Gula
adalah suatu karbohidrat sederhana
yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak
diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan
untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau
minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari
sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan
oleh sel.
Gula
sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, dan aren. Meskipun
demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.
Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung,
juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa.
Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti
dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan). Beberapa gula misalnya
glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa,dan laktosa mempunyai sifat fisik dan kimia
yang berbeda-beda misalnya dalam hal rasa manisnya, kelarutan didalam air, daya
pembentukan karamel jika dipanaskan dan pembentukan kristalnya.
Fungsi Gula
Fungsi-fungsi
gula dalam produk antara lain: sebagai bahan penambah rasa dan sebagai bahan
perubah warna kulit produk.
Ada
tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula ditentukan oleh ada tidaknya
gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Gugus hidroksil yang reaktif
pada glukosa (aldosa) biasanya terletak pada karbon nomor satu (anomerik),
sedangkan pada fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya terletak pada karbon
nomor dua.
Sukrosa
tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling
terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas pada atom C no. 1 pada gugus
glukosanya. Karena itu, laktosa bersifat pereduksi sedangkan sukrosa bersifat
nonpereduksi.
Sukrosa
adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan
makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa kopyor.
Untuk industri-industri makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kristal
halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan
sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan
dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan
fruktosa, yang disebut gula invert . Inversi sukrosa terjadi dalam
suasana asam. Gula invert ini tidak dapat berbentuk kristal karena kelarutan
fruktosa dan glukosa sangat besar .
Pabrik Gula (PG) mempunyai fungsi utama untuk memisahkan gula, dalam hal
ini sukrosa, dan bukan gula yang ada di batang tebu kemudian mengkristalkan
sukrosa tersebut sehingga dihasilkan produk gula pasir atau gula SHS. Pada
proses pengolahan gula di Pabrik Gula, nira tebu diberi treatment fisis dan
khemis secara bergantian atau terkadang bersama dengan mempertimbangkan sifat
sukrosa dan fungsi setiap perlakuan. Salah satu treatment khemis adalah
penggunaan bahan kimia pembantu proses di beberapa stasiun di Pabrik Gula.
Kelebihan gula dapat mengakibatkan
sejumlah konsekuensi kesehatan yang antara lain:
- Gula dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh Anda dan merusak pertahanan Anda melawan penyakit karena
infeksi.
- Gula dapat meningkatkan level
glukosa darah puasa dan dapat menyebabkan hipoglikemia reaktif.
- Gula dapat menyebabkan
peningkatan cukup berarti pada kolesterol total, trigliserida dan
kolesterol jahat, serta penurunan dalam kolesterol baik.
- Gula dapat menyebabkan penuaan
dini.
- Gula dapat menyebabkan
obesitas.
- Gula dapat menyebabkan air liur
Anda menjadi lebih asam, menyebabkan kerusakan gigi.
- Gula dapat menyebabkan penyakit
gusi.
- Gula menyebabkan tekanan darah
tinggi pada orang-orang gemuk.
- Gula meningkatkan resiko
polio.
- Pengurangan konsumsi gula dapat
meningkatkan stabilitas emosional.
- Gula dapat menyebabkan
pusing.
- Gula dapat meningkatkan resiko
asam urat.
- Gula dapat membuat urat daging
Anda (tendon) jadi lebih rapuh.
- Gula dapat menyebabkan batu
empedu.
- Gula dapat menyebabkan
osteoporosis.
Berikut
adalah bahan kimia pembantu proses yang biasa digunakan di Pabrik Gula
penghasil gula SHS:
1.Kapur.
Biasanya digunakan dalam bentuk susu kapur (CaO) untuk proses pemurnian nira mentah, yaitu pada proses defekasi. Kapur juga kadang digunakan untuk preliming di stasiun gilingan
Biasanya digunakan dalam bentuk susu kapur (CaO) untuk proses pemurnian nira mentah, yaitu pada proses defekasi. Kapur juga kadang digunakan untuk preliming di stasiun gilingan
1.Kapur.
Biasanya digunakan dalam bentuk susu kapur (CaO) untuk proses pemurnian nira mentah, yaitu pada proses defekasi. Kapur juga kadang digunakan untuk preliming di stasiun gilingan
Biasanya digunakan dalam bentuk susu kapur (CaO) untuk proses pemurnian nira mentah, yaitu pada proses defekasi. Kapur juga kadang digunakan untuk preliming di stasiun gilingan
2.Belerang
Digunakan dalam bentuk SO2 untuk proses pemurnian nira mentah, yaitu pada proses sulfitasi. Selain itu belerang juga digunakan untuk proses bleaching nira kental.
3.Fosfat
Fosfat soluble digunakan untuk membantu proses pemurnian nira mentah. Fosfat akan berikatan dengan kalsium dari susu kapur membentuk kalsium fosfat dan menjadi inti endapan dalam proses defekasi.
Digunakan dalam bentuk SO2 untuk proses pemurnian nira mentah, yaitu pada proses sulfitasi. Selain itu belerang juga digunakan untuk proses bleaching nira kental.
3.Fosfat
Fosfat soluble digunakan untuk membantu proses pemurnian nira mentah. Fosfat akan berikatan dengan kalsium dari susu kapur membentuk kalsium fosfat dan menjadi inti endapan dalam proses defekasi.
