.

Minggu, 23 September 2018

BIOETANOL, ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN

Oleh : Natalia Esteriani Kambey (K17-Natalia)

Abstrak
Pada saat ini, kebutuhan bahan bakar untuk keperluan transportasi semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Sehingga, semakin hari energi dari bahan bakar fosil semakin menipis. Solusinya adalah memanfaatkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan yaitu bioetanol. Bioetanol adalah salah satu energi alternatif pengganti minyak bumi. Bahan untuk membuat bioetanol yaitu dari tanaman yang artinya Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi alternatif bioetanol.


Kata kunci : energi alternatif, bioetanol

Pendahuluan
Indonesia yang semula adalah net-exporter di bidang bahan bakar minyak (BBM) kini telah menjadi net-importer  BBM sejak tahun 2000. Hal ini sungguh ironis karena terjadi saat harga minyak dunia tidak stabil dan cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 lalu, produksi BBM Indonesia hanya mencapai sekitar 290 juta barel dan pemerintah melakukan impor minyak sebanyak 91,4 juta barel pada tahun yang sama untuk memenuhi BBM dalam negeri. Dengan harga minyak dunia per barel mencapai USD 90,45. Dengan kata lain, pemerintah harus mengeluarkan Rp 197 miliar per hari (Ditjen MIGAS, 2011). Hal ini menyebabkan harga BBM dalam negeri yang terus meningkat.
Melihat kondisi ini, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM (Prihandana, 2007). Kebijakan tersebut telah menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui seperti bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM.  

Pembahasan dan Solusi
Berdasarkan kebijakan pemerintah tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan sumber energi alternatif yang memiliki potensi berkembang di Indonesia seperti bioetanol.
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (selulosa) menggunakan bantuan mikroba. Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung selulosa, dilakukan melalui proses konversi lignoselulosa menjadi selulosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis fisik, kimia, dan biologi (Khairani, 2007). Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %.
Menurut Dr. Ir. Arif Yudiarto, periset di Balai Besar Teknologi Pati. Ada 3 kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak, malapari, dan nyamplung), bergula (tetes tebu atau molase, nira aren, nira tebu nira surgum manis) dan serat selulosa (batang sorgum, batang pisang, jerami, kayu, dan bagas).
Sehingga, Indonesia berpotensi sebagai produsen bioetanol terbesar di dunia karena semua bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi bioetanol ada di Indonesia.
Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan  bakar dengan kandungan minimal 10 % etanol (Seftian dkk., 2012). Biaya produksi bioetanol tergolong murah karena sumber bahan baku berasal dari limbah pertanian yang memiliki nilai ekonomis yang rendah (Novia dkk., 2014).

Kesimpulan
Untuk mengatasi persoalan bahan bakar fosil yang semakin menipis, Indonesia harus lebih menyadari energi alternatif yang sangat berpotensi di Indonesia yaitu bioetanol. Bioetanol ini bersifat ramah lingkungan sehingga mengurangi polusi udara, ekonomis, dan bisa dibaharui sehingga mengatasi banyak persoalan yang ada.

Daftar Pustaka :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.