Oleh : Fatkhur Rokhman (@F05-Fatkhur)
ABSTRAK
Ledakan penduduk dunia yang semakin meningkat, ketersediaan
sumber daya alam yang semakin menipis, meningkatnya polusi, perubahan iklim,
dan berbagai alasan senada lainnya telah memaksa para ilmuwan, khususnya
kimiawan berpikir keras bagaimana alam ini tetap seimbang, sejuk, aman, dan
berkelanjutan untuk dinikmati anak cucu kita kelak. Di sisi lain, kimia kadang
disalahartikan hanya berkutat dengan penggunaan reagent berbahaya untuk mencetak suatu produk lewat proses fabrikasi di
industri dan menghasilkan limbah yang tidak bersahabat. Sebagai contohnya,
industri obat, tekstil, peleburan logam, pembuatan senjata dan bom atom, serta
proses pengilangan minyak.
Kata kunci : Green chemistry
Isi/Pembahasan
Menurut Taher ada 12 Prinsip Kimia Hijau, antara lain
1. Mencegah Limbah
Yaitu
bagaiamna kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi kimia untuk
meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama yang penting
dalam pencegahan polusi. Dengan mencegah generasi sampah, kita meminimalkan
bahaya yang berhubungan dengan limbah, transportasi, penyimpanan dan perawatan.
2
. Memaksimalkan Atom Ekonomi
Ekonomi
Atom adalah sebuah konsep, yang dikembangkan oleh Barry Trost dari Stanford
University yang mengevaluasi efisiensi transformasi kimia. Mirip dengan
perhitungan hasil, ekonomi atom merupakan rasio dari total massa atom dalam
produk yang diinginkan dengan massa total atom pada reaktan. Memilih transformasi
yang menggabungkan sebagian besar bahan awal ke dalam produk lebih efisien dan
meminimalkan limbah.
3.
Desain sintesis kimia yang kurang berbahaya
Metode
sintetis seharusnya didesain untuk menggunakan dan menghasilkan zat yang
memiliki kadar sekecil mungkin atau bahkan tidak beracun terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Tujuannya adalah untuk menggunakan reagen kurang
berbahaya bila memungkinkan dan proses desain yang tidak menghasilkan produk
sampingan berbahaya.
4.
Desain Produk kimia yang aman
Produk
kimia seharusnya didesain untuk mempengaruhi fungsi yang diinginkan dengan
meminimalkan toksisitas ( sifat beracun) mereka.
5. Gunakan Pelarut /
kondisi reaksi yang aman
Semaksimal
mungkin diupayakan untuk tidak menggunaan zat tambahan (misalnya, pelarut, agen
pemisah, dll). Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh
karena itu penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan total pelarut akan
lebih baik. Dalam kasus di mana pelarut diperlukan, hendaknya perlu
diperhatikan penggunaan pelarut yang cukup aman.
6. Meningkatkan Efisiensi
Energi
Kebutuhan
Energi dalam proses kimia harus diakui berdampak pada lingkungan dan ekonomi
dan harus diminimalkan. Jika mungkin, metode sintetis dan pemurnian harus
dirancang untuk suhu dan tekanan ruang, sehingga biaya energi yang berkaitan
dengan suhu dan tekanan ekstrim dapat diminimalkan.
7. Gunakan bahan baku
Terbarukan
Bila memungkinkan, transformasi kimia harus
dirancang untuk memanfaatkan bahan baku yang terbarukan. Contoh bahan baku
terbarukan termasuk produk pertanian atau limbah dari proses lainnya. Contoh
bahan baku depleting termasuk bahan baku yang ditambang atau dihasilkan dari
bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam atau batubara).
8. Hindari penggunaan
Kimia Derivatif
Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan
kelompok „blocking“, proteksi / deproteksi, modifikasi sementara proses fisika
/ proses kimia) harus dikurangi atau dihindari jika mungkin, karena langkah-langkah
seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah.
Transformasi Sintetik
yang lebih selektif akan menghilangkan atau mengurangi kebutuhan untuk proteksi
gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis
alternatif dapat menghilangkan kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan ada
gugus fungis lain yang lebih sensitif.
9. Gunakan Katalis
9. Gunakan Katalis
Secara stoikiometri katalis dengan selektivitas yang tinggi
memang lebih unggul dalam reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam
proses transformasi, antara lain dapat meningkatkan selektivitas reaksi,
mengurangi suhu transformasi, meningkatkan tingkat konversi produk dan
mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak dikonsumsi selama reaksi). Dengan mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi
danberpotensi menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
10. Desain produk yang
terdegradasi
Produk kimia seharusnya didesain hingga
pada akhir fungsinya nanti mereka dapat terurai menjadi produk degradasi yang
tidak berbahaya ketika mereka dilepaskan ke lingkungan. Disinilah arti
pentingnya sintesis material sehari-hari yang biodegradable, misalnya
biopolimer, plastik ramah lingkungan dst.
11. Analisis Real-Time
untuk Mencegah Polusi
Selalu penting untuk memonitor kemajuan
reaksi untuk mengetahui kapan reaksi selesai atau untuk mendeteksi munculnya
produk samping yang tidak diinginkan. Bila memungkinkan, metodologi analitis
harus dikembangkan dan digunakan untuk memungkinkan untuk real-time, pemantauan
pada proses dan kontrol untuk meminimalkan pembentukan zat berbahaya.
12. Minimalkan Potensi Kecelakaan
12. Minimalkan Potensi Kecelakaan
Salah satu cara untuk meminimalkan potensi
kecelakaan kimia adalah memilih pereaksi dan pelarut yang memperkecil potensi
ledakan, kebakaran dan kecelakaan yang tak disengaja. Risiko yang terkait
dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengubah
bentuk (padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil
(2017) Kimia,
Industri dan Teknologi Hijau. Pantona Media.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.