4.Flokulan
Merupakan jenis polimer sintetis yang digunakan untuk mengoptimalkan flokulasi di clarifier.
Merupakan jenis polimer sintetis yang digunakan untuk mengoptimalkan flokulasi di clarifier.
5.Soda
Jenis soda yang digunakan di PG ada 2, yaitu soda abu dan soda kaustik. Soda abu umum digunakan untuk water treatment air ketel (menaikkan pH), sedangkan soda kaustik digunakan untuk chemical cleaning evaporator.
Jenis soda yang digunakan di PG ada 2, yaitu soda abu dan soda kaustik. Soda abu umum digunakan untuk water treatment air ketel (menaikkan pH), sedangkan soda kaustik digunakan untuk chemical cleaning evaporator.
6.Surfaktan
Umumnya digunakan di stasiun masakan untuk membantu memproses bahan masakan low grade (kualitas rendah).
Umumnya digunakan di stasiun masakan untuk membantu memproses bahan masakan low grade (kualitas rendah).
7.Fondant atau slurry
Digunakan untuk bibit masakan D.
Digunakan untuk bibit masakan D.
8.Enzim dektranase dan enzim amylase
Enzim dektranase digunakan untuk mengatasi keberadaan dektran di nira, sedangkan enzim amylase digunakan untuk mengatasi keberadaan amilum/pati di nira. Seperti diketahui bersama bahwa adanya dektran dan amilum yang cukup tinggi di dalam nira dapat menyebabkan kesulitan dalam proses pengolahan nira dan dapat menimbulkan bias analisa.
Enzim dektranase digunakan untuk mengatasi keberadaan dektran di nira, sedangkan enzim amylase digunakan untuk mengatasi keberadaan amilum/pati di nira. Seperti diketahui bersama bahwa adanya dektran dan amilum yang cukup tinggi di dalam nira dapat menyebabkan kesulitan dalam proses pengolahan nira dan dapat menimbulkan bias analisa.
9.Biosida
Biosida, terutama bakterisida dan bakteriostatis, kadang digunakan untuk memaksimalkan proses sanitasi di stasiun gilingan.
Biosida, terutama bakterisida dan bakteriostatis, kadang digunakan untuk memaksimalkan proses sanitasi di stasiun gilingan.
Proses Pembuatan Gula
Secara Umum (Pabrik Gula)
Uraian Proses
Tujuan dari proses pengolahan
di pabrik adalah untuk mendapatkan produksi gula setinggi mungkin dan mengurangi
kehilangan nira sekecil mungkin selama dalam proses. Untuk mendapatkan atau
memproduksi gula jadi (siap dipasarkan) dilakukan beberapa tahap pengolahan
antara lain :
1) Proses
Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan
2) Penggilingan
tebu (Stasiun Gilingan)
3) Pemurnian
nira (Stasiun Pemurnian)
4) Penguapan
nira (Stasiun Penguapan)
5) Kristalisasi
(Stasiun Masakan)
6) Pemisahan
(Stasiun Putaran)
7) Pengeringan
dan pendinginan
8) Pengemasan
1. Proses pengolahan
Awal (Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan )
Pada tahap ini, tebu (cane)
yang akan di giling dipersiapkan, baik itu kualitas maupun kuantitasnya.
Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan dan potensi kandungan
gula (rendemen) di dalamnya. Sedang dari segi kuantitas, di lihat jumlahnya
dengan ditimbang yang akhirnya menentukan jumlah gula yang akan dihasilkan.
Dari segi kualitas, tebu (cane)
yang baik adalah secara umum memenuhi 3 persyaratan, antara lain :
1. Masak, berarti tebu yang akan di giling harus memiliki
kandungan gula (rendemen) yang mencukupi. Besarnya kandungan gula dipengaruhi
oleh varietas, sistem tanam, iklim dan tingkat kemasakan pada saat tebang.
2. Bersih,
berarti tebu yang akan di giling harus bersih dari kotoran, baik itu kotoran
berupa tanah, daun atau akar yang terikut pada saat tebang.
3. Segar,
berarti waktu yang diperlukan dari mulai tebu ditebang, masuk pabrik hingga di
giling harus secepat mungkin. Karena semakin lama waktunya, kandungan gula
dalam tebu juga semakin menurun.
Setelah tebu ditebang di
kebun, kemudian tebu diantar kepabrik secepat mungkin dengan tenggang waktu 24
jam dengan tujuan untuk menjaga kualitas tebu. Karena bila lewat 24 jam
kualitas tebu akan berkurang dikarenakan penguraian sukrosa yang
terdapat dalam tebu oleh mikroorganisme sehingga kadar gula dalam tebu akan
menurun dan tebu akan terasa asam.
