Abstrak :
Berbeda
dengan plastik pada umumnya yang dibuat dari bahan dasar minyak bumi seperti
petroleum, gas alam dan batu bara. Plastik biodegradable ini
terbuat dari selulosa, kolagen, protein, lipid, ataupun chitosan yang diambil
dari ekstraksi tanaman dan hewan. Plastik biodegradable ini
berbahan dasar tepung, seperti tepung singkong, kentang, dan beras, yang dapat
diurai oleh alam menjadi CO2 dan biomassa lainnya dengan bantuan
mikroorganisme. Sebagai perbandingan, plastik biasa membutuhkan
waktu sekitar 50-100 tahun untuk terurai oleh alam. Sementara plastik biodegradable ini
dapat terurai lebih cepat. Untuk sebuah kantong plastik misalnya, dapet terurai
dalam hitungan bulan, tergantung dari material dasar yang digunakan. Namun
penggunaan plastik biodegradable masih sangat jarang
menyebabkan harganya relatif mahal dibanding plastik konvensional. Memang
membutuhkan kerja sama dengan banyak pihak, termasuk kesadaran masyarakat untuk
menjaga lingkungan dnegan mengurangi penggunaan plastik konvensional.
Pendahuluan :
Kimia hijau dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan
lestari dan berkelanjutan, setidaknya ada tiga bidang utama. Pertama, teknologi
energy terbarukan yang akan menjadi pilar utama dari peradaban teknologi tinggi
yang berkelanjutan (Collins, 2001). Dalam hal ini ahli kimia dapat
berkontribusi antara lain dalam pengembangan konversi energy matahari menjadi energy
kimia dan energy listrik. Kedua, reagen yang digunakan oleh inddustri kimia ,
yang masih sebagian besar bersumber dari minyak bumi, harus mulai digantikan
oleh sumber yang terbarukan. Hal itu untuk mengurangi ketergantungan pada
sumber karbon yang berasal dari fosil. Ketiga, perlu ada teknologi alternative pengendalian
polusi yang lebih mumpuni (Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017)
Peningkatan jumlah penduduk akan menambah penggunaan
sumberdaya alam dan energi secara besar-besaran yang berakibat terciptanya
sampah yang menumpuk dalam jumlah sangat besar. Pada tahun 2008, produksi
tahunan berbahan polimer mencapai 180 juta ton, dengan rata-rata konsumsi
plastik per kapita di negara-negara maju berkisar 80-100 kg per tahun
(Gonzalez-Gutierrez, 2010).
Peningkatan yang cepat dalam produksi dan konsumsi plastik
telah menyebabkan masalah serius terhadap sampah plastik, sehingga para ahli
menyebutnya white pollution, yaitu bagaimana pencemaran ini diakibatkan oleh
polutan putih (asap) terutama terdiri dari kantong plastik, gelas plastik, dan
bahan plastik lainnya (Avella, 2009; David Plackett, 2003).
Plastik banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari umumnya
berupa poliolefin (polietilen, polipropilen) karena mempunyai
keunggulan-keunggulan seperti kuat, ringan dan stabil, namun sulit terombak
oleh mikroorganisme dalam lingkungan sehingga menyebabkan masalah lingkungan
yang sangat serius (Gonzalez-Gutierrez, 2010).
Dalam memecahkan masalah sampah plastik dilakukan beberapa
pendekatan seperti daur ulang, teknologi pengolahan sampah plastik, dan
pengembangan bahan plastik baru yang dapat hancur dan terurai dalam lingkungan
yang dikenal dengan sebutan plastik biodegradabel. Plastik biodegradabel
dirancang untuk memudahkan proses degradasi terhadap reaksi enzimatis
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur (Avella, 2009).
Plastik Biodegradable
Istilah “Biodegradable” diartikan sebagai kemampuan
komponen-komponen molekuler dari suatu material untuk dipecah menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil oleh mikroorganisme hidup, sehingga zat karbon
yang terkandung dalam material tersebut akhirnya dapat dikembalikan kepada
biosfer.
