Panel Surya: Mengubah Sinar Matahari Menjadi Listrik
Pada siang hari yang terik, matahari
memancarkan sinar yang memiliki energi setara dengan 1.000 watt listrik per
meter persegi permukaan bumi. Apa artinya? Listrik gratis. Seandainya kita
dapat mengumpulkan energi matahari lalu mengkonversinya menjadi listrik, biaya
tagihan listrik bulanan akan menurun drastis - atau malah bebas sepenuhnya -
karena kebutuhan listrik dapat dipenuhi secara mandiri. Namun apakah semudah
itu?
Sebagai sumber energi yang bersih dan terperbarukan, energi listrik dari
matahari akan terus dihasilkan sepanjang daerah anda mendapat cukup penyinaran.
Yang dibutuhkan adalah sejumlah peralatan dan teknologi untuk 'menangkap' dan
mengubahnya menjadi energi listrik, yang dikenal dengan panel surya (solar
panels).
Harap diingat, ketika kita berbicara tentang "panel surya", ada dua
kemungkinan pengertian:
1. Modul fotovoltaik (solar photovoltaic modules) yang menggunakan
sel-sel surya untuk mengkonversi sinar matahari menjadi listrik, atau
2. Solar thermal collector, yang prinsip kerjanya mengumpulkan panas
dari radiasi elektromagnetik matahari baik berupa flat plate collector
pada instalasi pemanas air rumah tangga, atau yang lebih kompleks menggunakan
rangkaian reflektor yang disusun secara khusus (model parabolik, piramid, power
tower, dsb) guna memfokuskan sinar matahari ke satu titik untuk memanaskan
air atau fluida lain, yang uapnya lantas digunakan untuk pembangkit listrik.
Bahan pembentuk panel pembangkit
listrik tenaga surya / panel surya adalah:
1. Kristal
silicon, silikon monocrystalline, Poli-atau silikon multicrystalline, silikon
Ribbon, film tipis, Cadmium telluride solar sel, Tembaga-Indium selenide,
Gallium arsenide multijunction, Cahaya-menyerap pewarna (DSSC), Organik / sel
surya polimer, film tipis Silicon, Silikon amorf, Protocrystalline, silikon
Nanokristalin
Prinsip kerja panel surya
Secara sederhana, cara kerja panel surya PV dalam mengubah cahaya matahari
menjadi energi listrik dapat dirangkum ke dalam tiga urutan proses konversi:
1.Ketika foton yang terdapat pada
sinar matahari mengenai sel-sel PV pada panel surya, sebagian akan diserap oleh
material semikonduktor (silikon). Energi dari foton yang diserap itu dengan
demikian juga ditransfer kepada semikonduktor.
2. Elektron-elektron yang terkena tumbukan energi foton akan terlepas dari
atom, membuat mereka mengalir secara bebas dan dengan demikian menciptakan arus
listrik. Komposisi dan desain khusus pada sel-sel PV mengarahkan
elektron-elektron tersebut agar mengalir sesuai jalur yang dikehendaki.
3. Kontak/penghubung logam pada bagian atas dan bawah sel-sel surya menyalurkan
keluar listrik arus searah (direct current, DC) yang dihasilkan untuk
digunakan sesuai kepentingan.
Secara detil, proses yang terjadi sesungguhnya jauh lebih rumit. Namun ketiga
urutan langkah di atas menggambarkan secara sederhana apa yang terjadi di dalam
sebuah panel surya ketika mereka bekerja keras mengubah sinar matahari menjadi
listrik yang bermanfaat buat kepentingan manusia.
Efisiensi dan energy payback dari
panel surya
Sinar matahari memang gratis, namun untuk mengubahnya menjadi listrik tidak
gratisan. Untuk mengetahui apakah proses konversi sinar matahari menjadi listrik
dengan panel surya itu layak secara ekonomis ataukah sekadar teknologi yang
membuang-buang duit, waktu, dan pikiran, digunakanlah parameter energy
payback.
Energy payback - atau dikenal juga sebagai harvesting ratio -
adalah periode recovery alias pemulihan energi yang dibelanjakan selama
proses pembuatan sistem energi. Panel surya modern merupakan net energy
producer, artinya panel surya tersebut selama masa pakainya memproduksi
energi dalam jumlah yang lebih besar dibanding jumlah energi yang dipakai untuk
proses pembuatannya.
Teknologi fotovoltaik mengalami kemajuan secara signifikan sehingga modul PV
modern saat ini memiliki energy payback antara 1 - 4 tahun (tergantung
pada tipe dan tempat panel itu digunakan). Teknologi thin film bahkan
secara signifikan mampu memperpendek waktu energy payback menjadi kurang
dari satu tahun dengan masa pakai 20 hingga 30 tahun. Ini artinya biaya yang
anda keluarkan untuk membeli instalasi panel surya akan kembali dalam waktu
kurang dari satu tahun. Tentu yang dimaksud biaya kembali di sini bukan dalam
bentuk uang cash, melainkan berupa penghematan biaya tagihan atau biaya
lain yang biasa anda keluarkan jika berlangganan listrik biasa.
First Solar Inc, sebuah perusahaan pembuat panel surya Amerika Serikat, telah
mampu menurunkan biaya pembuatan panel surya hingga $1 per watt. Walau
demikian, menurut Popular Mechanic, komponen
biaya pembuatan hanya memiliki andil kurang dari setengah biaya instalasi panel
surya secara keseluruhan. Untuk dapat meraih grid parity (tingkat
kelayakan ekonomi yang sama dengan listrik konvensional), biaya pembuatan harus
bisa ditekan setidaknya hingga $0.65 to $0.70 per watt, dan biaya instalasi lain
tidak boleh lebih dari $1 per watt. Target ini diharapkan dapat dicapai pada
2012.
Panel surya - walau telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam
teknologinya - sejauh ini masih belum mampu bersaing dengan sumber energi
konvensional. Masih lebih mudah, murah, dan fleksibel bagi kebanyakan orang
untuk memilih berlangganan listrik ke PLN daripada menginstal panel surya di
atap rumahnya. Namun kita harus memiliki pola pikir jangka panjang. Di masa
mendatang permintaan akan semakin meningkat. Tingkat efisiensi modul surya akan
semakin tinggi seiring penelitian untuk mencari material dan teknologi yang
lebih baik.
Manfaat panel pembangkit listrik tenaga surya, diantaranya:
1. Hemat, karena tidak perlu memerlukan bahan bakar;
2. Dapat dipasang dimana saja dan dapat dipindahkan
sesuai dengan yang dibutuhkan;
3. Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditetapkan di suatu area dan
listrik yang dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ketempat-tempat
yang membutuhkan) maupun desentralisasi (setiap system berdiri
sendiri/individual, tidak memerlukan jaringan distribusi);
4. Bersifat moduler. Kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan
cara merangkai modul secara seri dan parallel;
5. Dapat dioperasikan secara otomatis maupun menggunakan operasi;
6. Tanpa suara dan tidak menimbulkan operasi lingkungan.
1. Hemat, karena tidak perlu memerlukan bahan bakar;
2. Dapat dipasang dimana saja dan dapat dipindahkan sesuai dengan yang dibutuhkan;
3. Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditetapkan di suatu area dan listrik yang dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ketempat-tempat yang membutuhkan) maupun desentralisasi (setiap system berdiri sendiri/individual, tidak memerlukan jaringan distribusi);
4. Bersifat moduler. Kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan cara merangkai modul secara seri dan parallel;
5. Dapat dioperasikan secara otomatis maupun menggunakan operasi;
6. Tanpa suara dan tidak menimbulkan operasi lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.