Setelah truk pengangkut tebu
memasuki areal pabrik, truk beserta tebu yang ada didalamnya ditimbang, dan
sebelum truk kosong keluar dari halaman pabrik setelah tebu dibongkar, hal ini
dilakukan untuk mengetahui berat netto dari tebu yang dibongkar tadi. Tebu dari
truk pengangkutan dijungkitkan dengan menggunakan tenaga pompa hidrolik,
sehingga tebu jatuh ke dalam cane carrier, sebagian lain tebu yang
diangkut dengan truk dibongkar di lantai dengan menggunakan cane
striker tebu yang disorong ke cane carrier. Tebu
sebagian lain dibongkar dengan cane lifter hilo. Dimana
kabel hilo dihubungkan dengan salah satu sisi truk sehingga
tebu tumpah ke cane feeding table lalu pemasukan tebu ke cane
carrier diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi kapasitas gilingan
yang direncanakan.
Oleh cane
carrier tebu dibawa masuk kedalam cane leveller untuk
pengaturan masuk tebu kedalam cane cutter I. Pada cane
cutter I tebu dipotong potong secara horizontal, kemudian
selanjutnya cane carrier membawa tebu ke cane
cutter II untuk dicacah lebih halus lagi.
2 Proses Penggilingan
Pada stasiun gilingan ini
dilakukan pemerasan tebu dengan tujuan untuk mendapatkan nira
sebanyak-banyaknya. Pemerasan dilakukan dengan 5 set three roll
mill yaitu unit gilingan I sampai V dimana setiap unit gilingan
terdapat 3 roll yang diatur sedemikian rupa membentuk sudut
120°, dan pada masing-masing gilingan terjadi 2 kali pemerasan.
Pemerahan nira tebu atau mengambil nira tebu dari tebu
merupakan langkah awal dalam memproses pembuatan gula dari tebu. Tebu yang
layak digiling bila telah mencapai fase kemasakan, dimana rendemen batang tebu
bagian pucuk mendekati rendemen bagian batang bawah, kemudian kebersihan tebu
> 95%.
Tebu yang sudah masak selnya mudah pecah sehingga
ekstraksi (pemerahan) dapat optimal dibandingkan dengan tebu yang belum masak.
Umur tebu di atas 9 bulan (sudah mencapai rendemen pada 3
titik batang atas, tengah, bawah mecapai ≥ 7,0) dengan arti kata
tebu yang masuk ke pabrik tebu yang tua, segar, manis dan bersih.
Sebagai tolak ukur bagi tebu yang layak di giling di
Pabrik Gula Sei Semayang kriteria sebagai berikut:
a. pol
tebu :
9 – 11%
b. HK nira mentah :
74 – 84%
c. Kotoran
tebu :
max 5%
d. kadar
sabut :
13 – 16%
Setelah tebu tercecah maka
tebu tersebut berjalan ke stasiun gilingan dengan menggunakan cane elevator,
sebelum tebu tersebut masuk ke gilingan I, maka tebu harus melewati alat
penangkap besi (magnetic trump ion separator) yang berfungsi untuk menangkap besi–besi
dari patahan mata pisau yang mungkin terikut dalam serpihan tebu.
Penggilingan di lakukan
sebanyak 10 kali dengan menggunakan 5 unit gilingan (5 set three
roll mill). Alat ini terdiri dari 3 buah rol yang terbuat dari besi (1 set)
yang mempunyai permukaan beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang
gunanya untuk memperlancar aliran nira dan mengurangi terjadinya
slip dan di susun secara seri dengan memakai tekanan hidrolic yang berbeda-beda
yaitu :
a.Tekanan pada gilingan I dan II yaitu 170 kg/cm2
b.Tekanan pada gilngan III, IV dan V yaitu 175 kg/cm2
Besarnya daya yang digunakan
untuk menggerakkan alat penggilingan adalah sebesar 150-200 kg/cm2 dengan
putaran yang berbeda antara satu dengan gilingan yang lainya. Pada gilingan I
besar putaranya adalah sekitar 5,3 rpm, gilingan II adalah 5,0 rpm, gilingan
III adalah 5,0 rpm, gilingan IV adalah 5,2 rpm, gilingan V adalah 3,8 rpm.
- Mekanisme kerja dari roll mill :
1. Tebu yang
sudah di cacah halus di bawa ke elevator dan menuju ke penggilingan pertama air
pertama (nira) dari gilingan pertama di tampung pada bak penampung I. Ampas
dari gilingan I dibawa oleh intermediate I ke gilingan II kemudian di giling
(diperah) lagi ampas tersebut. Air perasan masuk dalam bak penampung. nira yang
diperoleh dari bak penampung I primany juice.
2. Nira dari
gilingan I dan gilingan II masih ada ampas halus yang terikut nira tersebut
kemudian nira dari kedua bak tersebut di saring pada juice stainer kemudian
ampasnya di masukkan pada gilingan II dan nira yang disaring di
tampung dalam satu tangki dan siap untuk di pompakan ke stasiun pemurnian.
3. Ampas dari
gilingan II dibawa oleh intermediate II dan digiling ke gilinngan III untuk
diperah lagi. Nira dari gilingan II di tampung pda bak penampung II.
4. Ampas
dari gilingan III dibawa oleh intermediate III untuk digiling pada gilingan IV,
nira yang diperoleh dari gilingan III ditampung pada bak III dan nira tersebut
digunakan untuk menyiram ampas yang keluar dari gilingan I yang akan digiling
pada gilingan II.