Menurut Pranamuda (2001), plastic bidegradable adalah plastic
yang dapat digunakan layaknya seperti plastic konensional, namun akan hancur
terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjad hasiil akhir air dan gas
karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan. Karena
sifatmya yang dapat kembali kea lam, maka plastic biodegradable merpupakan
bahan plastic yang ramah terhadap lingkungan.
Secara umum kemasan biodegradable diartikan sebagai film
kemasan yang dapat diatur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Menurut
Griffin (19940, plastic biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi
tertentu, waktu tertentu mengalami perubahan dalam kondisi tertentu, waktu
tertentu mengalami perubahan dalam struktur
kimianya, yag mepengaruhi sifat-sifat yang dimilikinya oleh pengaruh
mikroorganisme (bakteri, jamur, alga). Sedangkan menurut Seal (1994), kemasan plastic
biodegradable adalah suatu material polimer yang berubah ke dalam senyawa berat
molekul rendah dimana paling sedikit satu tahap pada proses degradasinya
melalui metabolism organisme secara alami.
Menurut Coniwanti, Pamilia dkk. (2014), saat ini, biopolimer
banyak diteliti untuk menghasilkan film (plastik) yang dapat menggantikan
keberadaan plastik sintetik. Terdapat tiga kelompok biopolimer yang menjadi
bahan dasar dalam pembuatan film kemasan biodegradable, yaitu :
- Campuran biopolimer dengan polimer sintetis : film jenis ini dibuat dari campuran granula pati (5 – 20 %) dan polimer sintetis serta bahan tambahan (prooksidan dan autooksidan). Komponen ini memiliki angka biodegradabilitas yang rendah dan biofragmentasi sangat terbatas.
- Polimer mikrobiologi (poliester): Biopolimer ini dihasilkan secara bioteknologis atau fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes. Berbagai jenis ini diantaranya polihidroksi butirat (PHB), polihidroksi valerat (PHV), asam polilaktat dan asam poliglikolat. Bahan ini dapat terdegradasi secara penuh oleh bakteri, jamur dan alga. Tetapi karena proses produksi bahan dasarnya yang rumit mengakibatkan harga kemasan biodegradable ini relatif mahal.
- Polimer pertanian: biopolimer ini tidak dicampur dengan bahan sintetis dan diperoleh secara murni dari hasil pertanian. Polimer pertanian ini diantaranya selulosa (bagian dari dinding sel tanaman), kitin (pada kulit Crustaceae) dan pullulan (hasil fermentasi pati oleh Pullularia pullulans). Polimer ini memiliki sifat termoplastik, yaitu mempunyai kemampuan untuk dibentuk atau dicetak menjadi film kemasan. Kelebihan dari polimer jenis ini adalah ketersediaan sepanjang tahun (renewable) dan mudah hancur secara alami (biodegradable). Polimer pertanian yang potensial untuk dikembangkan antara lain adalah pati gandum, pati jagung, kentang, casein, zein, consentrate whey dan soy protein
- Ardiansyah, Ryan. 2011. Pemanfaatan Umbi Garut untuk Pembuatan Plastik Biodegradable
- Theresia, Valentina. 2003. Aplikasi dan karakteristik sifat fisik mekanik plastik biodegradable dari campuran LLDPE dan Tapioka
- Gonzalez-Gutierrez. 2011. Effect of processing on the viscoelastic, tensile and optical properties of albumen/starch-based bioplastics. Carbohydrate Polymers. 84: 308-31
- Avella, M. e. 2005. Eco-challenges of bio-based polymer composites. Materials,2, 911-925
- Seal, K.J..1994. Test Methods and Standards for Biodegradable Plastic.
- Kumoro, Andri Cahyo dan Aprilina Purbasari. 2014. Sifat Mekanik dan Morfologi Plastik Biodegrabdale dari Limbah Tepung Nasi Aking dan Tepung Tapioka Menggunakan Gliserol sebagai Plasticizer
- Coniwanti, Pamilia, Linda Laila, dan MArdiyah Rizka Alfira. 2014. Pembuatan Film Plastik Biodegredabel dari pati jagung dengana penambahan kitosan dan pemplastis gliserol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.