@E02-Elvi, @ProyekA09
Disusun Oleh Elvi Khairina
Industri
Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan sehingga
mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.(Kemenperin,2015)
Semua komponen
buah sawit dapat dimanfaatkan. Pelepah dan batang sawit bisa dijadikan pulp dan
kertas, pakan ternak serta furniture. Tandan kosong dapat dimaanfaatkan
sebagai pupuk kompos, pulp dan kertas, karbon, dan rayon. Cangkang inti
sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar dan karbon, sedangkan ampas inti
sawit bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Serat mesokarp dapat diolah
menjadi medium density fibre-board dan bahan bakar. CPO dan PKO dapat
diolah menjadi produk pangan dan non pangan. Produk pangan antara lain minyak
goreng, margarin, shortening, emulsifier, minyak makan merah, susu kental
manis, vanaspati, confectioneries, es krim, dan yoghurt. Sedangkan
produk non pangan antara lain biodiesel, pelumas, lilin, senyawa ester, kosmetik,
farmasi, dan lain-lain (PPKS, 2005).
Kelapa sawit
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah potensi produksi minyak kelapa
sawit/ha tanaman sebesar 7-25 kali lebih besar dibandingkan sumber minyak
nabati lainnya, sehingga biaya produksinya akan lebih murah dibandingkan minyak
nabati lainnya, harga minyak sawit jauh lebih murah dibandingkan dengan jenis
minyak nabati lainnya, industri hilir yang berbahan baku minyak sawit sangat
banyak dan beragam baik untuk keperluan pangan maupun non pangan, minyak sawit
dapat digunakan sebagai minyak pelumas yang filmis (merata tanpa bolong)
sehingga banyak diaplikasikan di industri logam sebagai rolling oil,
serta kandungan vitamin A dan E yang cukup besar dalam minyak sawit yang sangat
bermanfaat dalam dunia kesehatan
Dari berbagai literatur dampat
disimpulkan beberapa dampak negatif dari pengembangan kelapa sawit (Wawan,2015),
antara lain:
1. Penggunaan lahan gambut untuk
perkebunan lahan sawit yang salah, ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap
pemanasan global.
2. Hutan alam menjadi sangat
monokultur. Hutan alam yang seharusnya menjadi sumber penangkap carbon menjadi
berkurang kemampuannya dalam menangkap carbon yang dapat mempengaruhi pemanasan
global (Efek Rumah Kaca).
3. Terganggunya Keseimbangan
ekologis. Hilangnya berbagai flora dan fauna yang khas dan unik menyebabkan
keseimbangan menjadi terganggu.
4. Kebutuhan tanaman kelapa sawit yang sangat haus akan air tanah.
Berdasarkan definisi industry hijau,
maka agroindustri kelapa sawit yang berkelanjutan paling tidak harus memenuhi
tiga prinsip utama yaitu (Wawan,2015):
1. Melindungi dan memperbaiki
lingkungan alam (Environmentally sound)
2. Layak secara ekonomi (Economically
viable)
3. Diterima secara social
(Socially accepted)
Pembangunan industri kelapa sawit
yang berkelanjutan jika dilakukan dengan benar akan dapat meredam isu-isu yang
mengatakan pengembangan kelapa sawit menyebabkan kerusakan lingkungan.
Daftar Pustaka :
Kemenperin. 2015 . Standar Industri Hijau. IS Portland.
Dalam http://bppi.kemenperin.go.id/modules/blog/datafiles/FILE_EC8453-B7FF1C-FA0E5E-21A1F9-1265D0-1FD26C.pdf.
(Diunduh tanggal 12 Desember 2017)
Kurniawan, Wawan. 2015. URGENSI PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN UNTUK
MENGURANGI PEMANASAN GLOBAL. Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 .Dalam http://taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/968/2016/06/TIN206-14-Jurnal-1-2015-2.pdf?vqxlnynhojsiqgdg?fumynzriqnriocld
(Diunduh tanggal 12 Desember 2017)
Kurniawan, W. 2007. Urgensi Penerapan Sistem Mutu (Kualitas)
dan Produktivitas pada Pabrik Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nsional Rapi V.
UMS. Solo.
PPKS. 2005. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.