.

Selasa, 10 Oktober 2017

Pencemaran Di Riau

 https://coggle-downloads.s3.amazonaws.com/ed89302018c28d5b69c04de6d6f4fb6ea18d740f348010d9c98a09fe160cb02a/Pencemaran_Di_Riau.png

@E04-Chrispendi, @proyekA06
oleh Chrispendi Habiel Aknansyah

Riau Darurat Pencemaran Udara dan Air

Kapal Rute Batam-Karimun Menabrak Karang karena Terhalang Kabut Asap
PEKANBARU, KOMPAS - Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman akhirnya meningkatkan status Siaga Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan Riau menjadi Darurat Pencemaran Udara. Kondisi darurat ini lebih difokuskan untuk menanggulangi dampak asap terhadap kesehatan warga Riau.
Penanggulangan kebakaran lahan dan hutan masih berlangsung biasa. Yang ditingkatkan adalah fungsi satgas kesehatan. Kami sudah membuka enam posko kesehatan di Pekanbaru dengan biaya pengobatan gratis dan mengaktifkan puskesmas selama 24 jam, " papar Arsyadjuliandi. Senin (14/9). di Riau.
Penetapan darurat pencemaran udara ini baru pertama sekali dilaksanakan di Riau. Pada bencana asap 2014, Riau menetapkan status tanggap darurat karena titik api sudah meluas dan hampir tidak dapat ditanggulangi.
Ketika itu, tujuh kabupaten dan kota di Riau mengalami kebakaran parah dan menyatakan menyerah dalam upaya memadamkan api Pemerintah provinsi meminta bantuan pusat untuk membantu.
Status darurat yang ditetapkan gubernur karena dalam empat hari terakhir angka indeks standar pencemaran udara (ISPU) di enam wilayah di Riau pada level berbahaya. Kota Pekanbaru, Siak, Bengkalis. Rokan Hilir, Kampar, dan Dumai seakan ditelan asap.
"Angka ISPU sudah pada taraf yang sangat mencemaskan. Tidak ada yang dapat dilakukan karena asap Riau sebagian besar merupakan kiriman dari Jambi dan Sumsel, " kata Edwar Sanger, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau.
Data ISPU dari Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumatera menunjukkan angka yang menakutkan. Semua alat pendeteksi ISPU yang diletakkan di enam kota berada pada level warna hitam. Bahkan pada Senin pukul 14.00, angka ISPU mencapai yang tertinggi 90Q29 ug/m3.
Kondisi darurat pencemaran udara Riau secara otomatis menyebabkan acara olahraga danpariwisata Riau, yaitu balap sepeda Tour The Siak, dibatalkan. Bupati Siak Syamsuar, Senin siang, mengumumkan pembatalan dan menunda kegiatan itu sampai batas waktu yang belum ditentukan. Padahal direncanakan. Selasa (hari ini) akan dilangsungkan pembukaan Tour The Siak.
Sepanjang Senin sampai pukul 18.00, Bandara Sultan Syarif Kasim II nyaris lumpuh. Tidak ada satu armada komersial pun yang berani mendarat dan terbang. Jarak pandang bertahan pada- 80 meter sampai 800 meter. Adapun pesawat Hercules TNI AU mendarat pada pukul 14.00 ketika jarak pandang sempat mencapai 1.000 meter.
Kondisi cuaca di Riau diharapkan membaik karena Senin petang turun hujan. Menurut Ed-war, hujan turun di Kuantan Singingi, Kampar, Pekanbaru, Rokan Hulu, dan Indragiri Hulu.
