.

Sabtu, 25 Agustus 2018

INOVASI INDUSTRI HIJAU

Nurring Tyas
@G33-NURRING
@PROYEK G08 

                 
                Untuk mengantisipasi semakin meningkatnya eksploitasi sumber daya alam sebagai bahan baku industri, pemerintah mendorong kepada dunia usaha untuk melakukan penghematan dan melakukan subsitusi bahan baku yang mudah diperbarui. 
                   Menurut Airlangga (2016) bahwa penerapan prinsip industri hijau melalui efisiensi produksi dan peningkatan efektivitas penggunaan sumber daya alam, akan meningkatkan kinerja dan pertumbuhan sektor industri.
                   Menurut FFS (2016) bahwa berbagai peluang bisnis bidang lingkungan dengan penerapan industri hijau,antara lain dibidang :
1.      Efisiensi energi :

a.    Energi terbarukan, yaitu pembangkit listrik / panas dengan sumber energi dari matahari, angina, biomassa, panas bumi / sumber daya hidro.
b.    Produksi cleaner, yaitu meminimalkan limbah dan emisi dari proses industri dan memaksimalkan keluaran produk.
c.    Carbon finance, yaitu menyangkut keuangan karbon yang menyediakan sumber daya keuangan untuk proyek – proyek / program yang berhasil mengurangi GRK yang diverisikasdi dan dijual dipasar carbon global.
d.   Rantai pasok berkelanjutan,yaitu menyangkut pengolahan isu lingkungan dan soaial diseluruh rantai pasok danj menggabungkan standar keberlanjutan antara off- taker dan pemasok, sekaligus memaksimalkan output produk,serta menyediakan akses untuk membiayai pemasok kecil.

2.      Daur ulang limbah :
3.      Pemurnian material
4.      Konsultan limbah
5.      Penelitian limbah
6.      Pengangkutan limbah
7.      Peralatan penanganan limbah
8.      Penyewaan lahan untuk mengelola limbah
9.      Pengolahan air limbah
10.  Konsultan lingkungan dan energy
11.  Penyedia jasa energy (menawarkan dari desain, pelaksanaan proyek – proyek penghematan energy, infrastruktur energy, pasokan energfi dan manajemen risiko).

                   Potensi penelitian dan pengembangan berbasis Industri Hjau :
1.      Penggunaan Material Input
Mencari alternatif bahan baku/penolong dengan memperhatikan aspek lingkungan (penggunaan bahan hemat energi dan air), aspek ekonomis (sustain, shiping, kompetitif dari harga dan kualitas), serta aspek kesehatan.
2.      Material handling dan inventory yang tepat
Menjaga kualitas bahan baku pada saat handling maupun penyimpanan
3.      Selektif dalam Pemilihan Bahan Baku & Penolong
-          Mengoptimalkan rasio produk
-          Mengurangi resiko produk dengan kualitas di luar spec yang diinginkan
4.      Rekayasa Teknologi
-          Melakukan modifikasi peralatan yang digunakan saat ini
-          Mengganti dengan mesin baru yang lebih efisien
5.      Rekayasa Proses
-          Pemanfaatan energi panas buangan (ekses gas) untuk proses pre-heating
-          Optimalisasi pemakaian air sisa proses produksi sebagai air coolant, umpan boiler, make up water untuk proses.
6.      Pemanfaatan Limbah padat yang masih memiliki nilai kalor tinggi sebagai RDF (Refuse-derived
-          Penggunaan plastik dan kertas
7.      Pemilahan terhadap limbah hasil proses yang masih dapat digunakan sebagai energi maupun bahan baku industri lain
-          Penggunaan cangkang kelapa sawit sebagai biomass
-          Pembuatan Biodiesel dari limbah rumah tangga


( Diunduh pada 25 / 08 / 2018 )
6. Hidayat, Atep Afia, dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri, dan Teknologi Hijau. Jakarta : Pantona Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.