Oleh : (Aris Akbar Setiawan, @ProyekK02, @K12-Aris)
Abstrak
Bayangkan jika di dunia ini tidak ada lagi bahan
bakar fosil. Apa yang akan digunakan untuk menyalakan mesin kendaraan Anda?
Bagaimana memasak makanan sehari-hari Anda? Apa yang membuat pembangkit listrik
dan industri dapat berjalan dengan baik? Kita membutuhkan biofuel – sumber
energi alternatif terbarukan yang terbuat dari minyak kelapa sawit.
Biofuel atau bahan bakar hayati
merupakan bahan bakar yang bahan bakunya terbuat dari tumbuh-tumbuhan
(disebut Bahan Bakar Nabati/BBN),
misalnya biodiesel terbuat dari minyak
sawit, dan ada 40 jenis tanaman lain, danyang
dikembangkan sekarang ini adalah tanaman jarak. Bioethanol terbuat dari tanaman
singkong, jagung, atau pati-patian. Biofuel bermanfaat, a.l. Dapat
menggantikan minyak tanah (Biooil), dapat menggantikan
Solar (Biodiesel), dan dapat menggantikan premium (Bioethanol).Untuk mencapai
kwalitas produksi yang terbaik, BPPT telah mengembangkan tahapan mulai dari
Lab,sampai ke proses produksi hingga kepada pengecekan produk, yang akhirnya
mengeluarkan standar produksi yang disebut Standar Nasional. Saat ini, Standar
Nasional untuk Bioediesel dan Bioethanolsudah ada, dan untuk Standar Nasional
Biooil masih dalam proses. Produk Biodiesel dan Bioethanol yang sudah memenuhi
standar telah siap digunakan. Standar Nasional ini berguna untuk bisnis.
Kata kunci : Biofuel, pemanfaatan
Apakah biofuel merupakan alternatif energi yang tepat?
Dunia telah mengalami mencairnya permukaan es, meningkatnya suhu udara dan
terjadinya bencana alam. Ilmuwan mengemukakan bahwa salah satu alasan utama perubahan iklim yang drastis ini adalah akibat konsumsi bahan bakar
fosil yang berlebihan dan terlepasnya gas rumah kaca ke atmosfir yang menipis.
Menurut Departemen Energi Amerika, biofuel seperti ethanol menghasilkan karbon dioksida
hingga 48 persen lebih sedikit daripada bensin konvensional sementara
penggunaan biodiesel hanya melepaskan seperempat jumlah karbon dioksida yang
dikeluarkan diesel konvensional. Hal ini menjadi pilihan yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Tidak seperti bahan lain yang tak terbaharui, biofuel dapat diproduksi
terus-menerus karena kita selalu dapat menanam lebih banyak tanaman untuk
menjadi bahan bakar. Terlebih lagi komunitas ilmuwan telah menunjukkan tingkat
produktivitas tanaman nabati yang lebih tinggi dapat menangani beberapa masalah
deforestasi yang erat kaitannya dengan biofuel. Oleh karena itu minyak kelapa
sawit yang memiliki hasil panen tertinggi di antara tanaman nabati lainnya
diyakini menjadi bahan baku paling ekonomis untuk biodiesel. Siklus hidup pohon
kelapa sawit 30 tahun juga berarti nilai penyerapan karbon yang dilepaskan ke
atmosfer tinggi.
Pada masa yang akan datang mungkin tak ada lagi bahan bakar fosil dan kita
dapat menggunakan biofuel sebagai sumber energi alternatif yang aman dan
terbarukan.
Energi biomassa dari Limbah
Penggunaan
limbah biomassa untuk memproduksi energi mampu mengurangi berbagai permasalahan
manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, serta
mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah laporan
yang menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk memberikan
kontribusi bagi pengurangan pemanasan global. Laporan itu menyimpulkan bahwa
pada tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak tersedia dari biomassa, 46% dari
limbah bio: limbah padat perkotaan, residu pertanian, limbah peternakan, dan
aliran limbah terbiodegradasi yang lain.
Tempat
penampungan akhir sampah menghasilkan sejumlah gas karena limbah yang dipendam
di dalamnya mengalami pencernaan anaerobik. Secara kolektif gas-gas ini dikenal sebagai landfil gas (LFG) atau
gas tempat pembuangan akhir sampah. Landfill gas bisa dibakar baik secara
langsung untuk menghasilkan panas atau menghasilkan listrik bagi konsumsi
publik. Landfill gas mengandung sekitar 50% metana, gas yang juga terdapat di
dalam gas alam.