5. Ampas dari gilingan IV dibawa oleh intermediate IV
untuk digiling lagi pada gilingan V. Nira dari gilingan IV ditampung pada bak IV dan digunakan
untuk menyiram ampas yang keluar dari Iidan akan digiling pada gilingan III.
6. Ampas yang
keluar dari gilingan IV diberi air imbibisi sebelum di masukkan ke gilingan V ,
air imbibisi berasal dari kondensat evaporator badan IV dan V. Temperatur dari
air imbibisi tersebut adalah sekitar 60-70 0c dengan
perbandingan 20 – 25 % dari berat kapasitas tebu per hari. Pemberian air
imbibisi tersebut mempunyai fungsi untuk melarutkan nira yang masih tertinggal
pada ampas tersebut.
7. Nira dari
gilingan III, IV ,V masih mengandung ampas halus, nira dan ampas yang
halus tersebut diangkut dengan conveyer melalui suatu plat saringan, niranya
masuk ke tabung setiap gilingan sedangkan ampas naik ke gilingan II.
Ampas tebu (bagasse) dari
gilingan V selanjutnya di angkut oleh bagas elevator melalui dari suatu plat
gilingan. Semakin banyak pengulangan gilingan ampas tebu,maka semakin sedikit
kadar nira yang dikandungnya. Nira yang telah bebas ampas dari stasiun gilingan
I dan II dipompakan ke stasiun pemurnian.
Sumber
: Pabrik Gula Sei Semayang
3. Proses Pemurnian
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan
kotoran dan bahan non sugar (yang tidak termasuk gula) dalam
nira mentah dengan catatan gula reduksi maupun saccarosa jangan
sampai rusak selama perlakuan. Bahan non sugar yang dimaksud
adalah :
1. Ion – ion
organik yang nantinya menghambat pengkristalan dari saccarosa (gula).
2. Koloid yang
menyebabkan sukarnya pengendapan serta penyaringan.
3. Zat
warna yang mungkin terkandung dalam zat lain yang mungkin juga terikut seperti
tanah dan sisa daun.
Macam – macam proses pemurnian
yang dilakukan pabrik gula di Indonesia antara lain:
1. Proses
Defekasi
Tujuan
proses defikasi adalah untuk membersihkan komponen-komponen bukan
gula dan meningkatkan harkat kemurnian (HK).
2. Proses Sulfitasi
Nira
yang telah tercampur masuk kedalam tangki sulfitasi dalam proses ini terjadi
penurunan pH nira menjadi 7.0 – 7.2. Sulfitasi ini dilakukan pada suhu 70 -
75°C. Penambahan SO2 tidak boleh berlebihan karena akan
menyebabkan penurunan pH menjadi terlalu rendah dan terbentuknya senyawa Calsium
Hidrosulfit (CaHSO3) yang larut dalam nira.
Tujuan yang dilakukan di stasiun pemurnian yaitu untuk
menghilangkan kotoran (unsur bukan gula) dalam nira tanpa merusak kadar
gulanya.
A. Ada beberapa proses yang dilakukan
dalam proses pemurnian yaitu;
1) Secara kimia yaitu dengan memberikan bahan kimia yang
kemudian bereaksi dengan kotoran membentuk endapan.
2) Secara fisika dengan menggunakan pemanasan,
pengendapan, pengapungan dan penyaringan.
3) Secara kimia fisika yaitu dengan mengubah sifat fisis suatu
komponen sehingga mudah dipisahkan.
Pelaksanaan proses pemurnian
harus dilakukan tanpa mengabaikan waktu, suhu, dan pH. Pada proses
pemurnian diperlukan 4 bahan penolong yaitu: susu kapur, gas sulfit, phospat
dan talosep (A6XL) dengan tahapan sebagai berikut :
a) Susu Kapur (Ca(OH)2)
Susu kapur dibuat dari kapur tohor, baru
kemudian disiram dengan air dingin, sehingga menghasilkan susu
kapur. Pemberian susu kapur bertujuan untuk pemurnian air nira. Air dingin ini berasal dari proses kondensasi
uap evaporator, yang di
dinginkan yang berfungsi sebagai:
1) Pelarut
kapur yang mempercepat terjadinya larutan (Ca(OH)2).
2) Air
imbibisi pada stasiun gilingan untuk meningkatkan nira yang dihasilkan, dimana
volume air yang dipakai adalah 20% dari kapasitas produksi.
3) Siraman
pada saringan hampa udara.
b) Gas Sulfit (SO2)
Gas sulfit diperoleh dari pembakaran belerang di dalam
tabung belerang, dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja dinyalakan,
kemudian selanjutnya secara terus-menerus dialirkan ke udara kering.
Tujuan pemberian gas sulfit ini adalah:
1) Menetralkan
kelebihan air kapur pada nira yang terkapur, sehingga pH mencapai 7,2 – 7,4 dan
untuk membantu terbentuknya endapan Calsium
sulfit (Ca(SO3)2).
2) Untuk
memucatkan warna larutan nira kental yang akan berpengaruh pada warna Kristal
dari gula.
c) Phospat (P2O5)
Pemberian
phospat bertujuan untuk meningkatkan kadar phospat yang terdapat pada nira jika
kadar phospat dalam nira mentah lebih kecil dari 300 ppm, akan tetapi jika
kadar phospat lebih dari 300 ppm maka tidak perlu lagi ditambahkan phospat.
d) Flokulat (talosep (A6XL))
Penambahan flokulat adalah dengan
membentuk flok dari partikel kotoran terlarut yang terdapat
pada nira sehingga lebih mudah disaring.
