.

Sabtu, 10 Februari 2018

ENERGI TERBARUKAN SEBAGAI ALTERNATIF DARI BAHAN BAKAR FOSIL

Oleh :Mayner Steven Lase (@G24-Mayner)
ABSTRAK : 
Ketersediaan energi termasuk listrik merupakan elemen yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sekaligus sebagai kebutuhan mutlak untuk menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia ketika dihadapkan pada kondisi dimana sebagian besar penyediaannya masih bergantung pada energi fosil dan pengembangan sumber–sumber energi terbarukan masih sangat terbatas.Energi terbarukan merupakan jawaban agar Indonesia mampu memiliki ketahanan energi untuk kebutuhan yang panjang karena energi terbarukan selalu ada dibumi.

KATA KUNCI : Energi terbarukan,Bahan bakar fosil




ISI :


Menurut Situs IEC (2013) mengungkapkan ,bahwa konsumsi energi Indonesia hampir 95 % bersumber dari bahan bakar fosil,dan sekitar 50 % diantaranya merupakan minyak bumi atau Bahan Bakar Minyak (BBM).
http://mekatronika.unpar.ac.id/pengembangan-energi-terbarukan-untuk-ketahanan-energi/

Selain itu, minyak bumi juga sudah mulai langka semenjak 2004 di mana Indonesia mulai menjadi importir minyak bumi. Kondisi serupa dapat terjadi pada jenis energi lainnya, khususnya gas bumi. 
Ketersediaan energi merupakan salah satu komponen utama dari ketahanan energi. Komponen lain dari ketahanan energi adalah aksesibilitas, keterjangkauan (harga), dan    penerimaan (akseptibilitas) masyarakat terhadap suatu energi dan keberlanjutan.

International Energy Agency (IEA) mendefinisikan ketahanan energi sebagai ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga yang terjangkau. Lebih lanjut, ukuran yang dipakai untuk menilai suatu negara dikatakan memiliki ketahanan energi apabila memiliki pasokan energi untuk 90 hari kebutuhan impor setara minyak. Ketahanan energi dianggap penting karena energi merupakan komponen penting dalam produksi barang dan jasa.

Salah satu strategi untuk mencapai ketahanan energi adalah diversifikasi pasokan energi. Upaya diversifikasi energi tersebut adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan meyasar dua hal yaitu mewujudkan ketahanan energy dan merealisasikan niatan reduksi emisi GRK (Gas Rumah Kaca). Indonesia dianugerahi cukup banyak sumber daya energi terbarukan sehingga mempunyai potensi besar untuk melaksanakan dekarbonisasi energi.
Pengembangan energi terbarukan tersebut akan memiliki prioritas. Prioritas untuk pengembangan energi terbarukan ini dipengaruhi oleh beberapa hal berikut:
  1. Security of Supply
  2. Economy of Supply
  3. Low Emission
Pengembangan energi terbarukan perlu diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki keamanan pasokan yang berkontinuitas dan memiliki keandalan yang tinggi (sustainable and reliable). Adapun energi terbarukan memiliki proses yang lebih bersih dan menghasilkan energi yang menghasilkan emisi rendah atau bahkan tanpa karbon.
Adapun beberapa pertimbangan rasional dalam memilih untuk pengembangan energi terbarukan tersebut. Beberapa pertimbangan tersebut adalah:
  1. Biaya Investasi yang Rendah
  2. Kandungan Lokal yang Besar
  3. Ciptakan Lebih banyak Lapangan kerja
  4. Minimisasi risiko dan dampak sosial yang negative
Untuk pengembangan energi terbarukan, energi fosil mungkin tidak perlu dihilangkan, melainkan dikolaborasikan, dimana energi fosil tetap menjadi cadangan panas atau back up untuk energi terbarukan. Hal tersebut tentunya membutuhkan kerja sama dan penentuan kebijakan-kebijakan yang perlu dibuat oleh beberapa pihak yang terkait. Dengan kolaborasi tersebut listrik energi terbarukan yang bersih dimaksimalkan, keamanan pasokan dan harga yang terjangkau akan terpenuhi dengan kolaborasi atau blending dengan listrik dari gas dan batubara.

Kunci berkembangannya energy terbarukan adalah tersedianya kandidat proyek siap bangun yang cukup, regulasi harga yang menarik, kemampuan pelaku EPC (Engineering Procurement dan Construction) dan Developer (Pengembang).

Prioritas pengembangan energi terbarukan tersebut disarankan dengan mendahulukan pengembangan energi terbarukan yang memiliki kapasitas besar dan lebih murah terlebih dahulu, seperti geothermal, hydro, biomassa sampah, dan energi angin serta energi surya skala besar. Selain itu, untuk strategi pengembangan sumber energi terbarukan besar dapat diintegrasikan dan sinergikan dengan pengembangan industri. Misalkan mengembangkan proyek pembangkit listrik hydro atau geothermal yang dimanfaatkan untuk SMELTER.


Pengembangan energi terbarukan ini perlu didukung, dan diharapkan energi terbarukan dapat digunakan dan dioptimalkan secepatnya sebelum energi fosil benar-benar habis, dan perlu terus dibina dengan intensitas yang cukup tinggi untuk mengenalkan dan menginspirasi mengenai pengembangan energi terbarukan ini pada masyarakat.

Di sisi lain, potensi energi terbarukan seperti biomasa, panas bumi, energi surya, energi air, dan energi angin cukup besar. Hanya saja sampai saat ini pemanfaatannya masih sangat terbatas. Hal ini antara lain disebabkan oleh harga energi terbarukan yang belum kompetitif bila dibandingkan dengan harga energi fosil yang masih disubsidi, penguasaan teknologi yang rendah sehingga nilai impornya tinggi, keterbatasan dana untuk penelitian, pengembangan, maupun investasi dalam pemanfaatan energi terbarukan serta infrastruktur yang kurang.



DAFTAR PUSTAKA :
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil.2017.kimia,industry dan teknologi hijau. Jakarta : Pantona Media





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.