Biomassa
bisa berasal dari limbah materi tanaman. Gas dari tempat penampungan kotoran
manusia dan hewan yang memasuki atmosfer merupakan hal yang tidak diinginkan
karena metana adalah salah satu gas rumah kaca yang potensil pemanasan
globalnya melebihi karbondioksida. Frank Keppler dan Thomas Rockmann menemukan
bahwa tanaman hidup juga memproduksi metana CH4.
Bahan bakar berbentuk cair bagi transportasi
Sebagian besar bahan bakar transportasi berbentuk cairan, sebab berbagai
kendaraan biasanya membutuhkan kepadatan energi yang
tinggi. Kendaraan biasanya membutuhkan kepadatan kekuatan yang
tinggi yang bisa disediakan oleh mesin pembakaran dalam. Mesin ini
membutuhkan bahan bakar pembakaran yang bersih untuk menjaga kebersihan mesin
dan meminimalisir polusi udara. Bahan bakar yang lebih mudah dibakar
dengan bersih biasanya berbentuk cairan dan gas. Dengan begitu
cairan (serta gas-gas yang bisa disimpan dalam bentuk cair) memenuhi
persyaratan pembakaran yang portabel dan bersih. Selain itu cairan dan gas bisa
dipompa, yang
berarti penanganannya mudah dimekanisasi, dan dengan begitu tidak membutuhkan
banyak tenaga.
Biofuel Generasi Pertama
1.
Minyak Sayur
Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar; kualitas dari
minyak dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur dapat
digunakan dalam mesin diesel yang tua (yang dilengkapi dengan sistem injeksi tidak langsung, tetapi hanya dalam iklim yang hangat. Dalam banyak kasus, minyak
sayur dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel, yang dapat digunakan
kebanyakan mesin diesel bila dicampur dengan bahan bakar diesel konvensional. MAN B&W Diesel, Wartsila dan Deutz AG menawarkan mesin yang
dapat digunakan langsung dengan minyak sayur. Minyak sayur bekas yang diproses
menjadi biodiesel mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan
dari air dan partikel dan digunakan sebagai bahan bakar.
2.
Biodiesel
Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa. Biodiesel diproduksi
dari minyak atau lemak menggunakan transesterifikasi
dan merupakan cairan yang komposisinya mirip dengan diesel mineral. Nama
kimianya adalah methyl asam lemak (atau ethyl) ester (FAME). Minyak
dicampur dengan sodium hidroksida dan methanol (atau ethanol_ dan reaksi kimia
menghasilkan biodiesel (FAME) dan glycerol. 1 bagian glycerol
dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel.
Biodiesel dapat digunakan di setiap mesin diesel kalau dicampur dengan diesel mineral. Di beberapa negara produsen
memberikan garansi untuk penggunaan 100% biodiesel. Kebanyakan produsen
kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15%
yang dicampur dengan diesel mineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran
biodiesel 5% banyak digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan bakar.
Di AS, lebih dari 80% truk komersial dan bis kota beroperasi menggunakan
diesel. Oleh karena itu penggunaan biodiesel AS bertumbuh cepat dari sekitar 25
juta galon per tahun pada 2004 menjadi 78 juta galon pada awal 2005. Pada akhir
2006, produksi biodiesel diperkirakan meningkat empat kali lipat menjadi 1
miliar galon.
3.
Bioalkohol
Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah ethanol, dan
yang kurang umum adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi mikroorganisme
dan enzym melalui fermentasi gula atau starch,
atau selulosa. Biobutanol seringkali dianggap
sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.
Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, butanol, etanol)
dan eksperimen modifikasi dari proses tersebut memperlihatkan potensi yang
menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol sebagai produk cair. Butanol
dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar
"langsung" dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi
mesin). Dan lebih tidak menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air
dibanding ethanol, dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada.
Dupont dan BP bekerja sama untuk
menghasilkan butanol.
Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum
di dunia, terutama bahan bakar etanol di Brazil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara
fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum, jagung, bit gula, tebu, molasses dan
gula atau amilum yang dapat dibuat pembuatan alkohol (seperti kentang dan sisa buah, dll).