4.
Proses penguapan (Evaporation)
Tujuan
dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada nira
encer agar diperoleh nira yang lebih kental, dengan kentalan 60 – 65 % brik.
Penguapan ini dilakukan pada temperatur 65 – 110 0C . Setiap
evaporator dilengkapi dengan separator atau penyangga (sap
vanger) yang berguna untuk menangkap percikan nira yang terbawa oleh uap.
Komponen nira encer sebagai
hasil kerja proses pemurniaan masih membawa cukup banyak penyusun termasuk air,
untuk menguapkan air dalam nira harus diusahakan cara sedemikian rupa sehingga
:
- Kecepatan penguapan tinggi (waktunya pendek).
- Tidak terjadinya perusakan gula.
- Tidak akan timbul kerusakan baru untuk proses
selanjutnya.
- Cost (harga) yang murah.
Proses evaporasi merupakan
proses yang melibatkan perpindahan panas dan perpidahan massa secara simultan.
Dalam proses ini sebagian air atau solvent akan diuapkan sehingga akan
diperoleh suatu produk yang kental (konsentrat). Penguapan terjadi karena
cairan akan mendidih dan berlangsung perubahan fasa dari cair manjadi uap. Aplikasi utama dari proses evaporasi dalam industri
pangan yaitu :
1. Pra
– konsentrasi sebelum bahan diolah lebih lanjut misalnya sebelum spray drying,
drum drying, kristalisasi.
2. Mengurangi
volume cairan agar biaya penyimpan, trasportasi, dan pengemasan berkurang.
3. Meningkatkan
konsentrasi solit terlarut dalam bahan makanan sebagai usaha untuk membantu
pengawetan, misalnya dalam pembuatan susu kental manis dan pembuatan gula
kristal.
Proses penguapan (evaporasi)
dilakukan dalam kondisi vakum. Tujuan penguapan dalam keadaan vakum adalah
menghindari kerusakan sukrosa akibat suhu yang tinggi, menghemat penggunaan uap
bahan bakar karena memasukkan satu satuan uap dapat menguapkan air sebanyak 5
kali, menurunkan titik didih nira sehingga tidak terbentuk karamel hal ini
dilakukan agar sukrosa yang terkandung dalam nira tidak rusak. Proses evaporasi
dilakukan beberapa kali dengan menggunakan perbedaan suhu dan tekanan. Pada
evaporasi tahap awal menggunakan suhu tinggi dengan tekanan rendah. Memasuki
tahap evaporasi selanjutnya, suhu bertahap diturunkan dan tekanan bertahap
dinaikkan.
Selama proses berlangsung
temperatur dari masing – masing evaporator berbeda –beda. Untuk menghemat panas
yang diperlukan maka media panas untuk evaporator I digunakan uap
bekas yang berasal dari pressure vessel, sedangkan media pemanas evaporator
yang lain memamfaatkan kembali uap yang terbentuk dari evaporator sebelumnya,
hal ini disebut vapour temperature pada evaporator I sebesar 110 C dan berangsur
– angsur turun sampai temperatur 50 – 55 0C pada evaporator IV.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menurunkan tekanan yang berbeda - beda
dari evaporator I sampai dengan evaporator IV.
Uap yang mengalir dari
evaporator I ke evaporator II disebabkan pada evaporator I setelah masuk
kedalam bagian shell pada evaporator II akan melepaskan panas sehingga
mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dalam
shell sehingga uap air nira evaporator I dapat mengalir ke evaporator II dan
seterusnya. Uap nira evaporator IV masuk kedalam kondesor untuk diembunkan
(dikondensasikan) dan dijatuhkan bersama air injeksi, sedangkan uap – uap yang
tidak terkondesasikan dibiarkan keluar ke udara. Peristiwa mengalirnya nira
dari evaporator I ke evaporator II dan seterusnya disebabkan oleh adanya
perbedaan tekanan vakum pada masing – masing evaporator. Nira encer yang masuk
pada setiap evaporator akan bersikulasi sampai mencapai titik tertentu dan
secara otomatis valve akan terbuka sehingga nira mengalir menuju evaporator
selanjutnya, begitu seterusnya hingga evaporator IV.