"Kami sangat gembira. Kalaupun cuaca besok cerah, darurat kesehatan tetap akan kami laksanakan, " kata Edwar.
Tabrak karang
Kapal Marina Gemilang menabrak karang dan kandas di perairan Karimun, Kepulauan Riau, Senin (14/9). Tidak ada korban jiwa ataupun cedera dalam insiden itu.
Kapal rute Batam-Karimun itu menabrak karang di sekitar Pulau Degong, Karimun. "Tahu-tahu terdengar bunyi benturan besi, lalu kapal berhenti, " ujar seorang penumpang. Agus (39).
Menurut Agus, kapal berlayar di tengah kabut asap pekat di perairan Kepulauan Riau. Kabut asap di sekitar Karimun paling pekat karena berada paling dekat dengan Sumatera.
Syahbandar Karimun dan Ba-tam belum bisa memberikan keterangan soal insiden itu. Mereka menyatakan masih mencari data pasti soal insiden itu.
Namun, yang jelas tidak ada penumpang cedera atau korban jiwa pada insiden kapal yang mengangkut 59 orang itu. Para penumpang juga sudah dievakuasi dengan kapal lain.
Sementara itu, di Bandara Hang Nadim, Batam, para penumpang penerbangan tujuan Sumatera akhirnya menyerah. Mereka tidak lagi menunggu jad-wal penerbangan yang tidak kunjung pasti. Para penumpang mengembalikan tiket dan meminta uang dikembalikan.
"Sudah berhari-hari seperti ini terus. Awalnya ditunda, akhirnya dibatalkan, " ujar Sadri, penumpang tujuan Pekan Baru, Riau.
Menciptakan teknologi
Berkaitan dengan bencana asap, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong para penelitinya menuntaskan penelitian pemanfaatan lahangambut ramah lingkungan. Kebakaran lahan gambut yang marak terjadi di Indonesia harus dijadikan motivasi menciptakan teknologi pemanfaatan dan mitigasi bencana yang tepat.
"Hingga saat ini, penelitian pemanfaatan gambut masih terus dikerjakan. Semoga hasilnya bisa ikut menekan kejadian kebakaran hutan gambut " kata Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain di Bandung, Jawa Barat Senin.
Iskandar mengatakan, fokus utama peneliti gambut di LIPI adalah pemanfaatan lahan gambut sebagai penyimpan air. Jika ditemukan cara yang tepat ia yakin akan berguna untuk kepentingan ke depan.
"Sekarang, peran gambut sebagai media kuat menyimpan air sedikit terabaikan dibandingkan sifatnya yang mudah terbakar. Kebakaran hutan yang terus berulang harus jadi motivasi ganda bagi para peneliti untuk menemukan langkah terbaik ke depannya, " katanya.
Akan tetapi. Iskandar mengharapkan dukungan pemetaan yang baik agar program pemanfaatan gambut bisa ideal ke depannya. Salah satu hal yang harus diketahui adalah penyebab di balik kebakaran, apakah dipicu oleh sifat alaminya saat musim kemarau atau potensi perbuatan manusia di balik kebakaran yang terus terjadi
"Ini harus diperjelas agar langkah ke depannya bisa dicegah menghentikan kemungkinan terburuk di kemudian hari, " kata Iskandar. (SAH/ITA/RAZ/CHE)


