pun masih menyisakan suatu permasalahan tersendiri. Masyarakat yang tidak pikir panjang dengan mudah asal buang limbah. Maka dari itu, marilah kita mulai penelitian yang lebih berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan aspek green chemistry, agar generasi mendatang dapat hidup lebih baik.

Daftar pustaka :
Wikipedia. 2018. Kimia Hijau. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_hijau (Diakses pada 25 November 2018)

Mustafa, Dina. 2016. Kimia Hijau. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf (Diunduh 25 November 2018)

Anwar, Muslih. 2015. Kimia Hijau / Green Chemistry. Dalam http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=343 (Diakses pada 25 November 2018)

Tri, Susilo. 2011. Kimia Hijau. Dalam. http://chemistry35.blogspot.com/2011/06/green-chemistry.html (Diakses pada 25 November 2018)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.