Perbedaan tekanan pada masing
– masing evaporator akan mengakibatkan nira mengalir secara otomatis dari badan
I ke badan berikutnya. Nira yang masuk pada tiap – tiap badan evaporator akan
bersikulasi hingga mencapai kepekatan tertentu. Kemudian secara otomatis kutup
(valve) akan terbuka dan nira mengalir kebadan berikutnya. Demikian seterusnya
sampai pada badan evaporator terakhir dengan kepekatan 65 %. Nira kental yang
telah melewati proses penguapan (evaporating) ini kemudian di alirkan ke
stasiun masakan untuk proses kristalisasi. Sedangkan kondesasi yang berasal
dari badan evaporator I dan II ditampung untuk digunakan sebagai air pengisi
ketel kondensat da yang berasal dari badan II dan IV di tarik dengan pompa
kondensat ke tangki kondensat. Penguapan air sampai brik 65 dipilih agar
dicapai konsentrasi yang mendekati jenuh sehingga dalam proses kristslisasi
tinggal melaksanakan pengkristalan saja. Sedangkan dalam proses penguapan tidak
hanya terjadi penguapan air saja tetapi juga berbagai reaksi bahan – bahan
penyusan nira (reaksi pembentukan zat warna) yakni warna yang agak gelap dari
nira kental. Nira kental hasil penguapan akan dialirkan kebejana sulfitrasi
dimana akan diberi gas SO2, gas ini dapat bertindak sebagai reduktor sehingga
ikatan – ikatan yang berwarna gelap dapat direduksi menjadi ikatan – ikatan
yang tidak berwarna atau berwarna ringan (pH nira kental 5,2 – 5,4).
Nira kental dari hasil proses
penguapan berwarna coklat tua atau gelap. Warna gelap ini akan berpengaruh
terhadap kualitas gula yang akan diperoleh. Untuk hal tersebut maka pada
sulfitasi nira kental di alirkan gas SO2 dari pembakaran belerang. Hal ini ditunjukkan
untuk :
1. Untuk
memucatkan warna gelap pada nira kental.
2. Menurunkan
viscositas nira hingga proses kristalisasi menjadi mudah.
5. Proses Masakan (Kristalisasi)
Nira kental dari stasiun
penguapan yang sudah dipucatkan (dibleaching) masih mengandung air ± 35% - 40%
lagi. Apabila kadar air lebih besar dari yang semestinya,maka pembentukan
kristal akan lebih lama. Dimana kelebihan kandungan ini akan diuapkan pada
stasiun kristalisasi (dalam pan kristalisasi).
Pada stasiun masakan dilakukan
proses kristalisasi dengan tujuan agar kristal gula mudah dipisahkan dengan
kotorannya dalam pemutaran sehingga didapatkan hasil yang memiliki kemurnian
tinggi, membentuk kristal gula yang sesuai dengan standar kualitas yang
ditentukan dan perlu untuk mengubah saccarosa dalam larutan
menjadi kristal agar pembentukan gula setinggi-tingginya dan hasil akhir dari
proses produksi berupa tetes yang masih sedikit mengandung gula, bahkan
diharapkan tidak mengandung gula lagi.
Proses kristalisasi dibagi dalam beberapa tingkat
masakan, yaitu :
- Sistem masak 4 tingkat : masakan A,B,C,D
- Sistem masak 3 tingkat : masakan A,B,D atau ACD
- Sistem masak 2 tingkat : masakan A,D
Dalam proses kristalisasi di
PTP Nusantara II Sei Semayang, di ambil sistem masak 3 tingkat yaitu : A, B dan
D
5.1 Proses Kristalisasi sistem
tiga tingkat
1) Masakan A, yaitu
proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) A dan Stroop A, stroop A
ini masih mengandung sukrosa digunakan untuk bahan masakan B.
Pada masakan A terdapat 2 buah pan masakan yang dapat
mengkristalkan ± 68% dari nira kental masuk.
2) Masakan B yaitu
proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) B dan Stroop B.
Pada masakan B terdapat 1 buah pan masakan yang dapat
mengkristalkan ± 62% dari nira kental masuk.
3) Masakan D, yaitu
proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) D dan Klare D, dengan
menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B
dan Klare D. Pada masakan D terdapat 2 buah pan masakan
yang dapat mengkristalkan ± 58% dari nira kental masuk.
5.2 Langkah-langkah proses
pengkristalan
1) Menarik
Hampa
Tangki masakan terlebih dahulu di buat hampa udara
dengan tekanan vakum sebesar 40 cmHg kemudian saluran penghubung dengan tangki
penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh sehingga mencapai keadaan
maksimum dengan tekanan 66 cmHg.
Langkah pertama dari proses pangkristalan adalah
menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi
jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus-menerus koefisien kejenuhannya akan
meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal
sukrosa.
2) Pembuatan
Bibit
Langkah selanjutnya ialah membuat bibit, yaitu dengan
memasukkan gula (fondant) ke dalam pan masakan kemudia melakukan proses
pembesaran kristal. Fondant merupakan inti kristal gula yang sudah ditumbuk
menjadi halus dan sengaja diberikan agar kristal gula yang terbentuk memiliki
ukuran yang sama. Inti ini dapat dibuat dengan menggiling kristal yang kasar
sehingga menjadi kristal yang halus. Bibit fondant tersebut dapat dibuat di
luar pan masakan. Untuk mengetahui besar kecil ukuran kristal dapat dilakukan
dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan yang diamati pada
sinar lampu.
3) Memperbesar
Kristal
Dalam proses memperbesar ukuran kristal dilakukan
dengan penambahan bibit yang baik sampai diharapkan ukuran kristal 0,8-1 mm.
4) Menurunkan
Masakan (masakankan tua)
Kristal gula yang sudah terbentuk sesuia dengan ukuran
ketentuan yang diharapkan dinamakan dengan masakan tua. Tujuan dari masakan tua
adalah melanjutkan penguapan masakan dalam pan kristalisasi tanpa
penambahan larutan baru untuk menghindari terjadinya pembentukan kristal palsu.