Produksi etanol menggunakan digesti enzim untuk
menghasilkan gula dari amilum, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan
(seringkali menggunakan gas alam).
Produksi etanol selulosa
menggunakan tanaman non-pangan atau produk sisa yang tak
bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus makanan.
Memproduksi etanol
dari selulosa
merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian
masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan proses digestif yang
lamban untuk memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam laboratorium ethanol selulosik,
banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan
menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.
Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan teknik
genetika DNA rekombinan yang mencoba untuk mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih
cepat dari alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke
alam, tumbuh secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya
menyebabkan kerusakan struktur seluruh tanaman, yang
dapat mengakhiri produksi oksigen yang dilepaskan oleh proses fotosintesis tumbuhan.
Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin; ethanol
dapat dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin
bensin dapat beroperasi menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin.
Bensin dengan ethanol memiliki angka oktan yang lebih
tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.
Bahan bakar ethanol memiliki BTU yang lebih rendah,
yang berarti memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan perjalan
dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar
dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegah pra-ignisi yang merusak
(knocking).
Ethanol sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, alumunium,
dan ruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan bahan
bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan pesawat. Untuk campuran
ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu dimodifikasi.
Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin,
oleh karena itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal,
meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk mengantar ethanol
ke konsumen.
Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan bakar fleksibel,
yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan
100% bioethanol.
Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar ethanol dapat tercampur setelah
proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan
bakar ethanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan,
menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada karburator dan komponen dari besi).
4. Biogas
Biogas
diproduksi dengan proses digesti anaerobik dari bahan organik oleh anaerobe. Biogas
dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau menggunakan tanaman energi yang
dimasukan ke dalam pencerna anaerobik untuk menambah gas yang dihasilkan. Hasil sampingan, digestate, dapat digunakan
sebagai bahan bakar bio atau pupuk.
Biogas
mengandung methane dan dapat
diperoleh dari digester anaerobik industri dan sistem pengolahan biologi mekanik. Gas sampah adalah sejenis biogas
yang tidak bersih yang diproduksi dalam tumpukan sampah melalui
digesti anaerobik yang terjadi secara alami. Bila gas ini lepas ke atmosfer, gas
ini merupakan gas rumah kaca.
Oils and
gases can be produced from various biological wastes:
- Thermal depolymerization of waste can extract methane and other oils similar to petroleum.
- GreenFuel Technologies Corporation developed a patented bioreactor system that uses nontoxic photosynthetic algae to take in smokestacks flue gases and produce biofuels such as biodiesel, biogas and a dry fuel comparable to coal.
5. Biofuel
Padat
Biogas
diproduksi dengan proses digesti anaerobik dari bahan organik oleh anaerobe. Biogas
dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau menggunakan tanaman energi yang
dimasukan ke dalam pencerna anaerobik untuk menambah gas yang dihasilkan. Hasil sampingan, digestate, dapat
digunakan sebagai bahan bakar bio atau pupuk.
Biogas
mengandung methane dan dapat
diperoleh dari digester anaerobik industri dan sistem pengelolaan biologi mekanik. Gas sampah adalah sejenis biogas
yang tidak bersih yang diproduksi dalam tumpukan sampah melalui
digesti anaerobik yang terjadi secara alami. Bila gas ini lepas ke atmosfer,
gas ini merupakan gas rumah kaca.
Oils and
gases can be produced from various biological wastes:
- Thermal depolymerization of waste can extract methane and other oils similar to petroleum.
- GreenFuel Technologies Corporation developed a patented bioreactor system that uses nontoxic photosynthetic algae to take in smokestacks flue gases and produce biofuels such as biodiesel, biogas and a dry fuel comparable to coal.
6. Syngas
dihasilkan oleh kombinasi proses pyrolysis, kombusi, dan gasifikasi.
Bahan bakar bio dikonversi menjadi karbon
monoksida dan energi melalui pyrolysis. Masukan oksigen terbatas diberikan
untuk mendukung kombusi. Gasifikasi mengubah materi organik menjadi hidrogen
dan karbon monoksida. Campuran gas yang dihasilkan, syngas, adalah bahan bakar.