Distribusi pencemaran air di Riau
Muara Sungai Kampar adalah gabungan dari beberapa aliran sungai besar dan anak sungai yang berada di Provinsi Riau. Muara Sungai Kampar mengindikasikan banyak mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa kegiatan industri dan membuang limbahnya ke sungai. Selain Muara Sungai Kampar daerah Aliran Sungai (DAS) Siak, Kabupaten Siak juga selalu menanggung konsekuensi atas pencemaran aliran sungai Siak.
Kekeruhan, nitrat, posfat, COD, BOD5, dan klorofil-a dijadikan sebagai indikator pencemaran perairan muara Sungai Riau. Variasi masing-masing parameter beragam antar stasiun penelitian.
Kekeruhan, Kekeruhan perairan muara Sungai Riau berkisar antara 5,42 NTU dan 13,83 NTU. Dengan nilai rata-rata tingkat kekeruhan 9,01 NTU sudah melebihi baku mutu air laut.
yang tertera pada Kepmen LH RI No. 51/2004 (<5 NTU). Tingkat kekeruhan perairan ini cenderung lebih tinggi pada stasiun I, VI, VII dan IX lebih tinggi  dibandingkan stasiun lainnya.  
Chemical Oxygen Demand (COD). Konsentrasi COD perairan muara Sungai Riau berkisar antara 38,40 mg/L dan 83,20 mg/L. Konsentrasi COD lebih dominan dijumpai pada stasiun I, VI, VII, dan VIII.  
Biological Oxygen Deman (BOD5). Konsentrasi BOD5 di perairan muara Sungai Riau tidak menunjukkan variasi yang besar antar stasiun penelitian. Konsentrasi tetinggi 19,60 mg/L dan terendah 17,12 mg/L. Dibandingkan Kepmen LH RI 51/2004 pada Lampiran III, dari nilai rata-rata sebesar 17,92 mg/L masih berada pada range baku mutu diperbolehkan yakni sebesar 20 mg/L. 
Posfat. Konsentrasi posfat bervariasi antara 0,0774 mg/L dan 0,3053 mg/L. Konsentrasi posfat cenderung lebih tinggi pada stasiun I, IV, V dan VI dibandingkan stasiun lainnya. Konsentrasi posfat perairan muara Sungai Riau sudah melebihi baku mutu Kepmen LH RI N0. 51/2004, dimana nilai rata-rata selama penelitian 0,1424 mg/L sedangkan nilai yang  diperbolehkan 0,015 mg/L. Nitrat, konsentrari nitrat beragam antara 0,0085 mg/L dan 0,0377 mg/L.
Konsentrasi nitrat yang perbolehkan Kepmen LH RI No. 51/2004 adalah sebesar 0,008 mg/L, sedangkan rata-rata nilai nitrat di perairan muara Sungai Riau telah melebihi nilai tersebut (yakni 0,0189 mg/L).  Klorofil-a. Kandungan klorofil-a tertinggi 5,72 ug/L dan terendah 1,79 ug/L. Kandungan klorofil-a cenderung lebih tinggi pada stasiun I, II, dan III dibandingkan stasiun lain. Distribusi dan tingkat pencemaran di perairan muara sungai Riau terutama dipengaruhi oleh berbagai sumber pencemar yang berada di sekitarnya. Sumber pencemaran di daerah pesisir umumnya bersumber dari kegiatan yang berasal didaerah daratan (land based), selain itu juga bersumber dari daerah laut (marine based).
Distribusi dan tingkat pencemaran di perairan muara sungai Riau terutama dipengaruhi oleh berbagai sumber pencemar yang berada di sekitarnya. Sumber pencemaran di daerah pesisir umumnya bersumber dari kegiatan yang berasal didaerah daratan (land based), selain itu juga bersumber dari daerah laut (marine based). Potensi bahan pencemar di perairan ini diprakirakan yang berasal dari laut (marine based) adalah bersumber dari kegiatan transportasi laut. Transportasi laut yang diidentifikasi di perairan muara Sungai Riau berupa lalu lintas kapal dan kapal tambat. Bahan pencemar yang dihasilkan berupa limbah padat seperti sampah dan limbah cair berupa air ballast. Sedangkan potensi pencemaran yang berasal dari daratan (land based) terutama berupa “sewage” dari limbah domestik perkotaan, pertanian, pertambangan, dan dari buangan industri. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian berupa sisa-sisa pupuk dan pestisida. Selain itu juga berupa berupa bahan tersuspensi akibar erosi lahan pertanian. Sumber bahan tersuspensi yang dominan di daerah ini juga berasal dari lahan bekas tambang bauksit. Kedua kegiatan yang disebutkan terakhir sangat potensial meningkatkan kekeruhan di lingkungan perairan muara Sungai Riau. Tanjungpinang Kota, Kecamatan Bintan Timur) yang berhubungan langsung dengan perairan muara Sungai Riau adalah sebesar 140.370 jiwa. Dengan perhitungan menggunakan faktor standar WHO dan US EFA, diprakirakan beban limbah kota dari penduduk yang masuk ke perairan muara Sungai Riau sebesar 22.796,09 ton per tahun, dengan kontribusi berasal dari: sampah kota (padat) sebesar 21.055,50 ton/tahun, limbah kota sebesar 56,15 ton/tahun dan berupa endapan sebesar1.684,44 ton/tahun.
Sumber pencemaran di perairan muara Sungai Riau yang berasal dari laut (marine based) seperti lalu lintas kapal dan kapal tambat; dan berasal dari daratan (land based) terutama berupa “sewage” dari limbah domestik perkotaan, pertanian, pertambangan, dan dari buangan industri. Mengacu kepada baku mutu lingkungan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 51/2004.
Daftar Pustaka :


-Anonim.2016. Selamatkan Sungai Siak dari Pencemaran.
http://www.tripriau.com/1897/selamatkan-sungai-siak-dari-pencemaran.html
-Mulyadi, A., Siregar, SH., Nurachmi, I.2011:5 (2). Distribsi Pencemaran di Perairan Muara Sungai Riau, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
-Erlangga.2007. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus).
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=584
-Mulyadi, A., Siregar, SH., Nurachmi, I.2011:5 (2). Distribution of pollution in the waters of Riau river Estuary, Tanjungpinang City, Riau Islands.
-Kompas, edisi 15 September 2015. Hal: 23 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.