Apabila ketentuan di atas telah terpenuhi, maka terbentuklah kristal
yang cukup rapat dan hal ini menunjukkan proses pengkristalan telah selesai.
Masakan tua yang ukurannya telah mencapai 0,8-1 mm
dikeluarkan dari tangki masakan dan dimasukkan ke dalam palung pendingin yang
terdapat di bawah tangki masakan. Penurunan masakan dimulai dengan menutup uap
panas, kemudian menghilangkan tekanan hampa. Penghilangan tekanan hampa
dilakukan dengan membuat hubungan pan masakan, maka tekanan udara di dalam pan
naik dan tekanan vakum hilang. Setelah seluruh masakan diturunkan,pan masakan
dicuci dengan steam (uap panas) untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula dan
larutan-larutan yang tertinggal, agar pada masakan selanjutnya tidak mengganggu
proses pangkristalan dan kualitas kristal gula yang terbentuk. Larutan pada pan
masakan hasil pencucian dengan air dan steam dialirkan ke peleburan
untuk di daur ulang kembali.
5) Palung
Pendingin ( D-Cristalizer)
Pendinginan masakan digunakan untuk menentukan
kejenuhan agar proses kristalisasi lanjut terjadi, sehingga ukuran kristal
membesar. Palung Pendingin ( D-Cristalizer) dilengkapi dengan pengaduk agar
tidak terjadi pengumpalan dan hanya digunakan untuk masakan D yang bertujuan
untuk menekan nilai Harkat Kemurnian (HK).
6) Proses
Pemisahan Masakan
- Pemisahan masakan Adan B
Hasil pemisahan masakan A,
akan menghasilkan gula A dan stroop A, dimana stroop A merupakan bahan dasar
untuk masakan B. Hasil pemisahan masakan B akan menghasilkan gula B dan stroop
B, dimana stroop B merupakan bahan dasar untuk masakan D. Gula A dan B yang
diperoleh dari hasil pemisahan dikirim ke alat feed mixer SHS (Super High Sugar). Kemudian gula A dicampur
menjadi gula BA menggunakan alat pemutar sentrifugal sehingga diperoleh gula
dengan pemurnian yang lebih tinggi sebagai gula produk SHS (Super High Sugar).
- Pemisahan Masakan D
Hasil dari pemisahan masakan D,menghasilkan gula D dan
tetes kemudian diputar di putaran D2 sehingga menghasilkan gula D2, sehingga
diperoleh klare D2, klare D2 tersebut selanjutnya dibawa lagi ke masakan D
untuk di olah kembali, karena masih mengandung gula.
Pada proses masak inilah
kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk
kristal gula yang tidak beraturan. Kondisi nira kental pada pan masakan adalah
80-85 %, persen brix kental 60-65 % dan kadar air 35-40 %.
Untuk
mencapai kualitas gula dalam nira kental tidak cukup dikristal dalam
satu kali proses kristalisasi. Pada stasiun masakan ini dilakukan pemasakan
nira sampai lewat jenuh sampai terbentuk kristal gula dengan temperatur masakan
berkisar antara 50-65 0C selama ± 4 jam.
6 Prosess Putaran
Tujuan pemutaran pada stasiun
ini adalah untuk memisahkan kristal gula dengan larutan (stroop) yang masih
menempel pada kristal gula. Putaran bekerja dengan gaya centrifugal yang
menyebabkan masakan terlempar jauh dari titik (sumbu) putaran, dan menempel
pada dinding putaran yang telah dilengkapi dengan sarungan yang
menyebabkan kristal gula tertahan pada dinding putaran dan larutan (stroop) nya
keluar dari putaran dengan menembus lubang-lubang saringan, sehingga terpisah
larutan (stroop) tersebut dari gulanya.
Proses pemutaran di pabrik
Gula sei semayang terdiri dari 2 bagian yaitu
1. High
Grade Centrifugal 1600 rpm terdiri dari 9 unit putaran yaitu 5
berfungsi untuk memutar masakan gula A dan B sedangkan yang 4 untuk memutar
gula produk.
2. Low Grade
Centrifugal terdiri dari 12 putaran yaitu 9 untuk memutar masakan D (gula
D1) dan 3 untuk memutar gula D2. Putaran bekerja berdasarkan gaya sentrifugal
yang menggunakan full automatic discontinu. Gaya sentrifugal akan
menyebabkan masakan terlempar menjahui titik putaran, dimana sistem putaran
dilengkapi dengan media saringan, saringan ini akan menahan kristal dan larutan
akan terpisah dari kristalnya.
A. Pada stasiun ini terdapat
beberapa putaran yaitu :
1) putaran D1 dan
D2
Putaran
ini digunakan untuk memutar mascuit dari palung pendingin yang berasal dari
palung masakan D yang telah melewati mascuit reheter pada temperatur
550C. Mascuit adalah kristal gula yang masih tercampur
dengan stroop. Kandungan larutan masuk ke feed mixer D1. Gula dari
D1 dibawa menuju magma mingler dengan sistem
conveyor, untuk memompa diberi sedikit air.