Biofuel generasi kedua
Para pendukung biofuel mengklaim telah memiliki solusi yang lebih baik untuk
meningkatkan dukungan politik serta industri untuk, dan percepatan,
implementasi biofuel generasi kedua dari sejumlah tanaman yang tidak digunakan
untuk konsumsi manusia dan hewan, di antaranya cellulosic biofuel.Proses produksi biofuel generasi kedua bisa menggunakan berbagai tanaman yang
tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan yang diantaranya adalah limbah
biomassa, batang/tangkai gandum, jagung, kayu, dan berbagai tanaman biomassa
atau energi yang spesial (contohnya Miscanthus). Biofuel generasi
kedua (2G) menggunakan teknologi biomassa ke cairan,
diantaranya cellulosic biofuel dari tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi
manusia dan hewan.
Sebagian besar biofuel generasi kedua sedang dikembangkan seperti biohidrogen, biometanol, DMF, Bio-DME, Fischer-Tropsch diesel,
biohydrogen diesel, alkohol campuran dan diesel kayu. Produksi cellulosic ethanol
mempergunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan
hewan atau produk buangan yang tidak bisa dimakan. Memproduksi etanol dari
selulosa merupakan sebuah permasalahan teknis yang sulit untuk dipecahkan.
Berbagai hewan ternak pemamah biak (seperti sapi) memakan rumput lalu
menggunakan proses pencernaan yang berkaitan dengan enzim yang lamban untuk
menguraikannya menjadi glukosa (gula). Di dalam labolatorium cellulosic
ethanol, berbagai proses eksperimen sedang dikembangkan untuk melakukan hal
yang sama, lalu gula yang dihasilkan bisa difermentasi untuk menjadi bahan
bakar etanol. Para ilmuwan juga sedang bereksperimen dengan sejumlah organisme
hasil rekayasa genetika penyatuan kembali DNA yang mampu meningkatkan potensi biofuel seperti pemanfaatan tepung rumput Gajah
(Panicum virgatum).
Jerami tanaman minyak biji Rapa sebagai salah satu sumber energi alternatif
penting dimasa depan. Jerami minyak biji Rapa kebanyakan tidak lagi digunakan
petani, hanya sebagai kompos dan tempat tidur hewan ternak. Tetapi dengan
memanfaatkan jerami minyak biji Rapa akan menghasilkan energi alternatif
Biofuel terbarukan. Ilmuwan dari Institute of Food Research mencari cara,
bagaimana mengubah jerami dari minyak biji Rapa menjadi energi alternatif
biofuel. Penemuan awal menunjukkan bagaimana proses pembuatan biofuel bisa
diproduksi lebih efisien, serta bagaimana meningkatkan produksi jerami minyak
biji Rapa dapat ditingkatkan. Jerami dari tanaman seperti gandum, barley, dan
minyak biji Rapa dipandang sebagai sumber potensial energi
biomassa untuk meningkatkan produksi biofuel generasi kedua.
Setidaknya produksi di Inggris mencapai sekitar 12 juta ton jerami minyak biji
Rapa. Dalam kenyataannya, minyak biji Rapa banyak digunakan untuk tempat tidur
hewan ternak dan kompos dan pembangkit energi. Jerami berisi campuran gula yang
dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif biofuel, dimana dalam
penggunaannya tidak bersaing dengan produksi pangan melainkan merupakan solusi
berkelanjutan dalam hal pemanfaatan limbah. Gula yang ada pada jerami tidak
dapat diakses oleh enzim yang membebaskannya agar dapat dikonversi menjadi
energi alternatif biofuel, sehingga perawatan sebelum pengelolaan jerami akan
sangat diperlukan.
Daftar Pustaka
Wikimedia. 2018. Bahan Bakar Hayati. https://id.wikipedia.org/wiki/Serbuk_gergaji (diakses 23 September 2018)
Teo Elizabeth dan Dalmia Anirudh. 2017. Biofuel
Sumber Energi Alternatif. https://www.smart-tbk.com/biofuel-sumber-energi-alternatif/
(diakses 23 september 2018)
Almendah. 2014. 8 Sumber Energi
Terbarukan Di Indonesia. https://alamendah.org/2014/09/09/8-sumber-energi-terbarukan-di-indonesia/ (Diakses
23 September 2018)
Zuhra. 2017. Biofuel dari jagung lebih besar biaya dari manfaatnya. https://tirto.id/biofuel-dari-jagung-lebih-besar-biaya-dari-manfaatnya-csAP
(23 September 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.