Kandungan gula D1 dipompakan ke feed mixer D2. Putaran D1 menghasilkan tetes,
tetes juga dipasarkan sebagai bahan pembuat alkohol, spiritus dan penyedap
makanan. Gula D1 yang dipompakan ke feed mixer D2 selanjutnya diberi sedikit
air dan dipompakan ke tangki magma dan digunakan untuk bibit masakan
A, putaran D2 menghasilkan D2.
2) Putaran A dan B
Pada
putaran ini, masakan A dan B diputar bersama-sama, pada putaran A dan B diberi air panas
selama 5 detik yang bertujuan untuk pencucian kristal gula yang
tertinggal pada media saringan. Gula A’B dicampur pada magma mingler A’B,
diberi sedikit air dan selanjutnya dipompakan ke feed mixer SHS (Super High
Sugar)
3) Putaran SHS (Super
High Sugar)
Hasil
putaran SHS (Super High Sugar) adalah gula SHS (Super High
Sugar) atau untuk sekaran disebut dengan istilah GKP (Gula kristal
putih) dan klare SHS (Super High Sugar). Gula produksi dibawa oleh grasshoper
coveyor ke sugar elevator yang berfungsi menaikkan
dan membawa gula ke cooler dan dryer sedangkan klare SHS (Super High Sugar) dipompakan
ke peti klare SHS (Super High Sugar).
7. Proses Pengeringan
dan pendinginan
Pada stasiun penyelesaian ini
dilakukan proses pengeringan gula yang berasal dari stasiun putaran
sehingga benar-benar kering. Pengeringan dilakukan dengan penyemprotan uap
panas dengan suhu ± 70OC, kemudian didinginkan kembali karena gula
tidak tahan pada temperatur yang tinggi. Tujuan pengeringan adalah untuk
menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh microorganisme, agar
gula tahan lama selama proses penyimpanan sebelum disalurkan kepada konsumen.
Setelah kering gula diangkut dengan elevator dan disaring pada saringan vibrating
screen. Gula dengan ukuran standar SHS (Super High Sugar) diangkut dengan sugar
conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator untuk menarik
logam (besi) yang melekat pada kristal gula dengan menggunakan alat includit
fan. Dari alat pengering ini, gula produksi diangkut dengan elevator
menuju saringan vibrating screen, kadar moisture 0.05% dengan
duhu 30-500c. Kristal gula yang diturunkan dari putaran
SHS (Super High Sugar) melalui grasshoper
conveyor menuju jacob evaporator. Kemudian ditumpahkan ke sugar dryer dan
cooler untuk dikeringkan karena gula hasil putaran hasil SHS (Super High Sugar) masih basah, selain itu
menghindari kerusakan gula oleh jamur agar bisa disimpan lebih lama.
Pengeringan dilakukan dengan cara penghembusan udara panas dengan temperatur 75oC.
Kemudian gula tersebut diangkat ke saringan gula yang mempunyai dua macam
ukuran yang berbeda.
Gula halus dan kasar yang
tidak memenuhi standar akan dilebur kembali. Gula yang memenuhi standar akan melewati
saringan yang dilengkapi dengan magnet yang berguna untuk menangkap
partikel-partikel logam yang mungkin terikat dalam gula. Kemudian gula
ditumpahkanke belt konveyor menuju sugar bin yang dilengkapi
suatu mesin pengisi dan penimbang serta alat penjahit karung. Dari sugar bin
dikeluarkan gula yang beratnya 50kg perkantongan yang selanjutnya dengan belt
konveyor disimpan kegudang penyimpanan gula.
Saringan ini mempunyai 3 plat
saringan dengan ukuran mesh yang berbeda-beda, yaitu :
- Saringan 1 (ukuran 8x8) adalah mesh yang
memisahkan gula kasar, gula normal dan gula halus.
- Saringan 2 (ukuran 23x2) adalah mesh yang
memisahkan gula normal dan gula halus.
- Saringan 3 adalah mesh yang memisahkan gula halus
dibawah standar. Gula halus dan gula kasar yang tidak memenuhi syarat,
dilebur kembali kepeti peleburan dan dialirkan ke penampung di stasiun
masakan untuk dimasak kembali.
8 Proses Pengemasan
Gula yang telah bersih dari besi yang terikat
didalamnya masuk kedalam sugar bin. Sugar bin menampung gula dan sugar weigher
mengisi dan menimbang gula drngan berat 50kg kedalam karung secara otomatis.
Kemudian karung gula dijahit dan diangkut dengan menggunakan conveyor untuk
disimpan digudang penyimpanan dan siap untuk dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA :
Anonim. 2015. Pengertian Gula Jenis dan
Dampak Gula. [Online]. Tersedia: http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-gula-jenis-dan-dampak-gula.htm
[23 November 2016
Anonim. 2015. Bahan Pembantu Proses
Pengolahan Gula di PG. [Online]. Tersedia:
https://belajargula.wordpress.com/2012/03/09/bahan-pembantu-proses-pengolahan-gula-di-pg/
[23 November 2016]
Cekhar. 2015. Proses Pembuatan Gula Secara
Umum. [Online]. Tersedia:
@A13-RIFKA
BalasHapusPOINT 2
kenapa penyakit gula susah hilang dan akan berbekas?